The Ryzardr

Naraya berdiri dari duduknya dan melangkah menghampiri Darren, suaminya.

"Aku merindukanmu," ujar Naraya apa adanya. Salah satu alis mata Darren yang tebal, terangkat naik.

Pernikahan mereka hanyalah kesepakatan bisnis antar dua keluarga. Jadi mendengar kata rindu, sama sekali tidak menyentuh perasaannya.

"Cukup untuk basa-basi! Katakan apa tujuanmu datang kemari?" tanya Darren langsung.

Naraya yang kesal, berusaha menjaga raut wajahnya agar tetap tenang. Ia murka, karena tahu ada wanita lain yang menghabiskan malam dengan suaminya. Sebenarnya, ini bukan kali pertama.

Darren tidak mencintainya, jadi apakah mungkin mengharapkan kesetiaan dari pria itu? Tentu tidak.

Namun, selama pria itu hanya bermain di luar, ia tidak pernah peduli. Hanya saja kali ini wanita jalang akan melahirkan anak suaminya dan ia yang harus merawat. Itu, benar-benar membuatnya marah.

"Aku ingin berduaan denganmu," ucap Naraya kembali.

Walaupun tahu, tidak mampu menghentikan pria itu, tapi ia harus mencoba atau mempersulit. Dengan kedua tangan, Darren menyisir rambutnya ke belakang, tanda ia mulai kesal dan kesabarannya menipis.

"Cukup dengan omong kosong ini! Aku harus pergi!" timpal Darren , yang jelas terdengar tidak senang.

"Omong kosong?" Tanya Naraya , yang tidak lagi dapat menahan diri.

"Jika kamu datang hanya untuk membuat keributan, maka pergilah!" bentak Darren menaikkan oktaf suaranya.

"Aku istrimu! Setidaknya, perlakuan aku sesuai dengan status itu!" Pinta Naraya kembali dengan mata yang berkaca-kaca.

Darren tidak menjawab, ia langsung membalikkan tubuh, membelakangi isteri nya . Lalu, perlakuan seperti apa yang diharapkan? Dastan bukan tipe pria romantis.

Hubungan pria dan wanita adalah sebatas hubungan in*tim . Hubungan suami istri, sama saja dengan hubungan bisnis.

Lalu, apa yang dapat diharapkan Naraya darinya?.

"Istri? Sebelum menuntut hak, penuhi dulu kewajibanmu!" tandas Darren, menoleh ke arah Naraya , sebelum melangkah pergi.

"KEMBALI! JANGAN PERGI!" teriak Naraya histeris.

" Kewajiban? Saya tahu itu terkait dengan keturunan. Bagaimana saya bisa memenuhi kewajiban, jika tidak diberikan kesempatan? " batin Naraya murka mengepalkan tangannya kuat .

Darren tidak peduli dengan teriakan istrinya itu. la terus melangkah dan menambah kecepatannya.

Dulu, ia setuju menikahi Naraya , karena merasa wanita itu pendiam dan lemah lembut. Namun, siapa sangka setelah delapan tahun pernikahan, wanita itu menjadi begitu menuntut dan menyebalkan.

Jika saja, Naraya dapat melahirkan seorang keturunan untuknya, maka ia dapat mengabaikan sikap menjengkelkan itu.

Namun, wanita itu tidak mampu dan semakin tidak sadar diri. Bersama dengan sang asisten, Darren pergi ke lantai paling atas gedung perusahaan. Di mana, helikopter sudah menunggu kedatangannya.

"Kamu tidak perlu ikut," ujar Darren, kepada asistennya itu.

"Baik, Tuan." Darren pun langsung naik ke dalam helikopter dan memerintahkan sang pilot, untuk segera mengudara.

Selama dalam perjalanan, Darren menatap keluar jendela, tapi dengan pikiran yang melayang jauh kepada wanita itu.

Wanita yang membuatnya kecanduan dan tidak dapat fokus, pada hal apapun.

Ini kali pertama, bagi Darren merasakan hal seperti ini. Biasanya, ia paling handal dalam mengendalikan diri dan tidak terpengaruh oleh wanita manapun.

" Apakah karena wanita itu masih virgin, saat kami berhubungan badan? batinnya Darren dan berusaha mencari alasan mengapa tingkahnya menjadi seperti ini.

Mungkin saja, sebab selama ini ia mengencani wanita berpengalaman. Baginya, wanita virgin memberikan beban tanggung jawab yang besar. Jadi, Darren selalu melewatkan wanita lugu dan polos.

Hanya dengan memikirkan wanita itu, tubuh Darren bereaksi keras. Tubuhnya, menunjukkan betapa ia merindukan kehangatan wanita itu.

la, tidak sabar ingin segera kembali ke Mansion pribadinya dan merengkuh wanita itu ke dalam pelukan.

Mencumbunya perlahan, sampai wanita itu mengerang karena kenikmatan yang diberikan olehnya.

"Apakah kita akan segera sampai?" tanya Darren

kepada sang pilot tak sabar , melalui headphone yang ia kenakan.

"15 menit lagi kita akan mendarat, Tuan," jawab sang pilot.

"Baiklah," jawab Darren, yang merasa 15 menit adalah waktu yang begitu panjang dan membuatnya menunggu begitu lama.

.*.*.*

Kembali ke Mansion di mana Ziya berada .

"Apakah Nona ingin menunggang kuda ini?" tanya si penjaga istal.

Ziya menggeleng dan berkata, "Tidak,paman. Aku tidak pernah menunggang kuda dan tidak tahu caranya." Jawab Ziya sambil membelai surai kuda putih itu.

Saat pertama kali melihat kuda ini, Ziya langsung jatuh cinta.

"Dia menyukai Nona. Biasanya kuda ini tidak suka saat orang asing menyentuhnya " jelas si penjaga istal.

"Benarkah?" tanya Ziya , gembira. Lalu, Ziya melangkah keluar dari istal, mengikuti penjaga istal yang membawa kuda putih bersamanya.

Di halaman yang luas, kuda putih itu dilepas agar dapat berlari bebas. Ziya antusias dan tatapannya mengikuti ke mana kuda itu berlari.

"Suara apa itu, Paman?" tanya Ziya.

"Helikopter mendarat, Nona. Di helipad yang ada di bagian Utara Mansion," jelas si penjaga istal.

" Apakah pria itu yang datang?" batin Lyra. Ingatan akan pria itu, membuat tubuhnya dilanda rasa rindu akan kehangatan sentuhan pria itu.

Kecupan, belaian dan penyatuan yang panas, berputar di benak Ziya.

"Ada apa, Nona?" tanya paman penjaga istal, yang melihat bagaimana tubuh Ziya menegang.

Antara rasa rindu dan malu, itulah yang dirasakan Ziya saat ini. la ingin berlari ke pelukan hangat pria itu dan memohon cumbuan.

Namun, di sisi lain ia juga merasa malu karena reaksi tubuhnya seperti ini. Tubuhnya haus akan sentuhan dan kehangatan pria itu.

"Ehm, tidak apa-apa, Paman. Hanya saja, aku sedikit lelah dan ingin kembali ke dalam," ujar Ziya berbohong. Ia tidak ingin bertemu pria itu di tempat yang ada orang lain, sebab jika mereka bertemu pasti tubuhnya akan menunjukan semua rasa rindu .

"Tentu, Nona. Mari saya antar," ujar paman penjaga istal.

"Tidak! Tidak perlu. Aku bisa sendiri," tolak Ziya dan berbalik, hendak pergi.

Namun, baru berbalik dan belum sempat melangkah, tubuh Ziya langsung membeku. Pria itu melangkah menuju ke arahnya. Berpakaian formal dengan rambut yang tersisir rapi, membuat Ziya terpana akan kesempurnaan pria itu.

Hanya dengan menatap, darah Ziya langsung berdesir dan kerinduan akan kehangatan menyelimuti dirinya. Di sisi lain, Darren juga merasakan hal yang sama.

Begitu turun dari helikopter, ia berlari ke halaman ini. Ia mendapat laporan bahwa wanita itu berada di istal.

Wanita itu mengenakan gaun kuning, yang semakin mencerahkan warna kulitnya. Rambut Panjang yang dicepol longgar, membuatnya terlihat begitu seksi dan menggoda.

Wajah tanpa riasan, begitu cantik. Bibir tipis yang sedikit terbuka, seakan minta dicium. Hanya menatap dari kejauhan, tubuh Darren bereaksi keras.

Napasnya memburu, hasrat mulai menguasai tubuhnya . la ingin merebahkan wanita itu di atas hamparan rumput dan menelanjanginya.

Mencium setiap inci tubuh indah itu dan menyatukan diri, merasakan kehangatan wanita itu. la sudah gila, benar-benar gila.

Darren tergila-gila dengan hubungan yang dilakukan dengan wanita itu. Tenggorokan tercekat dan bibirnya yang kering.

Ziya bahkan kesulitan bernapas saat pria itu berhenti tepat di hadapannya, begitu dekat. Tanpa sadar, Ziya menjilati bibirnya yang kering. Gerakan sederhana itu, ternyata begitu menggoda bagi Darren .

"SIAL!" maki Darren kepada dirinya sendiri, yang tidak mampu mengendalikan diri. Kemana dirinya yang selalu terlihat tenang dan dingin?

Saat berada dekat dengan wanita itu, ia tidak dapat mengendalikan semua itu. Satu tangan melingkari pinggang ramping dan satu tangan lagi menahan tengkuk Ziya.

Tanpa aba-aba, Darren melumat bibir tipis itu . Ziya membalas. Ia juga banyak menuntut dalam ciuman yang panas dan basah itu...