Sejak selamat dari bencana alam yang melanda kampung halamannya, tubuh Lusi menjadi aneh.
Dia bisa merasa sakit tanpa terbentur, merasa geli tanpa digelitik. Dan merasakan kepuasan yang asing ketika Lusi bahkan tidak melakukan apa-apa.
Dan setelah bekerja di sebuah perusahaan dan bertemu sang CEO, akhirnya dia tahu sebabnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Apa hubunganmu dengan putraku?
Sejak kapan kau berhubungan dengannya?
Berani sekali kau yang resepsionis berhubungan dengan putraku?
Berapa uang yang kau inginkan untuk meninggalkan putraku?
Padahal Nyonya Calista sudah menyiapkan deretan pertanyaan untuk Lusi North. Tapi semua itu gagal dia tanyakan. Karena kehadiran Samuel yang mendadak muncul. Dia membenci putranya yang memiliki insting tajam itu.
Samuel yang sudah berdiri dan ingin membawa Lusi pergi membatalkan niat karena teriakan ibunya. Dia kembali duduk karena tidak ingin ibunya yang terkenal dengan keanggunan luar biasa sebagai Nyonya konglomerat itu terkikis karena perbuatannya.
"Lusi, maaf sudah berteriak di depanmu" ucap ibunya membuat Lusi tersenyum kaku. Pasti Lusi juga ingin pergi dari tempat ini tapi tak bisa melakukannya.
"Dia sudah pasti tidak nyaman mendengar ibu berteriak"
"Lusi, aku dengar kau berhubungan dengan putraku"
"Darimana ibu mendengar rumor tak berdasar itu?"
"Lusi, kudengar hubungan kalian dimulai sejak lima tahun yang lalu. Kenapa aku tidak pernah mengetahuinya"
Dari perkataan ibunya, Samuel bisa menyimpulkan Martin yang telah membeberkan semua cerita ini. Padahal dia mengatakan semua itu untuk membungkam Martin. Tapi akhirnya merugikan dirinya sendiri.
"Apapun yang ibu dengan dari Martin, tidak perlu dipercaya"
"Lusi, apa kau tidak ingin menjawab?" desak ibunya membuat perhatian Samuel tertuju pada Lusi. Wanita yang diam saja sejak tadi itu semoga saja bisa membaca situasi dengan benar. Dan tidak memuat semuanya semakin buruk.
"Saya tidak akan berani melakukan hal itu" jawab Lusi seakan memberi jawaban tapi dengan tidak mengatakan kebenarannya. Syukurlah Lusi tidak mengatakan sesuatu tentang keanehan mereka berdua. Tapi juga tidak mengakui apapun.
"Lalu kenapa Samuel begitu memperhatikanmu? Bahkan sampai mengikuti mu kemari. Dia pasti khawatir aku akan melakukan sesuatu padamu"
Benar, kenapa juga Samuel harus mengikuti Lusi kemari? Harusnya dia membiarkan ibunya bertemu dengan Lusi. Tapi dia khawatir Lusi akan mengatakan sesuatu tentang hubungan mereka yang sulit dijelaskan itu.
"Saya tidak tahu apa yang dipikirkan Tuan Samuel"
Jawaban apa itu? Kenapa Lusi seakan melemparkan semuanya pada Samuel?
"Jadi maksudmu? Kau berdua berhubungan sejak lima tahun lalu. Tapi hubungan kalian berakhir. Karena kau sadar level kalian berbeda. Namun hal itu tak bisa membuat Samuel melupakanmu. Dia tetap mencintaimu sampai sekarang. Sehingga menolak semua wanita yang dikenalkan padanya. Apa itu maksudmu?"
Sungguh imajinasi yang menakjubkan. Samuel pikir, hanya Martin yang memiliki kemampuan seperti itu. Ternyata, ibunya jago sekali mengarang. Tapi, apa yang harus Samuel katakan sekarang?
Kalau dia menepis semua karangan ibunya, perhatian Samuel pada Lusi akan tampak tidak masuk akal. Seorang wakil CEO, pewaris Techno West, menyukai resepsionis? Hal itu sangat mustahil.
Lalu dia harus menjelaskan tentang hubungan tak masuk akal itu. Tidak, hal ini tidak boleh sampai tersebar keluar. Dan akhirnya Samuel melakukan apa yang harus dilakukan.
"Iya. Aku masih mencintainya sampai sekarang. Tidak bisa merelakan cinta itu pergi. Karena terlalu mencintainya "
Segera saja Lusi memberinya tatapan kaget. Samuel mengangkat tangan dan mulai membelai wajah wanita disebelahnya.
Lembut. Wajah Lusi lembut sekali, seperti sutera berkualitas tinggi.
"Samuel, ibu tahu tidak mudah menyingkirkan cinta yang sudah lama terukir di hati. Tapi kau sudah 30 tahun. Sudah saatnya untuk menikah dan memiliki keturunan. Karena Lusi sudah menyadari dirinya tak pantas menjadi menantu keluarga West. Maka kau harus melepasnya" kata ibunya memaksa Samuel menurunkan tangan dari sutera lembut itu.
"Ibu tidak perlu ikut campur masalahku"
"Samuel, kau!! Dasar anak yang tak berbakti!" kata ibu Samuel lalu pergi. Meninggalkannya dengan Lusi dalam situasi yang canggung.
"Anda tak perlu mengantar saya" kata Lusi setelah mereka berada di depan restoran, menunggu mobil Samuel datang.
"Ibuku yang mengajakmu kematian. Aku harus mengantarmu"
"Maaf Tuan, bukan maksud saya menganggap keputusan Anda salah. Tapi tidakkah semua ini berlebihan?"
Samuel menatap mata jernih yang sedang menelisik dirinya.
"Tidak. Lebih baik seperti ini daripada mereka mengetahui yang sebenarnya. Tidak ada yang boleh tahu kalau kita memiliki hubungan seperti itu. Hal itu bisa membahayakan tidak hanya aku, tapi juga kau"
"Berbahaya?"
"Iya. Dengan hubungan ini, seseorang bisa saja sengaja melukaimu hanya untuk menyiksaku. Dalam arti yang sebenarnya"
Setelah mendengar penjelasan Samuel, Lusi menutup mulutnya. Sepertinya wanita itu baru tahu bahaya masalah yang mereka hadapi.
"Maaf, saya tidak pernah berpikir ke arah itu. Mulai sekarang, saya akan lebih berhati-hati"
Setidaknya masalah malam ini, masalah ibunya selesai. Samuel bisa bernapas lega.
Beberapa hari kemudian semuanya terasa biasa saja. Tidak ada yang spesial dari waktu yang dilalui oleh Samuel. Bahkan dia bisa pergi keluar negeri dengan tenang. Mungkin karena Lusi benar-benar melakukan yang dikatakannya waktu itu. Memilih untuk lebih berhati-hati dan tidak ceroboh. Agar mereka berdua terhindar dari rasa sakit yang muncul secara tiba-tiba.
Namun, entah kenapa rasanya membosankan.
"Tuan, apa Anda akan pulang ke kediaman Tuan dan Nyonya West?" tanya asisten Smith ketika mereka baru saja mendarat dari luar negeri.
"Tidak. Aku hanya ingin pulang dan tidur" jawab Samuel.
Sampai di rumahnya, Samuel dikejutkan oleh sapaan seseorang.
"Selamat malam Tuan Samuel"
Penjaga keamanan yang selama ini hanya mengangguk ketika bertemu dengan Samuel, kini menyapanya. Asisten Smith yang tampak terkejut juga menghentikan mobil di tengah-tengah pagar yang sedang membuka
"Malam. Ada apa?" tanyanya penasaran.
"Ada seseorang yang datang petang tadi dan menitipkan ini"
Asisten Smith menerima bungkusan itu dan membukanya di dalam rumah.
"Isinya obat pereda kram perut, plester hangat dan minuman. Juga ada selembar pesan Tuan, apa Anda ingin membacanya?" tanya asisten Smith selagi Samuel mengganti pakaiannya.
"Baca saja" perintah Samuel.
"Baiklah Tuan. Bacanya : Maaf Tuan, malam ini dan besok mungkin perut Anda akan terasa tidak nyaman. Saya telah membeli obat kram perut, juga plester penghangat dan minuman manis hangat. Lusi North. Barang ini ternyata dari Lusi North Tuan"
Tangan Samuel yang sedang membuka kancing kemeja terhenti. Dia ingat sesuatu yang terjadi setiap bulannya.
"Apa ini tanggal 15?" tanya Samuel keluar dari kamar, ingin melihat kalender di meja kerjanya.
"Tanggal 16 Tuan" jawab Smith
"Sial, sakit itu pasti datang"
"Sakit? Yang setiap bulan itu Tuan? Tapi bagaimana bisa Lusi North tahu? Dan obat kram perut ini?"
Baik Samuel dan asisten Smith saling memandang satu sama lain. Mereka memiliki pikiran yang sama.
"Ternyata, sakit setiap bulan yang menyiksa itu adalah sakit karena datang bulan. Sialan!!" umpat Samuel sama sekali tidak menyangka dia yang seorang pria bisa mengalami hal seperti ini. Hanya karena tubuhnya terhubung dengan Lusi North.
"Tapi apa sudah terasa Tuan?" tanya Smith.
Tak menunggu hitungan menit, sakit itu mulai merayapi bagian bawah perut Samuel. Lalu ke arah pinggang dan punggungnya. Nyeri sekali sampai dia tidak bisa berdiri.
"Suruh Lusi kemari! Dia harus bertanggung jawab atas sakit yang akan aku alami!" teriaknya kesal.
"Tapi Tuan"
"Cepat panggil dia kemari!!"
Mendengar teriakan campur usaha menahan rasa sakit itu, asisten Smith tak punya pilihan. Selain berangkat menjemput Lusi yang sedang makan makanan pedas dengan tenang di rumahnya.
uda baca karya2mu. syukaaaa...
semangat berkarya, lope u