NovelToon NovelToon
Tumbuh Di Tanah Terlarang

Tumbuh Di Tanah Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Nikahmuda / Poligami / Duniahiburan / Matabatin
Popularitas:57.6k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Adra

Aruna telah lama terbiasa sendiri. Suaminya, Bagas, adalah fotografer alam liar yang lebih sering hidup di rimba daripada di rumah. Dari hutan hujan tropis hingga pegunungan asing, Bagas terus memburu momen langka untuk dibekukan dalam gambar dan dalam proses itu, perlahan membekukan hatinya sendiri dari sang istri.

Pernikahan mereka meredup. Bukan karena pertengkaran, tapi karena kesunyian yang terlalu lama dipelihara. Aruna, yang menyibukkan diri dengan perkebunan luas dan kecintaannya pada tanaman, mulai merasa seperti perempuan asing di rumahnya sendiri. Hingga datanglah Raka peneliti tanaman muda yang penuh semangat, yang tak sengaja menumbuhkan kembali sesuatu yang sudah lama mati di dalam diri Aruna.

Semua bermula dari diskusi ringan, tawa singkat, lalu hujan deras yang memaksa mereka berteduh berdua di sebuah saung tua. Di sanalah, untuk pertama kalinya, Aruna merasakan hangatnya perhatian… dan dinginnya dosa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Adra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TDT 13

Sore itu, langit tampak redup. Cahaya jingga merambat pelan di balik tirai ruang tamu yang setengah terbuka. Di sudut ruangan, Bagas tampak sibuk merapikan perlengkapan kameranya lensa, tripod, tas kamera yang sedikit berdebu karena perjalanan panjang. Ia tampak tenggelam dalam dunianya sendiri, seperti lupa bahwa ia kini telah kembali ke rumah, ke istrinya.

Aruna melangkah pelan, membawa nampan berisi dua cangkir teh hangat dan sepiring bugis ketan buatannya sendiri. Aroma pandan dan kelapa parut menguar pelan, memenuhi ruangan dengan kehangatan yang ia harap bisa mencairkan kekakuan di antara mereka.

"Ngopi dulu, Mas..." ucapnya lembut sambil meletakkan nampan di atas meja.

"Hmm," sahut Bagas singkat, nyaris tanpa menoleh.

Aruna menatapnya sejenak, lalu duduk di ujung sofa. Tangannya saling meremas, canggung. Ia tahu Bagas belum benar-benar membuka jarak, tapi juga belum sepenuhnya hadir.

“Aku ngerasa... Mas masih marah sama aku,” katanya akhirnya, pelan dan hati-hati.

Bagas berhenti sejenak, jemarinya menggenggam lap pembersih kamera.

“Nggak,” jawabnya singkat, masih tak menatapnya.

“Tapi sikap Mas... terasa beda,” lanjut Aruna, mencoba jujur.

“Sejak tadi Mas lebih banyak diam. Bahkan tatapanku pun nggak Mas sambut.”

Bagas menghela napas pelan, lalu duduk menyandarkan punggungnya.

“Aku cuma capek. Jangan mengartikan semua hal dari ekspresiku,” katanya, suaranya datar, nyaris sinis. “Nggak semua diam itu marah, Run.”

Aruna menunduk. Kata-kata itu tak sepenuhnya menyakitkan, tapi juga tak memberi pelukan. Ia merasa seperti berdiri di luar tembok tinggi yang tak tahu harus diketuk dari sisi mana.

Suara ponsel Bagas memecah keheningan. Ia melihat layar sekilas, lalu menjawab.

“Hallo?”

“Hi, Mr. Bagas. This is Linda from NGC,” ujar suara di seberang dengan nada ramah dan profesional.

“We’ve been following your work for quite some time now especially your last visual journal project in Eastern Indonesia. It’s phenomenal.”

(Pihak NGC sudah mengikuti karya Bagas cukup lama terutama proyek jurnal visualnya di Indonesia Timur. Mereka terkesan)

Bagas terdiam sebentar, agak terkejut. “Oh... thank you, I appreciate that.”

“We're currently working on a new documentary series about cultural biodiversity in Southeast Asia. After reviewing your portfolio, our creative team believes you’re a perfect fit to be one of our visual contributors.”

(NGC sedang menggarap serial dokumenter baru tentang keanekaragaman budaya di Asia Tenggara. Setelah meninjau portofolio Bagas, tim kreatif NGC yakin Bagas cocok menjadi salah satu kontributor visualnya)

Bagas mengangkat alisnya, tak menyangka sambutan sebesar itu.

"We’d love to set up a meeting with you next week either in person or virtual to discuss this potential collaboration further. Are you available sometime mid-week?"

(Pihaknya ingin menjadwalkan pertemuan dengan Bagas minggu depan bisa langsung atau virtual untuk membahas lebih lanjut kemungkinan kerja sama ini)

Bagas menjawab cepat, “Yes, I’m definitely interested. Mid-week sounds good. Just send me the details.”

“Great! We’re excited about this. I’ll send the invite shortly. Have a great day, Mr. Bagas.”

“You too,” ujar Bagas singkat sebelum menutup panggilan.

Setelah panggilan ditutup, Bagas menatap layar ponselnya beberapa detik, seperti mencerna apa yang baru saja terjadi. Tatapannya kosong, lalu berganti menjadi semacam kebanggaan yang tersembunyi. Ia menarik napas dalam-dalam, meletakkan ponsel di meja, dan akhirnya menoleh ke arah Aruna.

Aruna memperhatikan perubahan ekspresi itu. “Kabar bagus ya?” tanyanya pelan, sambil menyerahkan cangkir teh ke tangan suaminya.

Bagas mengangguk kecil. “NGC,” katanya singkat, seperti masih belum percaya. “Mereka tertarik sama karya aku. Mereka mau ajak kerja sama buat proyek dokumenter tentang budaya di Asia Tenggara.”

Wajah Aruna berseri, tulus. “Wah, itu luar biasa, Mas. Akhirnya, kerja kerasmu dilirik juga,” ujarnya lembut, meski di dalam hatinya ada perasaan asing yang perlahan tumbuh perasaan bangga bercampur khawatir.

Bagas mengambil bugis ketan dari piring. “Minggu depan aku ketemuan sama mereka, bisa jadi harus ke Jakarta. Tapi belum tahu pastinya.”

“Kalau itu mimpi Mas, aku pasti dukung,” jawab Aruna, meski nadanya mengandung kesabaran yang tak terucap.

Sesaat keheningan menyelimuti ruang itu. Hanya bunyi sendok dan cangkir yang bersentuhan. Masing-masing dengan pikirannya sendiri. Aruna menatap teh di dalam cangkirnya.

Bagas menatap wajah istrinya beberapa detik, lalu berkata dengan nada sedikit lebih lembut, “Malam ini... kita makan di luar, ya.”

Aruna sempat terdiam, tak menyangka akan mendengar ajakan seperti itu darinya. Sudah lama suaminya tak mengajaknya keluar tanpa alasan. Tapi kali ini, nadanya berbeda ada rasa ingin berbagi, bukan sekadar basa-basi.

“Sebagai ucapan syukur, dan... entah kenapa, aku cuma pengin kita ngobrol tanpa gangguan, walau sebentar,” tambah Bagas.

Aruna mengangguk. “Baik. Aku akan siap-siap.”

Dalam diam, hatinya menghangat. Bukan karena makan malam itu, tapi karena mungkin dan hanya mungkin ada bagian dari suaminya yang perlahan kembali pulang.

1
🅰️Rion bee 🐝
keren juga yah tuh baby nanti lahirnya dibelanda,masih baby dah jauh mainya dia..😃
🅰️Rion bee 🐝: iyap bener itu aja bari clingak clinguk takut dicariin😃
Dee: Hadehh masih baby aja udah healingnya ke luar negeri, kita mah ke warung depan aja udah seneng 🤣
total 2 replies
🅰️Rion bee 🐝
pa'mer idaman..😄
Dee: Haha...✅😄
total 1 replies
Desmar Sagitarius Chiputry Thanjung
hamil mungkin
🅰️Rion bee 🐝
😤paling baper kalo ada mertua yg kaya gitu,apalagi kalo yg gengsi n ego nya setebal tembok china n setinggi burj khalifa huff.. 😔
dini Risayatmi
Bu Ayunda tuh nggak nyadar banget,
padahal dia juga punya anak perempuan,
Dulu nggak merestuin Karena alasannya takut nggak bisa ngasih keturunan,
sekarang Aruna sudah hamil masih nggak ngerestuin juga,
hadehhhh🙄🙄,
gedeg juga lama-lama,
untung saja hanya di cerita halu,
kalau beneran udah dihakimin deh sama netizen yang budiman
Sri Wahyuni Abuzar
angkuuuh beneer bu ayunda...heey jenk masih sama² menghirup oksigen gratis dari Allah kaann...jangan sok paling paling deeh..
Allah tau apa yg kita butuhkan bukan apa yg kita inginkan...pahami yaa jenk ayunda yang terhormat 😇
Nana Colen
Menginginkan yang terbaik untuk anaknya,tp memaksakan kehendaknya... ibu yang egois
Daniah A Rahardian
love💋💯X ama Raka. Mantapkan hatimu, siapa tau nanti malah jd mantu idaman
🅰️Rion bee 🐝
angel emang yah kalo pada dasarnya gak suka tuh adaa aja alasanya,kemarin kuatir gak bisa kasih keturunan karna usia,sekarang udah dikasih keturunan langsung double dibilang gak bener karna hamil diluar nikah mau mu apa buk..
Hendri Yani
kirain si camer luluh hatinya ternyataaa keras Kya batu, kasian Aruna Ama Raka terhalang restu tp Raka tegas orang nya...ihhh aq suka Thor
Nana Colen
good job itu baru namanya laki laki... tegas punya pendirian Dan perinsip...
Sri Wahyuni Abuzar
bravo...good job raka...akuh pada mu lhaa pokoke...ayoo nikahi aruna perempuan hebat yang mandiri..🥰
Wiji Lestari
semangat
Susi Yanti
ayok Raka,tunjukan nyalimu bahwa km laki2 sejati yg bertanggung jwb.abaikan restu ibumu,akanntiba saatnya ibumu akan sgt bahagia dgn kehadiran cucunya
Afsa
Emang tanpa tenaga dari mereka kebun kamu bisa menghasilkan Gas..Bagas..
Hendri Yani
yesss baby.... akhirnya Aruna jujur dan aq suka banget dgn Raka yg bener² gentleman,gitu dong tunjukkan bahwa pilihan kamu is the best.tau ga Thor berpuluh-puluh aq baca novel br kali ini aq komen sebanyak ini secara novel kmu ini ga banyak halunya,the real life, menceritakan kesakitan,hati yg patah,kecewa yg luar biasa,dihina, mengalah...aisss pokonya aq love² Thor
Lia Yulia
lanjuttt thorrre
Susi Yanti
jangan pelit maksudnya
Susi Yanti
up nya pelit dong thor,bikin gemes ajah
Dee: Maafkan thor yang harus bagi waktu sama kerjaan dulu, tapi janji nggak akan lama-lama kok 💕
total 1 replies
Susi Yanti
Alhamdulillah....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!