Kita tidak tahu, kapan hujan itu akan datang? Entah, tiba-tiba atau dengan pertanda langit yang gelap disertai suara petir yang menggelegar. Begitu juga dengan rasa cinta, yang hadir tanpa bisa di tebak.
"Dulu, aku membenci hujan karena sudah merenggut seseorang yang aku sayangi. Namun, ketika hujan mempertemukan aku denganmu. Seketika aku selalu merindukan kehadirannya, seperti aku merindukanmu. "
~ *Aishakar Rafka Bagaskara* ~
"Aku sangat menyukai hujan. Terlebih, saat hujan mempertemukan aku dengan dirimu. Aku tak ingin hujan itu berhenti."
~ *Gabriella Anastasya*~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isma ismawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bolos bareng
Bagaskara memberhentikan laju motornya tepat didepan tukang bubur langganannya. Setelah memarkirkan motor, Bagaskara langsung mengajak Gabie duduk, lalu ia memesan dua mangkuk bubur untuk dirinya dan Gabie.
"Mang buburnya dua nya, yang satu gak pake kacang sama seledri, yang satu mah lengkap." Seru Bagaskara.
Gabie sedikit kebingungan, pasalnya ini baru pertama kalinya ia makan bubur bersama Bagaskara. Darimana laki-laki itu tau bahwa dirinya tidak menyukai kacang dan seledri.
"Kamu tau dari mana aku gak suka kacang dan seledri?" Tanya Gabie.
"Da aku mah kan dukun" Sahutnya dengan enteng.
Gabie menghela napas kasar. "Aku serius, Ba-gas-ka-ra" Ucapnya penuh penekanan.
"Emang kamu teh mau tau?" Jawab Bagaskara.
"Ya mau lah!" Sahut Gabie kasar.
"Jadi waktu itu aku teh lagi nongkrong di Wm ---" Belum sempat menyelesaikan ceritanya Gabie lebih dulu memotong ucapan Bagaskara.
"Wm apa?" Tanya Gabie.
"Makanya kalo aku lagi cerita ulah dipotong kitu atuh, wm teh warung Mang Udin, waktu itu aku lagi nongkrong sama kawanku terus si Sagara bawa awewe, siapa nya namanya? Oh si Bella katanya dia teman kamu nya?" Jelas Bagaskara lalu bertanya.
"Iya dia temanku, terus kenapa?" Gabie bertanya balik.
"Dia cerita banyak tentang kamu, dia juga bilang kalo kamu gak suka kacang sama seledri" Lanjut Bagaskara.
"Kamu orangnya emang kepo gitu ya?" Kesal Gabie langsung membuang pandangannya ke arah lain. Dia tau pasti temannya itu dipaksa untuk menceritakan tentang dirinya kepada Bagaskara.
"Jangan marah kitu atuh!" Ucap Bagaskara sambil memegang lengan Gabie yang berarti membujuk.
Gabie menjauhkan lengannya dengan kasar. "Ck, diem!" Bentaknya.
"Maaf, aku memang mau ajak kamu makan bubur bareng, makanya aku tanya dulu ke dia takut kamu gak suka bubur." Jelas Bagaskara melas.
Gabie menoleh ke arah Bagaskara. "Kenapa gak langsung nanya ke aku?" Tanyanya.
"Karena kamu pasti nolak" Jawab Bagaskara.
"Punten, ini buburnya"
"Nuhun, mang." Jawab mereka bersamaan.
"Cocok pisan maneh sama neng geulis" Kata si mamang tukang bubur.
"Alhamdulillah nya mang, berarti udah cocok kalo jadi awewe saya?" Seru Bagaskara sambil kembali memakan buburnya.
"Cocok pisan euy ini mah!" Lanjut tukang bubur.
"Da aku mah gak mau! Soalnya dia ngeselin, mang!" Protes Gabie.
Tukang bubur itu tertawa. "Ulah kitu atuh, dia mah anak baik!" Candanya.
"Tah! Denger apa kata si mamang aku mah naik baik!" Ucap Bagaskara membela dirinya.
"Udah sok lanjut makannya nanti kalian telat masuk sekolah na" Lanjut tukang bubur.
Setelah itu Bagaskara dan Gabie kembali melahap makanannya.
...****************...
Setelah sampai disekolah ternyata gerbang sudah terkunci, sekolahnya masuk pukul 07.00 sedangkan mereka baru sampai pada pukul 07.30, peraturan di sekolahnya jika terlambat lebih dari 15 menit maka siswa sudah tidak boleh masuk kelas.
Dan akhirnya Gabie terpaksa harus ikut dengan Bagaskara. Tak mungkin kalau ia pulang sekarang, yang ada ia bisa kena semprot oleh ibundanya. Sedangkan tadi pagi ia memilih untuk berangkat lebih pagi dari biasanya.
"Hayu atuh naik, emang kamu mau nunggu didepan pager sampe pulang sekolah?" Tanya Bagaskara kepada Gabie yang masih berdiri memandangi sekolahnya dari luar gerbang.
"Yaudah, sabar! Saya pamit ya, pak." Pamitnya ke pak satpam yang sedang menjaga, setelahnya Gabie berjalan kearah Bagaskara.
"Sok, makanya lain kali kalau pacaran mah jangan pagi-pagi atuh neng." Sahut pak satpam.
Perkataan pak satpam itu sudah tidak terdengar lagi ditelinga Gabie dan Bagaskara. Sebab, laki-laki itu sudah melajukan motornya lebih dulu.
Selama di perjalanan Gabie hanya diam, begitupun dengan Bagaskara. Ia sedikit merasa bersalah karena dirinya sudah membuat Gabie terlambat ke sekolah. Sebetulnya, bisa saja ia mengajaknya lewat tembok belakang, tetapi ia tidak mau. Karena kalau seperti itu ia tidak bisa melukis kenangan manis bersama Gabriella.
"Ini kita mau kemana?" Tanya Gabie.
"Udah, kamu duduk manis aja, aku jamin pasti kamu gaakan bisa ngelupain hari ini" Jawab Bagaskara.
Setelah itu sudah tidak ada sahutan lagi dari Gabie.
Setelah sampai di jalan Palasari, Bagaskara langsung memarkirkan motor kesayangannya itu.
Pasar buku Palasari di Bandung dulunya ramai dikunjungi sebagai pusat para pecinta buku. Tempat ini menawarkan beragam buku, mulai dari buku baru, bekas, hingga buku-buku langka yang banyak dicari kolektor.
"Gimana rasanya si Bono?" Tanya Bagaskara.
"Bono?" Heran Gabie.
"Iya, Bono" Jawab Bagaskara sambil menunjuk ke arah motor kesayangannya.
Gabie tertawa terbahak-bahak. Pada awalnya ia sedikit merasa kesal saat Bagaskara menanyakan hal seperti itu kepada dirinya, walaupun ia sendiri pun tak tau Bono itu siapa. Ya, sekarang ia tau kalau Bono itu ada motor laki-laki itu.
"Bono? Hahahaha" Ucap Gabie sambil terus tertawa.
"Naon kamu malah ketawa"
"Yang bener aja aih kamu, aku kira Bono itu orang" Sahut Gabie yang masih menertawakan Bagaskara.
"Kamu perempuan pertama yang bisa naikin si Bono."
"Aku mah da gak percaya sama kamu"
"Naon kamu teu percaya kitu?"
"Soalnya teh cewek kamu banyak"
"Ngarang pisan euy, jadi gimana si Beno?" Tepis Bagaskara.
"Seru" Jawab Gabie.
...****************...
Mereka mulai menelusuri toko buku Palasari itu, dari lorong ke lorong sudah mereka lewati, sampai ia berhenti di depan salah satu toko buku yang dimiliki oleh Mang Atmo. Dia salah satu toko buku langganan Bagaskara, dari kecil ibunya selalu mengajak dirinya ke toko bukunya Mang Atmo untuk membeli majalah bobo.
"Mang" Panggil Bagaskara.
"Euy! Aih si Bagas sekarang mah kesini bawa awewena" Canda Mang Atmo.
"Aku bukan ceweknya!" Protes Gabie dengan cepat.
"Emang bukan mang, tapi calon." Bisik Bagaskara kepada Mang Atmo.
Entah mengapa omongan Bagaskara membuat dirinya menjadi salah tingkah.
"Aya buku pray boy mang?" Tanya Bagaskara.
Mang Atmo menyodorkan beberapa buku agama seperti buku tuntunan sholat, iqro dan buku bacaan surah-surah pendek.
"Mau ini mang satu" Ucapnya lalu menyodorkan buku tuntunan sholat kepada Mang Atmo.
"Buat apa kamu beli buku itu? Emangnya belum bisa?" Tanya Gabie.
"Biar bisa jadi imam yang baik buat kamu atuh!"
"Nuhun, mang" Ucapnya sambil mengambil sekantong keresek yang berisi buku tuntunan sholat yang diberikan oleh Mang Atmo.
"Mang Atmo doain kalian berdua langgeng nya, soalnya cocok pisan euy yang satu geulis yang satu kasep" Tuturnya.
"Aamiin paling serius ini mah, mang" Jawab Bagaskara sambil berlalu pergi meninggalkan toko buku itu bersama Gabie.
Ditengah-tengah keheningan tiba-tiba Gabie mencubit pinggang laki-laki itu sehingga membuatnya meringis. "Aw, aya naon sih?" Tanyanya.
"Maksud kamu tadi teh apa bilang-bilang mau jadi calon imam buat aku" Omel Gabie.
"Da aku mah emang mau jadi imam yang baik buat kamu dimasa depan, emang gamau punya imam yang baik?"
"Gak mau yang kaya kamu!" Kesalnya lalu pergi meninggalkan Bagaskara yang berada dibelakangnya.
Sebetulnya ia salah tingkah saat Bagaskara membeli buku tuntunan sholat yang beralasan untuk menjadi imamnya dimasa depan, tapi ia tidak mau kelihatan kalau dirinya sedang salah tingkah didepan laki-laki itu. Jadi dia lebih memilih pura-pura marah.
...****************...
Gimana nih, udah cocok belum Bagaskara dan Gabie?
Nantikan bab selanjutnya 🥰.
Note :
Aing : aku.
Maneh : kamu.
Teu : tidak/gak.
Sok : sana.
Aya : ada
Atuh : dong.
Nuhun : makasih.
Kitu : gitu.
Kasep : ganteng.
Geulis : cantik.
Awewe : perempuan/cewek.