Marya terpaksa harus menjadi istri di atas ranjang bos dari perusahaan tempatnya bekerja. Demi bisa mendapatkan pinjaman untuk membayar hutang Ayahnya di perjudian, yang telah menggadaikan rumah mereka.
Kanzo memperlakukannya dengan baik, sehingga Marya jatuh cinta. Namun Marya harus membuang jauh jauh perasaan itu, mengingat Kanzo memiliki istri lain yang dia cintai.
Apakah Kanzo juga jatuh cinta pada Marya. Mengingat Kanzo memiliki istri lain yang lebih pantas dari Marya. Dan apa alasan Kanzo menikahi Marya?.
"Ingat Marya! kamu tidak boleh jatuh cinta. Kamu hanya istrinya di atas ranjang. Dia tidak mencintaimu" Marya.
Bagaimana kisahnya, yuk ikuti ceritanya. Di jamin baper tingkat tinggi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha cute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
lebih rileks
Marya yang berada di pelukan Kanzo, membeku tak berani bergerak sedikit pun. Bahkan untuk bernapas saja Marya sangat hati hati. Kawatir Kanzo mendengar detak jatungnya yang tak karuan. Wajar saja, ini pertama kalinya Marya seintim itu dengan lawan jenis. Marya sangat gugub.
Kanzo yang merasakan tubuh Marya kaku dan menegang di dalam pelukannya, tersenyum. Kanzo pun mengusap usap punggung Marya dari belakang, dan sesekali berpindah mengusap usap kepala wanita itu.
"Rileks kan tubuhmu, jangan takut, aku tidak akan menyakitimu" ucap Kanzo masih dengan senyum di bibirnya. Tapi Kanzo sendiri tidak yakin dengan kata katanya untuk tidak menyakiti wanita itu.
Marya yang masih berada di dalam pelukan Kanzo, menarik napas dalam sampai dadanya membusung, mengelurkannya perlahan. Lalu mencoba mengendurkan tubuhnya yang kaku.
"Lebih rileks lagi" ucap Kanzo lalu memindahkan Marya dengan cepat ke atas pangkuannya.
Tubuh Marya kembali menangang, lebih tengang dari yang tadi. Kanzokembali mengusap usap punggung Marya, untuk membiasakan wanita itu dengan sentuhannya. Lalu mengecup ujung kepala wanita itu.
Serrr!
Kecupan di ujung kepalanya berhasil menyentuh relung hati Marya. Tubuh Marya pun perlahan mulai rileks.
"Kita memang menikah sirih, tapi itu sudah sah membuat kita menjadi suami istri. Mulai sekarang kamu istriku, Marya. Jangan kawatir, aku akan memenuhi kewajibanku sebagia suami. Termasuk dia atas ranjang." Kanzo berdiri dari tempat duduknya, membawa Marya yang ada di pangkuannya masuk ke dalam kamar yang pintunya sudah terbuka dari tadi.
"Ini kamar kita" ujar Kanzo mendudukkan Marya di atas tempat tidur, kemudian menyusul.
Di atas tempat tidur, Kanzo kembali memeluk tubuh Marya. Menyentuh dagu Marya dengan lembut, mengarahkan wajah cantik lembut keibuan itu ke arahnya. Namun Marya langsung mengalihkan wajahnya ke arah lain. Kanzo meraihnya kembali, dan tanpa aba aba menyerang bibir wanita itu tiba tiba.
Marya langsung meronta berusaha melepas bibirnya dari serangan benda kenyal milik pria tampan itu.
"Marya, kita sudah suami istri" tegur Kanzo. Tadi dia keceplosan, tidak tahan melihat bibir yang menggoda iman itu.
Marya terdiam menunduk sambil menggigit bibir bawahnya. Takut Kanzo akan marah padanya, lalu menyakitinya.
"Istirahatlah, aku mandi dulu" Kanzo melepas pelukannya dari tubuh Marya, dan langsung turun dari atas tempat tidur, melangkah ke kamar mandi.
Marya yang berada di atas kasur terdiam, menatap punggung pria itu menghilang di balik pintu. Sepertinya pria itu kecewa padanya. Habis gimana lagi, jujur Marya belum siap dan sebenarnya tidak rela jika harus menyerahkan kesuciannya pada pria beristri. Meski Kanzo sendiri juga sudah sah menjadi suaminya.
Tak lama kemudian, pintu kamar mandi itu terbuka. Kanzo keluar dari dalam kamar mandi, hanya dengan menggunakan handuk di lilit di pinggang.
Melihat itu, Marya langsung mengalihkan wajahnya yang memerah salah tingkah ke arah lain. Jujur, Marya mengagumi segala ketampanan yang di miliki pria berusia tiga puluh Tahun itu. Sampai tak sadar Marya menelan air ludahnya bersusah payah.
"Mandilah" Kanzo melempar handuknya tadi ke arah Marya. Yang berhasil menyadarkan Marya dari lamunannya.
Kanzo keluar dari dalam kamar, melangkahkan kakinya ke luar apartement. dan Marya segera turun dari atas tempat tidur dan langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai membersihkan diri, Marya keluar dengan pakaian yang dikenakannya tadi. Karna ia tak membawa pakaian ganti.
Ceklek!
Refleks Marya menoleh ke arah pintu yang terbuka dari luar.
"Sudah selesai?, ayo makan" ajak Kanzo.
Tanpa menjawab, Marya keluar kamar mengikuti langkah Kanzo ke arah ruang makan apartement itu. Sampai di ruang makan, ternyata di sana sudah terhidang makanan lengkap dengan piring, gelas dan sendok.
"Besok kamu yang harus menyiapkan makanan untuk kita" ujar Kanzo menarik kursi lalu menuntun Marya untuk duduk.
Lagi, Marya diam saja menanggapi apa yang di katakan Kanzo.
Kanzo yang sudah duduk, mengisi piringnya dengan nasi dan lauk yang di belinya tadi dari luar, kemudian mengisi piring yang berada di depan Marya.
"Makanlah" Kanzo pengusap lembut kepala Marya dari belakang, supaya gadis itu tidak segan atau sungkan di depannya.
Saat Kanzo mulai menyuapkan makanan ke mulutnya, baru Marya juga mulai mamakan makanan di depannya.
'Pak Kanzo baik, sepertinya dia pria yang lembut. Lantas apa yang membuat Pak Kanzo menduakan istrinya?. Dan memilihku menjadi istri simpanannya. Masa iya, karna nafs*?.' Marya membatin sambil mengunyah makanan di mulutnya.
"Cepat habiskan makananmu!."
Marya langsung tersadar dari lamunannya mendengar suara Kanzo berbicara.
"Buatkan saya kopi, bawa ke kamar" ujar Kanzo sembari berdiri dari kursinya, melangkahkan kakinya keluar dari ruang makan.
Marya yang sudah selesai menghabiskan makanannya, langsung membereskan meja dan mencuci bekas peralatan makan mereka. Kemudian membuat kopi, membawanya ke dalam kamar tadi.
Sampai di dalam Kamar, Marya melihat Kanzo sedang sibuk dengan laptopnya di sofa yang berada di dalam kamar itu.
"Ini kopinya Pak" ucap Marya saat meletakkan secangkir kopi di tangannya.
Kanzo langsung mengambilnya dan menyesapnya hati hati." Ganti bajumu dengan baju yang ada di lemari" suruh Kanzo meletakkan kembali kopinya di atas meja.
Marya diam dan netranya mengarah ke arah lemari di kamar itu. Berpikir jika Kanzo menyuruhnya memakai baju pria itu.
"Gak usah Pak, aku memakai baju ini aja" tolak Marya.
"Kamu tidak akan nyaman tidur dengan bajumu itu. Pasti rasanya gerah, karna sudah kamu pakai seharian. Cepat ganti semua dengan pakaian dalammu" ucap Kanzo gamblang.
Tidak taukah dia, wajah Marya sudah bak kepiting rebus saat menyuruhnya mengganti baju sama pakaian dalam. Apa yang ada di dalam otak pria yang sudah beristri itu?. Dan juga Marya tidak membawa pakaian dal*m, lalu Marya menggantinya pakai apa?. Tidak mungkin dengan milik pria itu.
"Ta- ta- tapi..."
"Saya sudah siapkan semua keperluanmu di dalam lemari" potong Kanzo cepat, bisa menebak apa yang akan di keluhkan gadis itu.
Marya langsung terdiam mencerna apa yang dikatakan Kanzo. Lalu melangkahkan kakinya ke arah lemari.
Pintu pertama, ternyata pakaian Kanzo, pintu ke dua juga begitu. Pintu ke tiga, Marya terdiam memandangi baju baju wanita di dalamnya. Marya pun membuka pintu ke empat, semua yang dia butuhkan ada di sana. Marya terus memandangi baju baju itu, bingung harus memakai yang mana. Apa lagi ini malam pertama mereka. Aduh! rasanya tidak mungkin Marya jika harus memakai baju pemersatu bangsa kaum wanita.
Akhirnya pilihan Marya pun jatuh pada baju tidur celana panjang dengan atasan model kemeja tanpa kerah. Marya membawa baju berwarna biru muda itu ke kamar mandi, untuk mengganti pakaiannya di sana.
Selesai menggantinya, Marya langsung keluar berjalan menunduk tanpa berani membalas tatapan Kanzo ke arahnya. Mungkin Kanzo kecewa dengan pakaian yang di kenakannya.
"Kemarilah!"
Marya langsung mendongangkan kepalanya ke arah Kanzo yang memanggilnya. Lalu melangkah dengan sangat pelan dan gugup.
Kanzo menarik tangannya, membawanya duduk di pangkuan pria itu dengan posisi Marya mengapit kedua p*h* pria itu. Membuat Marya menunduk dalam apa lagi merasakan tangan Kanzo mere*** bo***nya.
*Bersambung
part widuri dan haris..
saya gk mao tau author hsr tanggung jawab