Ayu Larasati, seorang dokter spesialis kejiwaan yang lebih senang tidur di rumah sakit daripada harus pulang ke rumahnya. Ada sebab nya dia jarang pulang ke rumah. Apalagi jika bukan drama ibunya yang menginginkannya menikah dan segera memberikannya cucu.
Ibunya memaksa ingin menjodohkan dirinya dengan seorang laki-laki.
Duta Wicaksana, seorang bupati yang amat disegani di kota Magelang. Dia amat pintar mengelola kota nya sehingga kota nya bisa menjadi kota maju. Tapi sayangnya belum memiliki pendamping. Dirinya pasrah ketika akan dijodohkan oleh orang tuanya dengan seorang perempuan.
Mereka dipertemukan dalam ta'aruf. Mungkinkah cinta mereka akan bersemi?
Atau mungkinkah bunga cinta itu akan layu sebelum waktunya?
Mari kita simak perjalanan kisah cinta mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mak Nyak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Badmood
Duta dan Laras sudah sampai di proyek revitalisasi sungai. Farid dan mandor proyek yang mengetahui mobil atasannya sudah tiba segera menyambutnya.
"Ikut turun ya Ay? Sebentar saja" ucap Duta sambil melepas seatbelt nya.
Laras mengangguk. Duta tidak mengetahui Laras mengangguk, Duta mengira Laras hanya diam saja.
"Kalau gak mau ya sudah deh, di dalam mobil saja" ucap Duta kemudian.
"Laras gak bilang gak mau abang. Laras ngangguk-ngangguk. Lagian ngapain juga Laras di dalam mobil sendirian"
"Kamu hari ini beneran badmood atau gimana sih? Daritadi sepertinya dari nada bicaranya uring-uringan terus? Kamu marah sama abang?"
"Gak kok, iya udah maaf kalo Laras ngomongnya kayak orang marah"
Duta diam. Laras pun ikut diam. Farid dan mandor bingung, kenapa tidak segera keluar dari mobil?
Akhirnya Farid menghampiri mobil bos nya dan mengetuk kaca pintu mobil Duta. Duta menurunkan sedikit kacanya. Pandangan Farid tertuju pada Laras.
Siapa perempuan itu?. Batin Farid dalam hati.
"Ehm, Assalamualaikum bang, tunggu sebentar ya?"
"Eh, waalaikum salam. Baik pak. Saya menunggu disana bersama pak mandor"
"Sudah sampai mana tahapnya?" tanya Duta kepada Farid.
"Yang ujung barat sudah mulai pengecoran dan pemasangan batako. Yang ujung timur masih penyelesaian pengerukan pak"
"Oke, tunggu sebentar ya"
Farid mengangguk dan Duta kembali menutup kaca mobilnya. Duta kembali diam. Laras sudah tak tahan dengan kecanggungan yang terjadi. Akhirnya dia buka suara.
"Ayo bang turun, udah jangan dibahas lagi yang tadi. Laras mau kok nemenin abang kerja. Ada sandal jepit gak? Kaki Laras bisa sakit kalau harus pakai high heels" Laras memulai percakapan.
Duta tidak jadi untuk membahas masalah tadi. Dia mengambilkan sandal jepit yang ada di bawah jok kursi nya. Dia keluar dan menuju pintu sebelah kiri. Dia membukakan pintu untuk Laras.
"Ini sandalnya" Duta meletakkan di bawah pintu mobil.
Laras segera melepas high heels nya dan memakai sandal jepit nya. Dia segera turun dan menutup pintu mobilnya. Duta dan Laras menuju arah Farid dan mandor berdiri. Disana juga ada wartawan dari televisi lokal yang siap meliput kedatangan bupati mereka.
"Assalamualaikum bang, pak" Duta menyalami Farid dan mandor. Laras menangkupkan tangan di depan dada seraya tersenyum.
"Waalaikum salam" jawab Farid dan mandor. Wartawan segera mengabadikan moment itu.
"Gambar desainnya bang" pinta Duta kepada Farid. Farid segera memberikan gambar itu kepada mandor, Duta, dan Laras.
Mereka mulai berjalan dan sang mandor menjelaskan maksud konsep dari gambar desain itu. Laras juga memperhatikan penjelasan mandor itu. Farid masih sibuk dengan pikirannya sendiri.
Siapa perempuan ini? Apakah dia yang dijodohkan oleh mamah dengan pak bos? Kalau iya dan pak bos sampai nolak berarti pak bos bodoh dong nolak perempuan seanggun ini. Kalau pak bos nolak aku mau lah. hihihi. Batin Farid sambil menahan tawa.
"Bararti nanti ditengah sini dikasih nama taman x gitu ya pak, Bang Farid nanti dari ujung barat sampai ujung timur diukur panjang nya berapa. Lalu hitung jumlah instansi kita"
"Siap pak bos"
"Belum selesai saya ngomongnya bang"
"Oh maaf"
"Nanti setelah itu dibagi tiap instansi dapat berapa meter. Kita akan mengadakan lomba untuk hari jadi kota kita. Setiap instansi wajib menghias dan mempercantik taman. Pemenangnya akan mendapatkan hadiah dari saya pribadi berupa tiket jalan-jalan gratis"
"Siap pak, ada lagi?"
"Sementara itu dulu, jadi pak mandor saya minta untuk pemasangan batako ini selesai seminggu lagi. Jika butuh tambahan tenaga hubungi bang Farid saja"
"Siap pak bos. Nanti akan saya suruh lembur saja mereka daripada harus nambah orang, biar biaya lembur mereka bisa untuk tambahan mereka" jawab pak mandor.
"Oke kalau maunya bapak begitu. Saya ikut saja. Bang, jadwal saya senin kemana saja?"
"Jadwal bapak senin besok apel, langsung berangkat ke Pati untuk kaji banding pak" jawab Farid sambil membaca agenda nya.
"Lhoh, kaji banding nya besok? Ya sudah, siapkan bahan presentasi nya. Nanti malam kirim kan ke rumah" perintah Duta kepada Farid.
"Siap pak"
"Saya tinggal dulu ya"
"Maaf, sebentar pak. Bisa kami minta sesi wawancara sebentar?" kata wartawan yang dengan setia menunggu Bupati nya melakukan tinjauan.
Duta melihat ke Laras. "Gimana Ay? Abang diwawancara sebentar boleh?"
"Boleh, silahkan. Laras tunggu disini" Jawab Laras memberi ijin pada Duta.
Farid dan pak mandor yang mendengar panggilan Duta kepada Laras saling bertatapan.
Ay? Ini beneran pak bos setuju dengan perjodohan mereka. Sesuatu yang ewaw sekaliiii. Berarti bentar lagi aku makin sibuk dooong. Magelang mantuuuu, hassseeeekkk. Batin Farid masih sibuk dengan pikirannya yang kemana-mana.
"Bu, duduk disana saja, ada pohon rindangnya, lebih adem" pak mandor menunjuk sebuah kursi dibawah pohon rindang itu.
"Oh, iya pak makasih" Laras berjalan menjauh dari pak mandor dan Farid dan duduk di kursi itu. Laras mengipaskan tangannya karena kegerahan.
"Bang Farid, itu siapa?" pak mandor mulai kepo dengan Laras.
"Bapak ini, saya mana tahu pak? Tapi tadi dengar kan pak bos manggilnya apa? Ay, kepanjangannya ayang alias sayang. Bener gak pak?"
"Mana saya tahu bang Farid. Sudah lah, biar menjadi urusan pak bos. Kayaknya sebentar lagi kota kita bakalan punya gawe selain hari jadi. Setuju?"
"Itu dari tadi yang saya pikirkan. Tambah lagi dong pak kerjaan saya, huuaaaaa"
"Sabar bang Farid, siapa tahu nanti dapat jodoh di nikahannya pak bos. Kalau beneran nikaaahhh. Hahahaha"
"Yeee, si bapak ini"
Tak lama kemudian Duta bergabung bersama Farid dan pak mandor.
"Bang saya tinggal dulu ya. Mau jalan ke semilir soalnya"
"Eee, pak bos sebentar. Itu siapa?"
"Keppo. Udah buruan balik antarkan bahan buat besok ke rumah. Mau saya pelajari dulu" ucap Duta sambil tersenyum meninggalkan Farid dan pak mandor.
"Siap pak"
"Gitu tuh kalau sedang kasmaran, apa aja yang diminta pasti dikabulkan" ucap pak Mandor.
"Emang gitu ya pak?" tanya Farid tak mengerti.
"Makanya bang cepetan nikah"
"Yeee si bapak. Itu lagi yang dibahas"
Duta menghampiri Laras yang masih sibuk mengipaskan tangannya ke arah wajahnya.
"Gerah Ay?" tanya Duta.
"Iya"
"Yuk ke mobil. Biar adem"
"Abang udah selesai wawancara nya?"
"Udah"
"Ayo lah" Laras berdiri dan berjalan menuju arah mobil diikuti Duta.
Duta hanya tersenyum melihat Laras yang menurutnya masih begitu polos.
Mereka sudah di dalam mobil. Duta langsung menghidupkan mesin mobil nya dan menaikkan volume AC mobil nya.
"Haaahh, alhamdulillah sejuknyaaa" ucap Laras sambil merem dan menyunggingkan senyum.
Duta menoleh dan jantungnya berpacu lebih cepat karena melihat senyum Laras.
"Maaf ya, kepanasan gara-gara abang"
"Minta maaf melulu dari tadi bang, biasa aja sih. Kan aku nya yang minta turun. Bukan abang yang maksa Laras"
"Ya sudah, terima kasih ya Ay, udah nemenin abang kerja. Bikin abang tambah semangat kerja nya. Besok-besok mau lagi gak nemenin abang kerja?"
Blusshhhh, wajah Laras langsung merona karena Duta bilang makin semangat karena ditemani dirinya.
"Sama-sama. Abang ada minum gak? Aku haus"
"Nanti beli di toko depan. Abang gak punya"
Laras mengangguk. Duta segera melajukan mobilnya mencari warung terdekat.
.
.
.
Like
Vote
Komen
Tip
Mbak Ay Laras lagi PMS kali tuh bang Dut, uring-uringan melulu bawaannya. Apa author ya yang bawaannya uring-uringan? 😅😅😅
😂😂😂