NovelToon NovelToon
Hanya Sebatas Ranjang

Hanya Sebatas Ranjang

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta Terlarang / Angst
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Fhatt Trah

Berawal dari ketidaksengajaan lalu berujung pada pernikahan yang tidak direncanakan. Nadia yang mencoba bertahan hidup dengan menggantungkan harapannya pada pernikahan yang hanya dijadikan sebagai hubungan sebatas ranjang saja, tak mengira hidupnya akan berubah setelah ia memberi Yudha seorang anak yang diidam-idamkan.

“Jangan berharap lebih dari pernikahan ini. Aku menikahimu bukan karena cinta, tapi karena kita sama-sama saling membutuhkan,” kata Yudha.

“Tapi bagaimana jika kamu yang lebih dulu jatuh cinta padaku?” tanya Nadia.

“Tidak akan mungkin itu terjadi,” sarkas Yudha.

Lantas bagaimanakah kelanjutan hubungan pernikahan Nadia dan Yudha yang hanya sebatas ranjang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fhatt Trah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12. Gadis Penjual Kue

Gadis Penjual Kue

“Kalau seperti itu, apa tidak sebaiknya kamu menikah lagi, Yud? Carilah istri yang baru, yang lebih taat pada suami.” Tiba-tiba saja Tuan Malik datang, mengalihkan segera perhatian Yudha.

“Papa ngomong apa sih, Pa?” Yudha kesal mendengar ayahnya berkata demikian. Juga tak menyangka mengapa ayahnya sampai berpikir seperti itu. Tidak berbeda jauh dengan Maura yang selalu memintanya untuk menikah lagi.

“Kalau benar istrimu tidak mau punya anak, kenapa masih kamu pertahankan?” Malik mengambil duduk di depan Yudha.

Elvi kemudian berpindah ke sebelah suaminya. Malik cukup terkejut mendengar bahwa putra semata wayangnya itu belum ingin mempunyai keturunan. Padahal keluarga Adyatama butuh seorang penerus.

“Papa mau aku dan Maura pisah?” Yudha menghunus tatapan tajam, merasa ingin tahu apa penyebab ayahnya sampai berpikir seperti itu.

“Tidak seperti itu. Tidak ada orangtua yang menginginkan rumah tangga anaknya hancur. Tapi, jika kamu bisa menambah istri, kenapa tidak? Kamu lebih dari mampu menafkahi dua istri.”

“Tidak semudah itu, Pa. Dan lagian aku tidak pernah berpikir untuk menikah lagi. Apalagi sampai punya keinginan seperti itu. Aku dan Maura hanya belum ingin. Itu saja.”

“Tapi keluarga kita butuh generasi penerus, Yud. Dan itu cuma dari kamu. Kalau kamu bisa menikah lagi, kenapa tidak?”

Yudha diam. Ia menghela napas pelan. Kali ini ia tak ingin menanggapi kalimat itu. Berpikir untuk menikah lagi? Sungguh ia tak pernah menginginkan hal itu terjadi.

“Papa kok ngomongnya gitu, sih?” Elvi menepuk pelan paha suaminya, menunjukkan wajah kesal kala suaminya menoleh.

“Papa cuma bercanda sebenarnya. Ya, habis, semua saran dari kita tidak pernah didengarkan. Papa coba becandain saja sekalian,” celoteh Malik seraya tertawa kecil.

Elvi pun merasa lega. Tadinya ia pikir suaminya itu serius dengan ucapannya. Elvi tahu Yudha sudah mencintai Maura sejak lama, sejak jaman mereka kuliah dulu. Jadi mana mungkin Yudha berpikir untuk mengkhianati Maura.

“Siapa tahu Yudha mau. Iya kan, Yud?” tambah Malik, kemudian melempar pandangan bercanda pada Yudha.

“Bilang saja kalau Papa yang mau. Iya kan?” Wajah kesal Elvi tampak menggemaskan. Di usianya yang paruh baya ini, Elvi masih terlihat cantik dan segar.

“Kalau Mama mengijinkan,” gurau Malik seraya tertawa kecil. Namun ditanggapi Elvi dengan cubitan beruntun di pahanya.

“Tidak akan pernah Mama ijinkan. Langkahi dulu mayat Mama kalau Papa mau menikah lagi,” tegas Elvi.

Malik mengaduh kesakitan kala Elvi terus menghujaninya dengan cubitan. Pemandangan itu tak luput dari perhatian Yudha. Reaksi ibunya itu saat mendengar ucapan ayahnya sudah cukup menjadi contoh buat Yudha. Bahwa tidak satu pun seorang istri yang mau di duakan.

Dari reaksi ibunya itu, Yudha sudah bisa membayangkan jika Maura juga pasti akan melakukan hal yang sama jika ia punya keinginan untuk menikah lagi.

Sekarang Maura bisa berkata ikhlas, sebab hal itu belum terjadi. Tapi jika sampai hal itu terjadi, Maura tidak akan mungkin rela dimadu.

Pulang ke rumah, Yudha tidak mendapati Maura berada di rumah. Di pekarangan rumah tidak ada mobil Maura terparkir. Ia berpikir pemotretan Maura mungkin belum selesai.

Yudha lantas mengambil ponsel usai membersihkan diri. Ia duduk di tepian tempat tidur dengan tangan hendak menempelkan ponsel ke telinga.

Namun ponsel itu tiba-tiba berdenting sebelum sempat menyentuh telinga. Sebuah pesan masuk dari Maura, yang mana Maura meminta ijin pulang larut. Sebab pekerjaannya belum selesai. Maura beralasan sedikit terjadi kesalahan teknis di lokasi pemotretan. Sehingga pemotretan ditunda untuk beberapa jam.

Mengembuskan napasnya pelan, Yudha lantas menutup ponsel. Hendak menaruh kembali ponsel itu di meja nakas. Tetapi kemudian ia teringat kembali niatnya yang sempat tertahan sejak tadi.

Sebaris angka pada layar ponsel itu dipandanginya, sembari masih menimbang-nimbang apakah sudah benar ia menghubungi gadis itu. Sebab tak pantas ia menghubungi secara langsung disaat ia punya banyak staff yang bisa ia perintahkan untuk menghubungi gadis itu.

Disaat bersamaan pula, disaat ia tengah menimbang demi harga diri, bayangan gadis itu yang sedang mengamen di jalanan terus saja mengganggunya. Keadaan gadis itu sungguh membuat jatuh rasa ibanya.

“Jer? Tolong kamu hubungi seseorang. Berikan kembali surat panggilan untuknya. Nanti aku kirimkan nomornya padamu.” Akhirnya Yudha hanya bisa menghubungi Jerry, meminta Jerry meneruskan niatnya.

****

“Apa yang aku minta semalam, sudah kamu lakukan?” tanya Yudha keesokan harinya ketika Jerry menjemputnya.

Sembari tetap fokus pada jalanan, Jerry menjawab, “Sudah, Pak. Tapi nomornya tidak aktif.”

“Dicoba berulang-ulang. Mungkin saja kebetulan kamu menelepon, nomornya sedang tidak aktif.”

“Sudah, Pak. Saya sudah mencoba beberapa kali. Bahkan pagi ini saya juga sudah mencobanya. Tapi nomornya tetap tidak aktif.”

“Benarkah?”

“Iya, Pak. Memangnya itu nomor siapa, Pak? Apa perlu saya datangi langsung saja orangnya? Apakah orang itu orang penting?”

“Em ... ti-tidak juga. Bukan siapa-siapa.” Yudha sebenarnya juga merasa aneh dengan dirinya. Padahal gadis itu bukan siapa-siapa bagi dirinya, namun entah mengapa gadis itu diam-diam mengisi pikirannya.

Jujur saja, bayangan dan siluet gadis itu dalam balutan handuk sebatas ketiak sampai paha, sehingga mengekspose sebagian tubuhnya yang mulus itu sesekali melintasi benaknya. Yudha sedikit kesulitan mengusir bayangan itu. Bayang-bayang yang menggeliatkan naluri kelelakiannya tanpa sengaja.

Tidak munafik, bayangan gadis itu sangat menggoda iman. Wujud gadis itu yang terlihat seksi cukup mampu memantik hasratnya yang telah padam.

Yudha menoleh, memandangi setiap objek yang mereka lewati. Di persimpangan jalan, mobil berhenti sejenak saat bertemu lampu merah. Kaca jendela ia turunkan. Bersamaan dengan itu terdengar suara seorang gadis yang sedang menjajakan dagangannya.

“Kue, kue, kue ... kuenya Bu. Kuenya, Pak. Murah loh, Bu, enak lagi.”

Mendengar suara itu, Yudha kemudian sedikit melongokkan kepala ke luar jendela demi melihat gadis penjual kue itu.

“Bakpao kukus, Bu, Pak. Bakpaonya masih panas. Bapak mau berapa?” Pengendara mobil di belakangnya tertarik membeli. Wajah gadis itu terlihat sumringah. Tangan cekatannya lekas membungkus beberapa biji bakpao, lalu memberikannya kepada si pengendara.

“Terima kasih, Pak. Semoga rejekinya bertambah,” kata gadis itu dengan senyuman merekah di wajah manisnya.

Gadis itu kemudian berbalik hendak pergi. Dahi Yudha berkerut saat ia mengenali gadis itu. Yudha hendak memanggil gadis itu ketika lampu jalan berganti menjadi hijau. Jerry pun lantas memacu mobilnya.

“Jer, Jer, berhenti dulu sebentar,” pinta Yudha tiba-tiba.

Jerry patuh. Lalu mencari tempat aman untuk ia menepikan mobil. Begitu mobil menepi, Yudha langsung turun. Langkah kakinya tergesa-gesa menyusul langkah gadis penjual kue.

Jalanan cukup ramai pagi itu. Beberapa kali Yudha sempat kehilangan sosok gadis itu di keramaian kendaraan dan orang yang berlalu lalang di trotoar jalan. Pandangan matanya menyapu sekeliling, mencari sosok gadis itu. Sampai akhirnya ia melihat gadis itu menyeberangi jalan.

Yudha lantas membawa langkahnya cepat menyusul. Saking panik karena tak ingin kehilangan gadis itu, sampai Yudha tidak memperhatikan jalanan ketika ia menyeberang. Alhasil tanpa sengaja seorang pengendara motor menyerempet, sampai Yudha terjatuh.

Pip pip piiiip ...

Bunyi klakson dari beberapa kendaraan serta suara gaduh beberapa pejalan kaki pun mengalihkan perhatian gadis itu.

Gadis itu, Nadia, yang sedang menjajakan kuenya terkejut ketika ia mengenali siapa pejalan kaki yang tertabrak motor itu.

“Ya ampun. Bu-bukankah itu ...” Tanpa berpikir panjang, Nadia cepat mengayunkan langkahnya menghampiri Yudha yang sedang ditolong oleh beberapa orang. Ia merasa berhutang nyawa pada Yudha yang sudah pernah menolongnya dari para preman jalanan.

“Pak Yudha? Bapak tidak apa-apa?” Menaruh kotak kuenya, Nadia lalu memegangi lengan Yudha, menyapukan pandangannya memastikan pria itu tidak terluka.

“Kamu masih ingat aku?” tanya Yudha, menatap Nadia dengan dahi berkerut.

“Tentu saja saya masih ingat. Bapak kan bekas atasan saya.”

“Bekas?” Semakin berkerut dahi Yudha mendengar Nadia menyebutnya bekas atasan. Rasanya seperti ia orang yang terbuang.

-To Be Continued-

1
FT. Zira
aduh... ini Nadia nekat atau selera homornya yg kelwat tinggi sih/Facepalm//Facepalm/
FT. Zira
inttrogasi calon istri gini amat ya Yud🤭🤭
FT. Zira
kode keras ini namanya/Joyful//Joyful//Joyful//Joyful/
FT. Zira
mirisnya jadi bawahan/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
FT. Zira
aku dukung Yudha untuk berpaling/Smug//Smug//Smug/
FT. Zira
keseringan ngalah sama aja bunuh diri dirimu Yud😮‍💨
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
si Maura sok paling tersakiti...
Elisabeth Ratna Susanti
wah parah nih cowok
Elisabeth Ratna Susanti
wah mulai gaswat nih
🌞MentariSenja🌞
maukah kamu menjadi pacarku?
🌞MentariSenja🌞
ya gak salah klo nanti Yudha berpaling, aku dukung mlh.
ngomong rindu tp giliran diladeni ngomong capek ngantuk, kan pengin /Hammer//Hammer//Hammer/
🌞MentariSenja🌞
cinta jgn menjadikan kamu bodohlah Yud
🌞MentariSenja🌞
padahal katanya sakitnya gak ketulungan klo on fire to gak tersalurkan ...eeh ngomong apa sih 🤭🤧
FT. Zira
bahaya ini.. yg di tangan siapa pikirannya siapa🤧🤧
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): udah mulai berhalusinasi dia🤭🤭 saking terlalu lama puasa
total 1 replies
FT. Zira
ketika cinta mulai bersemi😙😙
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): belum cinta sih, lbh ke tertarik saja
total 1 replies
FT. Zira
yakin.. minta maaf.. bukan minta nambah.. ehhh🤭🤭🤭
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): 😅😅😅😅 emang boleh nambah🤭🤭
total 1 replies
Mutinah Soheh
istri sudah selingkuh dengan dokter...
suami mulai ada tanda tanda dengan bawahnya....klop deh
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): 🤧🤧🤧begitulah godaan kk
total 1 replies
🌞MentariSenja🌞
benerlah tolak aja, wong egois gitu...
🌞MentariSenja🌞
duh, lancar bgt bohongnya
🌞MentariSenja🌞
yaelah, mencumbu istri bayangin wanita lain, jadi takut nih...
🌞MentariSenja🌞: bangg bayiikk /Facepalm/
Fhatt Trah (fb : Fhatt Trah): ngeri ngeri sedap gimanaaaaa gitu🙄🙄🤭
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!