Kematian Winarsih sungguh sangat tragis, siapa sebenarnya dalang di balik pembunuhan wanita itu?
Gas baca!
Jangan lupa follow Mak Othor, biar tak ketinggalan updatenya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKW Bab 13
Wati sebenarnya ingin bertanya secara langsung kepada kedua orang tuanya itu, siapa sebenarnya kedua orang tua kandungnya?
Namun, rasanya tidak sopan kalau langsung bertanya seperti itu. Terlebih lagi kedua orang tua itu selama ini begitu menyayangi dirinya, mengasuh dan membiayai hidupnya dengan penuh kasih sayang dan juga perjuangan.
Cantik juga seolah tahu dengan apa yang diinginkan oleh Wati, anak itu tak tidur. Namun, dia begitu anteng di dalam gendongan Wati.
"Ibu gak tahu, tapi Ibu sangat tahu kalau Wati merupakan orang yang begitu baik. Kayaknya dia nggak akan pergi ninggalin kita begitu aja deh, Pak."
"Semoga saja, Bu."
"Udah, mending kita ngeteh aja. Jangan mikir yang aneh-aneh," ujar Bu Tarni.
"Iya," jawab Pak Warto.
Wati yang sejak tadi mendengar obrolan keduanya nampak menetralkan perasaannya, dia menghela napas panjang dan menghampiri keduanya.
"Assalamualaikum, apa ada yang rindu sama Wati?"
Kedua orang yang sudah sepuh itu menolehkan wajah mereka ke arah Wati, ada rasa takut kalau Wati mendengar percakapan mereka. Namun, ketika melihat raut wajah Wati yang biasa saja, keduanya berpikir kalau Wati mungkin tidak mendengar obrolan dari keduanya.
"Nak, kamu pulang?"
"Ya, Bu, Pak." Wati mencium punggung tangan keduanya dengan takzim.
"Anak siapa ini yang kamu bawa?"
"Anak bos Wati, yang ibunya meninggal."
"Owalah! Sini, Nak. Biar ibu gendong," ujar Bu Tarni.
Wati langsung memberikan Cantik kepada bu Tarni, anak itu digendong oleh bu Tarni dan langsung tersenyum kepada wanita sepuh itu.
"Ya Allah, anak ini begitu cantik sekali. Kenapa harus ditinggal meninggal oleh ibunya?" tanya Bu Tarni dengan sedih.
"Iya ya, Bu. Cantik sekali anak ini," imbuh Pak Warto.
"Kalau Wati sudah nikah, kita juga pasti akan mempunyai cucu yang cantik seperti ini." Pak Warto mengusap pipi Cantik, anak itu berceloteh.
Wati memperhatikan kebahagiaan di wajah keduanya, tak tega rasanya kalau harus menanyakan siapa orang tua kandungnya. Wati tidak ingin menyakiti kedua orang itu, dia akan tetap menganggap kalau kedua orang itu adalah orang tua kandungnya.
Toh selama ini tidak pernah ada yang mencari dirinya, itu artinya dia dibuang. Dia bayi yang tidak diinginkan, bayi yang tak punya tempat tinggal. Namun, benar-benar disayang oleh pak Warto dan juga bu Tarni.
'Lebih baik aku tidak perlu mengungkit masa lalu, yang terpenting saat ini adalah masa depan.' Wati hanya mampu berbicara di dalam hati saja.
Seharian ini Wati berada di rumah kedua orang tuanya, Cantik juga begitu betah berada di sana. Bayi cantik itu membuat bu Tarni dan juga pak Warto sangat senang, anak itu begitu lucu dan terus saja berceloteh.
"Ini bos kamu, Ti?"
Bagas sudah datang ke kediaman kedua orang tua Wati, karena waktu memang sudah sore. Pria itu datang untuk menjemput Wati dan juga putrinya, dia juga meminta izin untuk menjadikan Wati sebagai pengasuh dari putrinya.
"Iya, Bu."
"Sepertinya anaknya baik, kamu jangan smpai kecewakan dia. Ibu suka sama anaknya, kamu sering-sering main ke sini bawa si Cantik."
"Iya, Bu."
Wati seperti seorang istri yang dijemput dari rumah kedua orang tuanya, dia membawa satu tas penuh baju. Dia juga dibekali makanan kesukaannya oleh bu Tarni, kentang Mustofa, sambal goreng kentang, goreng ubi dan juga keripik singkong.
Saat tiba di kediaman Bagas, wanita itu memandikan Cantik karena waktu sudah sangat sore. Setelah itu Dia merapikan baju-bajunya di dalam lemari yang sudah disiapkan oleh bi Tuti, setelah makan malam tiba, wanita itu malah melamun di teras.
"Ada apa? Baru pulang kok malah kaya orang bingung?" tanya Bi Tuti.
Wanita itu menghampiri Wati yang sedang asyik melamun, selalu menyodorkan segelas teh hangat. Wati tersenyum ramah, lalu dia menerima segelas teh hangat itu.
Sebenarnya dia kurang suka dengan bi Tuti, Karena wanita itu menurutnya sangat misterius. Namun, saat ini dirinya sedang ingin berkeluh kesah. Wati berpikir kalau mungkin inilah saatnya untuk dirinya berkeluh kesah dengan wanita itu.
"Aku tuh sedang bingung, aku juga sedih.''
"Eh? Sedih kenapa? Bilang sama Bibi? Siapa yang sudah buat kamu sedih?"
Dari pertama Wati datang ke rumah Bagas, dia merasa kalau bi Tuti terlalu perhatian kepada dirinya. Sikap wanita itu sama seperti sikap bu Tarni kepada dirinya, terkadang dia merasa itu merupakan hal yang sangat aneh.
Wanita itu bahkan mengetahui makanan apa yang dia sukai, wanita itu mengetahui makanan apa yang tidak dia sukai. Bahkan, wanita itu tahu makanan apa yang membuat dia alergi.
Rasanya Wati ingin memancing wanita itu sekali-kali, agar dia tahu sebenarnya ada hubungan apa antara dirinya dan juga bi Tuti.
"Tadi aku pulang ke rumah, aku mendengar percakapan kedua orang tuaku. Mereka bilang aku bukan anak kandungnya, aku jadi galau. Aku harus bagaimana Bi?"
Wajah bi Tuti berubah pias mendengar apa yang dikatakan oleh Wati, tetapi jujur saja Wati tidak bisa menebak apa isi dari kepala wanita itu.
"Bibi tahu? Aku jadi berpikir kalau aku adalah anak yang tidak diinginkan, aku anak yang sengaja dibuang karena lahiran dari hasil perbuatan haram."
Bi Tuti langsung menangis mendengar apa yang dikatakan oleh Wati, terlihat sekali ada kesedihan, kekesalan, luka dan juga penyesalan dari sorot mata wanita itu ketika menatap mata Wati.
Wanita itu bahkan langsung meluruhkan tubuhnya ke atas lantai, lalu dia bersujud di kaki Wati. Wati sampai dengan cepat bangun dan menjauh dari wanita itu, bi Tuti mendongakkan kepalanya sambil menangis menatap Wati.
"Maafkan ibu, Nak. Maaf atas apa yang sudah ibu lakukan di masa lalu, sebenarnya kamu adalah anak ibu."
"Apa? Itu tidak mungkin, mana mungkin kamu adalah ibuku. Sedangkan kamu menemuiku saja tidak pernah, mengasuhku saja tidak pernah. Kalau kamu ibuku, pasti kamu akan mengasuhku."
Wati menatap wanita yang ada di hadapannya itu dengan tidak percaya, ini merupakan sebuah kenyataan pahit yang sulit untuk dia terima. Namun, jika dipikir-pikir bisa jadi wanita itu adalah ibu kandungnya karena mengetahui apa pun tentang dirinya.
"Apa kamu ingin tahu tentang awal mula adanya kamu, Nak?"
Wati hanya bisa menatap bi Tuti sambil menganggukkan kepalanya, wanita yang belum genap berusia empat puluh tahun itu cukup senang melihat respon dari Wati.
"Aku akan menceritakannya, duduklah dulu.''
Bi Tuti mengajak Wati untuk duduk di teras, wanita itu kembali duduk walaupun dengan menjaga jarak. Rasanya dia tidak ingin berdekatan dengan wanita itu, dia tak mau bersentuhan dengan wanita yang mengaku-ngaku sebagai ibunya itu.
"Gak usah sentuh-sentuh! Ceritakan saja!" sentak Wati ketika bi Tuti hendak menggenggam kedua tangannya.
wis kapok mu kapan bjo gaib mu wis modyarrr
hadiahnua bisa diambil dirumah kk othor ya...😂😂😂
Bu Tuti syok berat ini.. udah beli segala macam perlengkapan pemujaan lagi.. /Facepalm//Facepalm/
secara suami gaib nya musnah tp apakh nnti akan menuntut blas yg lebih kejam lagi ga yaaa /Smug//Smug//Smug//Smug/
trus kalau bi Tuti pulang nanti bagaimana ya....
Bagas kok masih bisa menahan emosinya saat melihat bi Tuti... keren banget kamu bagas
setanya marah yaaa tp.klo marah masa iya g bisa sih dinlwan dgn doa
minta sm yg esa gtu 🤔
dan si tuti dpt karmanya
undg pak uztad ngajiin biar keluar tuhh mahkluk gaib biar aman rumah
Halah... paling geh nanti Bagas juga suka sendiri sama Wati. 🤭