Rui Haru tidak sengaja jatuh cinta pada 'teman seangkatannya' setelah insiden tabrakan yang penuh kesalahpahaman.
Masalahnya, yang ia tabrak itu bukan cowok biasa. Itu adalah Zara Ai Kalandra yang sedang menyamar sebagai saudara laki-lakinya, Rayyanza Ai Kalandra.
Rui mengira hatinya sedang goyah pada seorang pria... ia terjebak dalam lingkaran perasaan yang tak ia pahami. Antara rasa penasaran, kekaguman, dan kebingungan tentang siapa yang sebenarnya telah menyentuh hatinya.
Dapatkah cinta berkembang saat semuanya berakar pada kebohongan? Atau… justru itulah awal dari lingkaran cinta yang tak bisa diputuskan?
Ikutin kisah serunya ya...
Novel ini gabungan dari Sekuel 'Puzzle Teen Love,' 'Aku akan mencintamu suamiku,' dan 'Ellisa Mentari Salsabila' 🤗
subcribe dulu, supaya tidak ketinggalan kisah baru ini. Terima kasih, semoga Tuhan membalas kebaikan kalian...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
untuk Dipikirkan
Dan Haru, juga ayahnya, harus memahami hal itu. Mereka harus menerima kenyataan bahwa dunia luar membuat ibunya sesak. Bagi Nuuha, kedua pria itu adalah satu-satunya yang benar-benar berharga dalam hidupnya.
Tatapan Haru jatuh pada bekas luka di leher ibunya. Luka lama yang tak pernah benar-benar hilang. Bekas sayatan dari Naomi yang dulu hampir merenggut nyawa ibunya. Luka itu harus dijahit dan disimpan sebagai bagian dari masa lalu yang tak pernah ingin diungkit lagi.
Namun, Haru yang sudah lama menjauh dari dunia wanita itu kini segalanya kembali muncul, semua ingatan itu menyeruak ketika Haru kembali terlibat dengan Danish.
Pertemuan petang tadi justru membangkitkan amarah lama. Haru hampir mematahkan kedua lengan pria itu. Perlakuannya yang kasar bahkan membuat adik Ray ketakutan hingga pingsan.
"Haaahh..." Haru menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya yang berkecamuk.
"Ada apa, Haru? Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya ibunya lembut.
"Oh?" Haru tersadar dari lamunan, lalu cepat-cepat mengalihkan perhatian. "Bunda, coba lihat buku ini."
Nuuha mengerutkan kening. "Sketsa siapa ini?"
"Entahlah. Haru tak sengaja membawanya saat pulang."
Nuuha terkekeh kecil, senyumnya ringan. "Kok bisa ceroboh sekali kamu..." Ia membuka perlahan tiap lembarnya. Satu... dua... tiga...
Lalu, diam.
Tatapan matanya membeku. Tangannya berhenti. Matanya menyapu detail goresan garis tipis, tekstur bayangan, hingga lekukan ekspresi pada wajah dalam sketsa itu.
"Ini..." gumamnya, sebelum mengangkat wajah menatap putranya. "Haru... ini mirip gaya menggambarku."
Haru mengangguk pelan. “Yup. Aku juga berpikir begitu. Bahkan tone dan pemilihan arsiran bayangannya... hampir identik.”
Nuuha menatap kembali buku itu. “Bunda nggak menyangka... akan ada orang yang memiliki gaya menggambar seperti Bunda.”
Halaman terakhir.
Di pojok cover buku sketsa itu, tertulis dengan pulpen glitter: "Zara ♡ Kalandra"
"Haru lihat, ada namanya di balik sini. Ternyata ini milik gadis bernama Zara. Tapi, sepertinya dia udah punya pacar." Liriknya centil kepada putranya.
Haru malah terdiam. Lebih kepada nama...
"Kalandra?"
Nama itu bukan nama asing. Itu jelas nama lengkap Ray. Rayyanza Ai Kalandra. "Apa dia pacar Ray?" pikirnya cepat. Emoji hati itu terasa seperti tanda cinta tersembunyi.
"Secret admirer?"
Haru mulai menyusun potongan ingatannya. Selama ini, dia tak pernah lihat Ray jalan bareng cewek. Kecuali satu: Elmira Adhiyaksa.
"Hmm... mungkin Zara ini cewek yang naksir Ray diam-diam. Wah, bisa juga." Ia mengangguk pelan, menatap buku itu. "Cukup tahu juga gue."
"Gadis ini… begitu berbakat. Haru, bisakah kamu mempertemukan dia dengan Bunda?"
"Eh?" Haru sempat tercengang.
"Bunda ingin tahu seperti apa dia." Nuuha kembali menyusuri lembar demi lembar buku sketsa itu. Jemarinya berhenti pada salah satu halaman. "Lihat ini." Matanya berbinar, menunjuk bagian favoritnya. "Semesta yang dia ciptakan… bahkan melebihi apa yang pernah Bunda buat. Gadis ini… bisa menciptakan dunianya sendiri."
Ilustrasinya rumit, namun indah. Permainan sketsa manual yang dikombinasikan dengan warna, menciptakan efek nyaris seperti lukisan nyata.
"Negeri Celestia," ucap Nuuha pelan. "Semesta yang dulu Bunda buat untuk Ratu Alice." Ia tersenyum sendu. "Webtoon itu… Bunda berhenti melanjutkannya sejak kontrak ilustrasi dari perusahaan animasi luar negeri mulai menyita waktu."
Ia menunduk, seperti sedang meresapi perasaan yang mengalir dari setiap gambar. "Tapi dia... dia hampir seperti memahami isi hati Bunda. Seolah mampu melanjutkan cerita yang Bunda tinggalkan." Suaranya bergetar. Nuuha terharu, tak menyangka ada seseorang yang bukan hanya mengagumi, tapi juga bisa menyatu dengan dunia yang pernah ia ciptakan.
"Haru, tolong… pertemukan Bunda dengannya."
Namun Haru menunduk sedikit, ragu.
"Tapi Bunda…" katanya pelan. "Bunda belum tahu siapa dia, bagaimana sikapnya, bagaimana karakternya. Haru hanya… tidak ingin interaksi itu membuat Bunda terguncang lagi. Haru nggak mau kepribadian sosial Bunda terganggu seperti dulu."
../Facepalm/