Queen memilih memendam perasaannya pada Safir, karena tidak ingin merusak hubungan persahabatan mereka berdua. Queen pikir, selama ini Safir juga memiliki perasaan yang sama seperti dirinya. Perasaan itu semakin bersemi di hati Queen karena sikap Safir yang begitu perhatian terhadap dirinya. Meskipun perhatian tersebut tidak terang-terangan di tunjukkan oleh safir karena sikapnya yang pendiam dan juga dingin. Namun, siapa yang bisa menduga jika setelah mereka lulus kuliah, Safir datang ke rumah untuk melamar. Bukan Queen yang di lamar oleh Safir, tapi Divya. Bagaimana kisah selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nia masykur, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13 Kekesalan Zantisya Masih Berlanjut
"Kenapa tidak menjawab?" Zantisya jadi semakin jengkel karena Safir tetap diam tidak menggerakkan mulutnya.
"Apa perlu Divya ceburu dengan adiknya sendiri, Bun? Divya juga tahu kalau di antara kami tidak ada perasaan khusus. Hal itu bukanlah masalah besar?"
"Sekalipun Queen adik kandungnya, bukankah seharusnya Divya berjaga-jaga kalau mungkin saja Queen mencoba merayu Safir dan merebut Safir dari Divya?"
"Queen bukan gadis seperti itu, Bun," ucapnya dengan air muka yang nampak tidak terima. Bagaimana mungkin dirinya diajak berandai-andai kalau Queen adalah gadis penggoda.
"Lalu seperti apa dia?" Zantisya jadi semakin kesal karena melihat reaksi Safir yang tidak nyaman di pandang mata.
"Queen gadis baik-baik. Bunda juga tahu tentang itu," Safir menghela nafasnya pelan. Ia meletakkan rotinya karena selera makannya sudah menghilang. "Maafin Safir karena pagi-pagi sudah mengajak Bunda berdebat. Safir pergi sekarang."
Setelah bersalaman dengan kedua orang tuanya, Safir bergegas meninggalkan rumah tersebut.
Prank!
Begitu Safir meninggalkan ruang makan, Zantisya sedikit membanting piring saat meletakkan di wastafel.
"Deeekkk."
"Aku jengkel sama anak Mas itu. Bisa-bisanya dia memperlakukan kita seperti ini," Zantisya yang masih dongkol karena kejadian semalam, kini membuat perempuan tersebut menangis.
"Kita juga tahu kalau Safir itu pendiam. Niatnya juga baikkan?"
"Pendiam tapi kebangetan ini namanya Mas. Menikah itu urusan yang sangat penting, karena akan mempersatukan dua keluarga. Tapi bisa-bisanya dia bertindak seperti itu. Kita ini masih sehat, masih hidup. Lain lagi kalau dia yatim piatu," ungkap Zantisya yang mulai meluapkan segala emosinya lagi.
"Astagfirullah Dek. Jangan bicara seperti ini."
"Mas itu selalu saja membela anak-anak. Mas selalu memanjakan mereka. Itulah hasilnya si Safir. Kalau saja Divya bukan cucunya besan kita, aku adalah orang pertama yang akan menolak pernikahan mereka," ucapnya dengan hati yang semakin panas. Zantisya kini mengusap air matanya yang sejak tadi luruh tanpa bisa di cegah lagi. "Divya juga, sudah dewasa kenapa perangainya sama saja seperti Safir."
"Istighfar Dek. Jangan menyalahkan anak orang lain," Arjuno berusaha untuk menepuk punggung Zantisya agar segera tenang.
"Aku bukannya menyalahkan Divya, Mas. Tapi memang kenyataannya begitu kan? Mereka berdua sama saja. Seperti tidak menganggap orang tua mereka ada. Aku jadi ragu kalau pernikahan mereka nanti bisa langgeng."
"Ya Allah, Dek. Jangan bicara seperti ini. Doa seorang ibu itu bisa di ijabah loh Dek. Sekarang yang penting kita arahkan anak kita. Aku akui Safir memang salah. Tapi ya sudah, semuanya sudah terlanjut terjadi. Yang penting sekarang kita dukung saja niat baiknya."
"Bagaimana aku tidak berprasangka seperti ini Mas?" sepertinya Zantisya masih enggan untuk tidak mendebat Arjuno. "Safir sama orang tuanya saja tidak berterus terang. Tidak terbuka, padahal masalah pernikahan ini adalah hal yang sangat penting. Lalu bagaimana kalau mereka menikah? Mas bisa yakin dengan perangai Safir yang seperti itu, Safir akan terbuka dengan Divya? Kalau aku sih enggak yakin," ucap Zantisya kemudian ia tersenyum kesal.
"Dek."
"Mas jangan tutup mata tentang ini. Kita ambil contoh yang paling mudah. Setelah usaha ternak sapinya berjalan lancar, apa dia pernah bilang lagi sama kita saat akan membeli tanah. Menambah usaha ternaknya yang lain? Enggak pernah dia bilang ke kita lagi kan Mas? Karena dia mengurus semuanya dengan Queen. Safir akan mengatakan semuanya setelah apa yang telah ia inginkan tercapai. Kalau masalah itu aku tidak mau ambil pusing. Karena hak dia mau mengembangkan usahanya seperti apa. Tapi ini masalah pernikahan, Mas. Pernikahan," ucap ulang Zantisya.
Arjuno menghela nafasnya pelan. Apa yang di pikirkan istrinya sebenarnya sejalan dengan apa yang sedang menjadi beban pikirannya sejak semalam. Tapi Arjuno memilih tenang, karena jika dirinya ikut emosi pasti semuanya akan berantakan.
"Apa kita batalkan saja pernikahan mereka ya Mas?"
"Astagfirullah, Dek. Jangan berucap yang tidak-tidak saat sedang tersulut amarah seperti ini. Kita sudah datang baik-baik untuk melamar, sudah menentukan hari pernikahan. Anak-anak juga sudah saling mencintai. Cara mereka memang salah, tapi kita masih ada cara untuk membuat mereka sadar, agar kelak mereka tidak bersikap seperti ini dalam berumah tangga. Setiap orang punya caranya tersendiri untuk menemukan jodoh mereka. Takdir kita juga harus merasakan ini semua. Tenangkan pikiran kamu dulu, Dek."
"Ya Allah, astaghfirullah," ucap Zantisya sambil mengusap dadanya sendiri.
*
Sudah sejak tadi Safir mengemudikan mobilnya. Lelaki yang menggunakan kaca mata hitam itu terus menambah laju kecepatan mobilnya saat jalan benar-benar renggang. Sampai pada akhirnya, ia sudah sampai di lokasi tujuan. Safir meraih ipadnya. Setelah itu ia bergegas keluar dari mobil dan menuju meja yang sudah di reservasi oleh Queen sejak beberapa hari yang lalu.
"Sudah datang sejak tadi?" tanyanya sambil mendaratkan tubuhnya di kursi. Ia melihat Queen yang sedang sibuk dengan ponselnya sendiri.
"Barusan," Queen menjawab singkat dan tanpa melihat Safir meski hanya sebentar.
Safir menatap Queen dengan perasaan yang bingung. Padahal biasanya jika dia sudah datang, Queen pasti langsung menyambutnya dengan wajah yang begitu antusias dan langsung menceritakan hal-hal yang menurut Safir tidak penting. Dari mana pentingnya, jika hal macet saja di ceritakan oleh Queen. Bahkan pengamen juga bisa jadi bahan obrolan Queen dengannya. Dan yang lebih aneh lagi, biasanya jika Queen datang ke lokasi janjian lebih dulu, maka Queen juga langsung memesankan minuman untuknya.
"Pak Anwar belum datang ya?"
"Belum."
"Perut kamu masih sakit? Kenapa sejak tadi menjawabnya singkat sekali. Kalau memang masih sakit, seharusnya kamu tadi bilang dan jangan datang ke sini."
demo rumah emak guys