Felisha Agatha Christie gadis barbar , mulut ceplas-ceplos, dan non akhlak harus mati ditangan sang ayah karna wajah nya yang mirip dengan sang Bunda.
Bukan nya masuk ke alam baka, Felisha justru terbangun ditubuh seorang wanita yang sudah bersuami lebih parah lagi dia memasuki tubuh seorang Antagonis yang memiliki tiga suami yang tidak ia pedulikan karna sibuk mengejar cinta sang protagonis pria.
____
"Gue mau cerai!" Felisha
"Jangan berharap bisa lepas Baby" A
"Bisa ntar gue menghilang" Felisha
"Sayangnya saya sudah menanam benih di perutmu" J
"Gampang, nanti gue cariin bapak baru buat anak gue" Felisha
"Saya kurang kaya? Tampan? Seksi? Kuat" D
"Punya lo kecil kagak puas gue" Felisha
Yuk lanjut......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penulismalam4, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12_Gagal
Seorang pria menatap datar bawahannya, ia menghisap nikotin nya dengan nikmat sembari menatap fotoh seorang wanita dan anak laki-laki yang sedang tersenyum bahagia.
Tangan nya terulur menyentuh fotoh itu dan mengusapnya lembut, senyum terbit bibir seksi nya.
"Sayang aku sangat merindukanmu, tunggulah sebentar lagi aku akan menjemputmu dan anak kita" ujar nya serak ia mencium fotoh itu dengan sayang.
"Siapkan keberangkatan ku, aku akan kembali malam ini" ujar nya pada bawahan nya.
"Tunggu aku Delisha, aku akan menjemputmu dan Julian" ujar nya tersenyum miring.
__________
Delisha meremas gaun dengan erat, ia menatap lama mansion mewah didepannya ini, apakah dia harus masuk?
Delisha masih bimbang, ia takut jika mereka akan melukai anak nya,cukup dirinya yang selalu mendapatkan siksaan dari keluarga nya jangan anak nya juga.
Grep!
Delisha menoleh kesamping kanan nya, ia mendengus saat melihat tatapan nakal dari Jayden,lalu ia menoleh kesamping kiri nya dimana ada Alister yang berdiri sembari memegang tangan nya.
"Jangan takut sayang, mereka tidak akan berani melukai mu. Ada kami disini yang akan melindungi mu" ujar Jayden yang mengerti kegelisahan sang istri.
Delisha menghela nafas panjang,lalu berjalan masuk kedalam mansion mewah didepan nya, kehadiran nya menjadi pusat perhatian oleh semua orang, kecantikan seorang Delisha memang tidak bisa diragukannya lagi.
Mereka terpanah melihat wajah Delisha yang mirip seperti Ibu nya, bak pinang dibelah dua jika sang Ibu masih hidup semua akan mengira mereka kembar.
Belum lagi dengan tiga pria yang selalu berdiri disampingnya dan melihat bagaimana posesif nya ketiga pria tampan itu pada Delisha.
Hendra membatu ditempat nya saat melihat Delisha untuk pertama kali nya setelah kejadian beberapa bulan yang lalu, ia terpaku melihat wajah mendiang istrinya pada Delisha. Belum lagi gaun nya dikenakan Delisha adalah gaun yang sama saat mendiang istrinya mengandung Delisha.
Disisi lain tepat nya dilantai dua Dinda mengepal tangan nya erat saat melihat kehadiran Delisha,bukan itu yang membuat nya marah melainkan ketiga pria yang seharusnya menjadi suaminya dulu. Kenapa dia baru tau sekarang bahwa pria yang melamarnya dulu sangat tampan, seharusnya dia yang berada ditengah pria itu bukan Delisha.
Delisha berjalan dengan pelan menuju sang Papa yang sedang menatapnya tak berkedip, ketiga suaminya masih setia menemani nya.
"p-papa" ujar nya lirih.
Hendra tersadar saat melihat Delisha yang sudah berdiri didepannya sembari menatapnya sendu.
Hendra mengubah tatapan nya menjadi dingin pada Delisha, ia menatap penampilan wanita didepannya ini dengan lamat, ingin sekali ia memeluk erat tubuh Delisha, namun lagi dan lagi ego nya terlalu tinggi dan mengalahkan hatinya.
"Datang juga kamu, saya pikir kamu tidak datang, mau kamu datang atau tidak saya juga tidak peduli" ujar nya dingin.
Delisha meremas gaun nya erat, hatinya sangat sakit saat mendengar ucapan sang Papa, ia pikir papa nya akan menanyakan kabar nya atau sekedar memberikan senyuman manis, namun lagi dan lagi Delisha harus ditampar oleh kenyataan bahwa dia hanya anak yang tidak dianggap.
"Papa apa kabar?" tanya Delisha pelan ia berusaha menahan air matanya yang ingin tumpah.
"Saya baik, kenapa kamu seperti nya sangat ingin saya mati!" ujar Hendra dingin namun sarkas.
Delisha menunduk lalu menggeleng pelan, oh ayolah jangan sekarang ia tidak mau menangis saat ini, ia tidak mau kelihatan lemah begini.
"PAPA!" Delisha mengangkat kepalanya saat mendengar suara Dinda dan seperti biasa Papa nya hanya menyayangi adik nya lihatlah senyum manis yang sejak dulu ingin ia lihat itu dengan mudah didapatkan oleh adik nya.
Delisha tersenyum kecil, ia melangkah sedikit maju lalu meraih tangan sang Papa. Hendra menatap bingung Delisha.
Delisha meletakkan tangan sang Papa pada perut besar nya, ia sangat ingin perutnya dielus oleh Papa nya.
Hendra sendiri terdiam saat merasakan tendangan kuat dari perut Delisha, ia menatap Delisha yang saat ini sedang tersenyum manis menatap nya, melihat senyuman manis itu Hendra langsung menarik tangan nya.
Dinda sedari tadi tak berkedip menatap ketiga pria dibelakang Delisha yang sangat tampan itu, andai saja dulu ia tidak menolak mungkin dirinya yang akan berada di posisi Delisha dan dia akan merebut kembali posisi yang harus menjadi milik mya itu.
"Jika senyum Papa itu mahal tolong katakan pada Deli berapa harga nya, akan Deli beli pah karna sejak dulu Deli selalu ingin melihat senyum manis di wajah papa untuk Deli" ujar Delisha lirih.
Delisha berbalik lalu berjalan kearah meja, meninggalkan Hendra yang termangu ditempat nya.
"Sayang kamu tidak apa-apa? Mau pulang?" tanya ketiga suaminya.
Mereka di buat geram oleh sikap Hendra pada sang istri, ingin sekali mereka menghajar si tua bangka itu jika saja mereka tida memandang pria bangka itu Ayah dari istrinya.
"Gue gapapa, Kalian pergilah gue mau sendiri dulu" ujar Delisha.
Ketiga pria itu ingin menolak namun urung saat salah satu rekan bisnis Darion menghampiri nya dan mengajak nya untuk bergabung begitu pula dengan Jayden dan Alister.
Delisha memijit kepalanya yang terasa pusing, dirinya sangat stres saat ini padahal dia sudah diperingatkan oleh dokter jangan sampai kelelahan apalagi sampai stres namun apa boleh buat semua sudah terjadi.
Delisha tak menyadari bahwa seseorang sudah duduk dan memperhatikan nya sejak tadi, hingga orang itu berdehem barulah Delisha sadar.
Delisha menatap tajam orang yang berani duduk ditempat nya ini,bukan karna apa dia sedang sensitif dan tidak ingin diganggu.
"Tante!"
Delisha terbatuk saat mendengar orang didepan nya ini memanggil nya.
"Heh udin! Siapa lo datang-datang manggil gue Tante?!" tanya Delisha galak.
Orang didepannya itu menunduk sembari memainkan jari telunjuk nya dan itu terlihat sangat menggemaskan dimata Delisha dan orang-orang yang melihatnya.
"Tante ga ingat aku? Aku Beom kita pernah bertemu saat Tante duduk di trotoar jalan. Tante bilang Tante dikejar sama kucing besar" ujar nya pelan sembari mencebikan bibirnya.
Delisha berusaha mengingat kejadian yang dijelaskan oleh orang didepannya ini, beberapa saat matanya membola saat mengingat nya, ternyata didepan nya ini sang Antagonis yang pernah ia temui saat lari ketiga suaminya.
"Eh dedek manis yang itu bukan sih?" tanya Delisha Pura-pura mengingat.
Orang itu mengangguk antusias lalu menatap Delisha dengan senyum manis nya.
"Tante ingat, aku Beom panggil Beom aja" ujar nya senang.
"Kenapa lo bisa disini?" tanya Delisha.
"Beomkan diundang oleh tuan Collins, kami rekan kerja" ujar nya.
Delisha mengangguk mengerti,ia menatap lubang dalam yang ada di pipi Beom itu dengan gemas.
"Beom, tante boleh minta lesung pipi lo ga?"tanya Delisha yang membuat Beom tertawa kecil hingga membuat lubang itu semakin dalam.
"Mana bisa Tante, kan ini tertanam dari lahir" ujar nya.
Delisha memegang pipi Beom lalu menusuk nusuk lubang dipipi Beom dengan gemas, perbuatan nya itu membuat tubuh Beom menegang dan tanpa Delisha sadari ketiga pasang mata menatapnya dengan tajam.
"Eh"
Delisha kaget saat tangan ditarik oleh Alister dan dirinya dipeluk dengan posesif oleh Jayden dan Darion.
"Jauhin istri saya" ujar Alister dingin.
"Al apa-apaan sih!" ujar Delisha kesal.
"Minggir gak! Gue mau megang pipi Beom" ujar Delisha kesal.
Delisha berusaha melepaskan pelukan kedua suaminya itu.
"Ga ada! Kamu ga boleh pegang-pegang pria lain selain suami mu!" tekan Darion dingin.
Delisha menunduk saat mendengar suara dingin Darion, ia sangat kesal dengan Darion dan ia akan mogok bicara dengan nya. Dirinya sangat sensitif kenapa pria itu tidak mengerti.
"Sudah tidak apa-apa, tante jangan sedih lagi nanti aja tunggu mereka tidak ada baru tante boleh pegang pipi aku" ujar nya menghibur Delisha.
Ketiga pria itu melotot kan matanya mendengar penuturan pria didepannya.
"Iya, nanti kita pegang-pegangan lagi ya. Tante minta nomor telpon lo dong biar bisa calling-calling" ujar Delisha sembari mengedipkan sebelah matanya mya genit.
Jayden menutup mata Delisha dan menatap tajam Beom, Beom sendiri mengendikan bahunya acuh lalu pergi dari sana.
Sejak tadi banyak pasang mata yang melihat kearah mereka berlima dan mereka menatap gemas kearah nya.
Bahkan Hendra tersenyum tipis melihat nya, tapi tidak dengan Dinda yang mengepal tangan nya erat, jika kalian bertanya dimana Tessa dia sedang berada diluar negeri katanya dia sedang ada pekerjaan disana hingga tidak bisa menemani Hendra.
"Papa kenapa kaka tidak papa suruh menginap saja" ujar Dinda pada Hendra.
Hendra terdiam sejenak sebelum kemudian ia menganggukan kepalanya.
_______________
Delisha menghela nafas nya berat, saat ini dia sedang berada dikamar milik nya dulu saat dirumah Hendra. Delisha menginap disini karna permintaan sang Papa, dia sangat senang saat Hendra meminta nya untuk menginap namun semua itu sirna saat sang papa mengatakan bahwa adik nya yang meminta.
Jayden mencium pundak mulus sang istri yang tidak tertutup kain, mereka baru saja selesai melakukan kegiatan panas.
Jika kalian bertanya dimana Alister dan Darion mereka sedang ada pekerjaan masing-masing, Darion sedang berada di Kanada ia baru berangkat 3 jam yang lalu, sedangkan Alister harus terbang ke Swiss karna ada pekerjaan disana dan tinggallah Jayden.
Jayden memeluk erat Delisha dari belakang, ia meletakan kepala nya pada bahu Delisha. Delisha mengusap rahang tegas suami nya.
"Mas ayo main lagi" ujar Delisha.
Jayden menghentikan cumbuan nya pada leher Delisha saat mendengar Delisha memanggil nya Mas.
"Kamu manggil aku apa tadi?" tanya menatap Delisha dalam.
"Mas" ujar Delisha lagi.
Jayden mencium bibir Delisha dengan sayang, ia melumat lembut bibir manis sang istri, dia sangat senang saat mendengar panggilan itu.
"Mas suka panggilan mu By, panggil Mas gitu" ujar Jayden senang.
Jayden ingin kembali mencium bibir ranum Delisha, namun tertahan saat Delisha mendorong dada nya.
"Deli haus mas" ujar Delisha.
Jayden segera turun dari ranjangnya, ia memakai baju nya lalu keluar dari kamar, meski tidak terlalu tau rumah ini Jayden tau dapur dimana, ia segera mengambil air untuk sang istri.
Jayden berbalik dan hendak pergi kekamar nya, namun langkah mya terhenti saat melihat Dinda dengan pakaian terbuka nya menghadang jalan nya.
Dengan gerakan sensual Dinda menyentuh dada bidang Jayden dan memainkan jari nya disana.
Jayden menepis kasar tangan Dinda lalu menatapnya tajam, berani sekali wanita ini menyentuh nya.
"Memang mirip" ujar nya dingin lalu pergi dari sana meninggalkan Dinda yang mengepal tangan nya erat.
"Sial!"
_____________