"Tuhan ... Apakah hamba tidak ditakdirkan bahagia kenapa nasib hamba jadi sengsara seperti ini? Disini hamba kerja m4ti-m4tian, untuk istirahat saja bahkan terbilang hanya punya waktu terbatas, tapi kenapa bisa Ibu hamba berkata semudah itu seolah-olah aku adalah anak yang tak berguna! Ini tidak adil Tuhan ... tidak adil."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Fatimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24 [ Dengan Mudahnya Tertipu]
"Dimana aku?" Menatap sekeliling Reno melihat hanya ada dia dan juga Anaya dalam ruangan ini.
"Naya?" Reno bangkit, ia terkejut lantaran kondisinya yang dalam keadaan b*gil, sigap ia menutupinya dengan selimut.
"Jadi kita baru saja melakukannya?" Anaya hanya mengangguk.
"Tapi kenapa aku tidak ingat apa-apa?"
"Jadi kamu meragukan nya? Apa kamu tidak lihat bekas cup4ng ini? Kamu masih mau menyangkal setelah semua yang sudah kamu lakukan?"
"Bukan! Bukan seperti itu, hanya saja aku sama sekali tidak ingat apapun ataupun merasakan apapun layaknya seusai berhubungan, ini mungkin pengaruh obat itu, maaf aku tidak bermaksud."
Entah apa yang terjadi berganti sekarang Anaya malah menangis tapi tanpa bersuara, Reno menyambar wajah Anaya dan mengusap air mata Wanita itu.
"Kenapa? Apa yang membuatmu menangis? Apa perlakukan aku tadi menyakiti kamu?"
"Tidak! Hanya saja aku takut jika sewaktu-waktu aku hamil kamu akan meninggalkan aku. Aku teringat dengan yang dialami Shinta, seusai ia dinyatakan hamil, kamu mengelak bahkan mencari pembelaan jika itu bukan anak kandung kamu, tapi sekarang? Jika seumpama itu terjadi padaku apakah kamu akan memperlakukan aku sama halnya kamu memperlakukan Shinta dengan cara seperti itu?"
"Sayang ...kamu bicara apa? Kamu dan Shinta jelas sangat berbeda, kamu menjadi selingkuhan ku juga karena kita sama-sama saling cinta, tanpa menaruh niat lain, tapi dia? Apakah kamu tau apa yang ia rencanakan dibalik semua itu?" Anaya hanya menggelengkan kepalanya karena tak mengerti.
"Shinta bukanlah Wanita baik seperti yang kamu kira, dia aslinya licik! Menjadi selingkuhan ku juga karena niat awalnya untuk memoroti hartaku dan itu yang sangat aku tidak suka, tapi kamu jelas sangat berbeda."
"Jadi kamu benar tidak akan pernah meninggalkan aku jika nanti aku mengandung anak kamu?" Reno menggelengkan kepalanya.
"Tidak! Dan tidak akan pernah."
"Baiklah aku cukup lega, kamu mandilah cepat Wanita akan lebih lama mandinya."
"Tidak mau barengan?"ledek Reno, Anaya hanya menggelengkan kepalanya arti ia menolak secara halus.
Didalam almari Kennan mengepalkan tangannya, ia melihat bahkan mendengar sendiri ungkapan menjijikkan saudara iparnya yang terang-terangan memberikan pujiannya pada Wanita yang kini menjadi selingkuhannya Reno.
"Kau akan lenyap, Reno ...kau akan lenyap di tanganku."
Wajahnya memerah sangking lelahnya ia menghadapi sikap bahkan perilaku manipulatif Lelaki bergelar saudara iparnya itu, ingin menghajar, tapi sebelum memiliki bukti kuat yang ada masalah yang akan berbalik merusak hubungan persaudaraannya.
"Aku bukanlah wanita bodoh yang mau kejadian masalalu ku terulang lagi, sekarang aku diam belum berbuat apa-apa, tapi nanti ...kita tunggu berapa banyak air mata dan penderitaan yang akan kau alami Reno Anjasmara, kau akan sangat-sangat menyesal, akan sangat menyesal!"
Anaya membatin dengan tatapannya yang masih memandang arah pintu kamar mandi itu, tangannya mengepal, mungkin itu bukanlah hal yang salah karena selama bertahun-tahun ia menahan lukanya seorang diri akibat penindasan dan ketidak keberdayaannya menjadi Wanita miskin yang mudah teraniaya.
Tapi sekarang, ia berjanji sebelum melihat derita yang dialami Reno, sekaligus membalaskan dendam kematian orang tuanya, ia tak akan mungkin membiarkan orang seperti Reno bisa berbahagia dengan semudah membalikkan tangan.
Air matanya siapa sangka terjatuh, sakit! Luka dan trauma mana yang tidak akan sakit jika setiap kali teringat bayang-bayang kematian orangtuanya, luka kering itu akan kembali tergores, lagi dan lagi.
Mungkin jika dilihat dihadapan orang, Anaya termasuk wanita yang hidupnya penuh dengan keceriaan dan kebahagiaan, tapi jika dilihat dari belakang, banyak panah yang mungkin menusuknya.
Banyak luka yang belum sembuh total, tapi ia harus siap menghadapi tantangan yang harus selalu tersenyum lepas, biarpun hatinya amat berkecamuk disetiap harinya.
Sebuah tangan tiba-tiba melingkari pinggangnya dengan erat, sebuah sandaran seseorang layangkan dipundaknya, akan melepaskannya tapi kembali dekapan seseorang itu melarangnya keras.
"Luka besar apa yang kau alami, sehingga kau memilih memakai jalan yang penuh lubang dan terjal untuk mencapai titik titik tujuan keinginan kamu?"ujar Kennan, Lelaki yang telah bersandar dan memeluknya.
"Kenapa kau juga begitu b0doh, masih berusaha mengejar cinta Wanita kotor yang jelas dialah yang akan menghancurkan kebahagiaan saudara kandung kamu sendiri?"seru Anaya tanpa berkelit.
"Cinta memang membutakan, tapi cinta tak selalu harus mengikuti jalurnya. Terkadang ada jalan berlubang yang sulit dilewati dan orang akan memilih putar arah, tapi siapa sangka kita tidak tau jika dijalan yang searah, yang sama berlubangnya itu terdapat tempat yang begitu indah yang sangat menyegarkan mata dan hati. Sama halnya dengan hati, biarpun kau anggap dirimu Wanita yang kotor bahkan penuh dosa, jika Lelaki yang mencintaimu tak begitu memperdulikan akan statusmu, kamu mau apa?"ujar Kennan yang berkata terus terang, masih bersandar dipundak Anaya dan masih memeluknya, namun .....
"Aku minta pergi!" titah Anaya. Kembali Anaya berupaya melepaskan pelukan Kennan, tapi Lelaki itu masih bersikeras melarangnya.
"Sekali lagi apa maumu?"
"Hanya satu, ciuman!" Anaya terbelalak, ia tak percaya dalam hidupnya dia akan bertemu dengan Lelaki seperti ini.
"Tidak! Jika aku tidak mau kau mau apa?"tolak Anaya secara mentah-mentah.
"Aku akan berteriak!" Anaya langsung membungkam mulut Kennan, ia lagi-lagi tak memiliki pilihan selain harus melakukannya.
Ia melayangkan satu kecupan pada kening Kennan, tapi Kenann bukanlah Lelaki yang baru mengenal masa pubertas, diberikan kecupan pada keningnya baginya itu hanya sekedar kecupan, tapi tidak untuk ciuman yang diinginkannya.
Kennan memutar tubuh Anaya hingga berbalik menghadap kearahnya, kedua tangannya mencengkram erat pinggang Anaya. Raut wajah Anaya diselimuti kegugupan tak jelas yang tidak pernah ia alami bahkan rasakan selama hidupnya, tapi sekarang. Sekarang bahkan detak jantungnya sendiri ia tak mampu untuk mengendalikannya.
Cup
Satu kecupan manis menyambar bibir manis Anaya, bibir yang tadinya ditutup lipstik cukup tebal, tapi natural kini sudah menjadi tempat beradunya dua bibir yang saling bercumbu dengan beringas.
Anaya berusaha menolak, namun hatinya seolah terkait dengan rapat yang sulit untuk dilepas.
Ceklek
Suara terbukanya pintu kamar mandi terdengar oleh Anaya, ia panik, gugup bahkan cemas Lelaki itu sudah selesai, berupaya keras mendorong tubuh Kennan agar menjauh dan mau melepaskannya, tapi sepertinya hasil tak akan semulus seperti yang ia inginkan.
"Plis, aku mohon hentikan!" Namun baru terlepas sekali dan bagaikan larangan adalah perintah, semakin dilarang, Kenna tambah semakin brutal kembali menangkap bibir itu dan memainkan sesuka hatinya.
BERSAMBUNG.
lanjut 🙏