NovelToon NovelToon
Takdir Di Balik Lensa

Takdir Di Balik Lensa

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Model / Office Romance
Popularitas:949
Nilai: 5
Nama Author: Novaa

Sepuluh tahun lalu, Sekar kenanga atmaja dan Alex Mahendra prakasa terlibat dalam sebuah perjodohan dingin tanpa cinta. Di usianya yang masih belia, Sekar hanya memusatkan pikirannya pada impian yang ingi diraihnya. Dengan segala cara dia ingin membatalkan perjodohan itu. Namun sebuah tradisi dalam keluarganya sulit sekali untuk dilanggar. Pendapatnya sama sekali tidak di dengar oleh keluarganya. Sampai pada hari pertunangannya dengan Alex tiba. Sekar dengan berani menolak putra dari keluarga Prakasa tersebut. Gadis 18 tahun itu pergi meninggalkan acara dan Alex dengan luka samar, karena ditolak dengan kasar di hadapan banyak orang.

Kini takdir kembali mempertemukan mereka dalam ikatan bisnis. Sekar yang kini menjadi model terkenal dan di kenal dengan nama 'Skye' akan menjadi wajah utama untuk ATEEA group. Sebuah perusahaan fashion ternama yang ternyata dipimpin oleh Alex Mahendra prakasa, sang mantan calon suaminya.

Akankah bisnis ini batal seperti perjodohan mereka? simak disini ..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12 #PERHATIAN KECIL DI BALIK BENTENG ATEEA

​Gedung ATEEA, Pukul Lima Sore

​Pekerjaan Skye hari itu selesai pukul 5 sore. Lebih cepat dari biasanya. Pemotretan selesai dengan efisien, tanpa gangguan atau kritik pedas Alex, yang tampaknya menjaga jarak setelah insiden lontong ketupat pagi tadi.

​Saat Sekar mulai membersihkan diri di ruang ganti, Mila menghampirinya dengan raut wajah tidak enak.

​"Skye, aku sungguh minta maaf. Aku harus pulang lebih dulu," ujar Mila, nadanya memohon. "Hari ini ada urusan keluarga yang sangat penting dan mendesak. Aku tidak bisa menunggumu selesai berganti pakaian."

​Mila tampak sungguh-sungguh meminta maaf. Skye, yang sudah sangat akrab dengan Mila bak saudara kandung dan tahu betapa tulusnya asistennya itu dalam bekerja, menghela napas maklum.

​"Tidak apa-apa, Mila. Pergilah," jawab Sekar lembut. "Aku bisa mengurus diri sendiri. Terima kasih untuk kerja keras hari ini."

​"Terima kasih, nona Skye! Sampai besok!" Mila bergegas pergi, meninggalkan Sekar sendirian di ruang ganti yang kini terasa sunyi.

​Sendirian, Sekar mulai menghapus make-up sensualnya dan mengganti gaun bold dengan pakaian kasual yang nyaman—kaus longgar dan celana panjang. Setelah selesai, ia tidak langsung pulang. Ia duduk lagi, bersandar di sofa untuk memulihkan tenaga. Semalam ia tidak benar-benar tidur nyenyak karena insiden mobil mogok, dan hari ini cukup menguras tenaga dan emosi, terutama setelah menerima serangan kata-kata dari Alex.

​Parahnya, hari ini adalah hari pertamanya datang bulan. Tadi pagi ia masih bisa menahannya, tetapi sekarang, nyeri perut yang tajam mulai menyerang. Kepalanya juga terasa sangat sakit.

​Sekar akhirnya memutuskan untuk pulang. Ia berjalan sendiri keluar kantor ATEEA dengan langkah pelan, menahan sakit yang terasa melilit di perutnya.

​Saat ia menyandarkan tubuhnya ke dinding koridor sepi dekat lift lobi, Alex Mahendra keluar dari lift tersebut, siap untuk pulang. Alex melihat Sekar yang bersandar di dinding, wajahnya pucat dan keringat dingin mulai muncul di pelipisnya.

​Alex berbalik dan langsung menghampiri Sekar. "Skye, kau baik-baik saja?"

​Karena kesakitan, Sekar tidak lagi bisa bersikap angkuh. "Tidak," bisiknya, suaranya lemah. "Aku... aku tidak enak badan." Ice Maiden menghilang, yang tersisa hanyalah Sekar Kenanga yang rentan.

​Alex menyentuh dahi Sekar, sentuhan itu lembut dan tiba-tiba. "Kau nyeri perut?" tanyanya. Sekar mengangguk.

​Tanpa pikir panjang, Alex dengan cepat menyandarkan satu lengan Sekar ke bahunya, memegang pinggangnya untuk menopang. Alex memapah Sekar melintasi lobi yang hampir kosong menuju mobilnya.

​Di dalam mobil, Alex menyalakan penghangat, membantu Sekar duduk, dan menyerahkan sebotol air mineral. Sekar terperangah melihat perhatian tulus Alex, tetapi pria itu segera menarik kembali bentengnya.

​"Jangan salah paham, Sekar," kata Alex dingin, tanpa menoleh. "Kau adalah aset paling berharga ATEEA saat ini. Kampanye 'Ascension' tidak boleh terhenti hanya karena model utamanya sakit. Ini adalah bagian dari tanggung jawab CEO untuk menjaga aset perusahaannya."

​"Saya mengerti, Tuan Alex. Saya hanya aset," balas Sekar, memejamkan mata.

​Alex mulai menyetir. Karena Alex sudah mengantarnya pulang semalam, ia sudah mengetahui alamat rumah orang tua Sekar di kawasan elit Jakarta Selatan. Lebih tepatnya dia memang sudah tahu karena pernah sering berkunjung kesana sepuluh tahun yang lalu.

​Perut Lapar di Tengah Perjalanan

​Perjalanan pun dimulai. Setelah beberapa menit, rasa sakit di perut Sekar sedikit mereda karena kehangatan di mobil. Namun, kini giliran perutnya yang mulai berulah. Sekar memang belum makan apa-apa sejak sarapan pagi buta.

​Di tengah keheningan canggung, terdengar bunyi gemuruh yang cukup keras dari perut Sekar. Bunyi itu memecah keheningan mobil mewah itu dengan memalukan. Sekar langsung memerah, rasa malunya luar biasa.

​"Maaf," bisik Sekar, menutup wajahnya dengan tangan.

​Alex tidak berkomentar, tetapi ia tersenyum tipis, senyum yang nyaris tidak terlihat namun penuh geli.

​"Kau lapar, Sekar," ujar Alex, nadanya kini sedikit lebih ringan. "Kau belum makan, kan? Pantas saja perutmu melilit. Asupan gula darahmu pasti turun."

​"Saya... saya lupa makan," aku Sekar malu.

​"Baiklah," kata Alex, memegang setir. "Aku akan mengajakmu makan. Ada restoran Italia bagus di sekitar sini."

​Sekar mengangkat kepala. "Tidak," tolaknya cepat. Bukan menolak diajak makan, melainkan menolak tempatnya. "Jangan restoran Italia. Aku tidak mau formalitas sekarang."

​Alex menoleh, terkejut. "Lalu kau mau makan di mana? Aku tidak bisa membiarkan aset ATEEA makan sembarangan di pinggir jalan."

​"Aku ingin makan di pinggir jalan," pinta Sekar, matanya bersinar. "Aku ingin makan Sate Padang atau Nasi Goreng di pinggir jalan. Itu yang kurindukan. Aku ingin merasakan Jakarta yang sebenarnya, tidak selalu dari balik jendela mobil mewah."

​Alex menatap Sekar lama, lalu menghela napas. Sikap ini, permintaan yang sederhana dan tak terduga ini, adalah ciri khas Sekar yang dulu. Alex mengangguk.

​"Baik. Tapi aku akan membelikannya dan kau harus makan di mobilku. Aku tidak mau kau menjadi headline tabloid sebagai top model yang sakit dan makan di pinggir jalan," putus Alex, kembali bersembunyi di balik alasan perusahaan.

​Alex membelokkan mobilnya menuju sebuah gerobak Sate Padang yang ramai di tepi jalan. Alex turun dari mobil, sementara Sekar menunggunya dengan gugup.

​Tidak lama kemudian, Alex kembali dengan dua porsi Sate Padang dan minuman hangat. Mereka makan di dalam mobil, yang diparkir menghadap hiruk pikuk lalu lintas Jakarta yang padat.

​Sekar makan dengan lahap, mata smoky eyes yang tajam kini berbinar.

​"Ini enak sekali, Alex," kata Sekar, menikmati setiap gigitan. "Aku rindu ini. Duduk santai, melihat lampu lalu lintas, mendengarkan klakson, dan bau asap knalpot. Di Paris, semuanya terlalu rapi dan hening."

​Alex menatap Sekar. Dia keheranan. Seorang model papan atas seperti dia, yang dibayar mahal, yang seharusnya terbiasa dengan santapan haute cuisine, bisa makan di pinggir jalan dengan santai, bahkan menikmati kemacetan.

​"Kau tidak pernah berubah," gumam Alex, nyaris tidak terdengar.

​"Tentu saja aku berubah. Aku lebih kuat. Tapi akarku tetap sama," jawab Sekar, tersenyum kecil. "Meskipun sudah kaya dari lahir, orang tuaku selalu mengajarkanku kesederhanaan. Uang hanya alat. Pengalaman adalah segalanya. Dulu, aku sering diam-diam ke sini bersama Fabian."

​Mendengar Sekar berbicara tentang kesederhanaan dan masa lalu mereka, dengan wajah yang kini lebih santai dan mata yang bersinar tulus, membuat Alex kembali terlena. Perhatiannya kembali terfokus pada wanita yang ada di sampingnya, bukan aset perusahaannya. Alex merasakan benteng yang ia bangun di hatinya kembali bergetar.

​Namun, ia harus menahannya.

​Alex menyelesaikan makannya dengan cepat. "Sudah selesai?" tanyanya, kembali ke nada CEO. "Kita harus segera mengantarmu pulang agar kau bisa istirahat. Kesehatan aset ATEEA harus pulih 100% besok."

​Sekar mengangguk, menyimpan kembali rasa hangat dan sentimental yang muncul. Ia tahu, momen manis ini hanya bersifat sementara, diselubungi oleh alasan profesionalisme Alex.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!