NovelToon NovelToon
Tiba-tiba Jadi Istri Rival

Tiba-tiba Jadi Istri Rival

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi / Romantis / Time Travel / Enemy to Lovers / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: zwilight

Saat membuka mata, Anala tiba-tiba menjadi seorang ibu dan istri dari Elliot—rivalnya semasa sekolah. Yang lebih mengejutkan, ia dikenal sebagai istri yang bengis, dingin, dan penuh amarah.

"Apa yang terjadi? bukannya aku baru saja lulus sekolah? kenapa tiba-tiba sudah menjadi seorang ibu?"

Ingatannya berhenti disaat ia masih berusia 18 tahun. Namun kenyataannya, saat ini ia sudah berusia 28 tahun. Artinya 10 tahun berlalu tanpa ia ingat satupun momennya.

Haruskah Anala hidup dengan melanjutkan peran lamanya sebagai istri yang dingin dan ibu yang tidak peduli pada anaknya?
atau justru memilih hidup baru dengan menjadi istri yang penyayang dan ibu yang hangat untuk Nathael?

ikuti kisah Anala, Elliot dan anak mereka Nathael dalam kisah selengkapnya!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zwilight, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB. 12 | Halo, Keluarga Salah Paham

Cuaca pagi ini awalnya terlihat cerah, penuh kedamaian dan juga suka cita. Anala membuka matanya saat pantulan cahaya membayang menyinari wajahnya. Matanya terbuka pelan, tubuhnya menggeliat untuk meregang otot yang terasa kaku.

Saat menoleh ke arah kanan, ia bisa melihat Elliot yang masih terpejam dengan damai. Rambut acaknya menutupi dahi dengan samar, dia terlihat tampan bahkan ketika tidur.

Anala mengulurkan tangannya hendak menyingkirkan rambut Elliot yang menutupi matanya, namun tangannya berhenti—ragu untuk menyentuh sesuka hati. "Elliot marah nggak ya, kalau dipegang-pegang gitu?" gumamnya pelan.

Ia memiringkan kepalanya, lalu tersenyum kikuk. Matanya terpana pada roti sobek yang tiba-tiba tersaji indah didepan matanya. Tangannya memukul-mukul sprei di bagiannya, lalu menggigit bibir dengan gemas.

Ya Tuhan, kenapa dia sekarang jadi hot dan menggoda banget...?

"Gimana ya rasanya? duh kenapa aku jadi mikirin itu sih?!" Anala makin gila pagi ini. Kakinya udah tantrum nggak jelas, sedangkan selimutnya udah naik sampai menutupi separuh wajahnya. Dia salting sendiri ngeliatin tubuh suaminya.

Wanita itu kembali mendekat lalu memberanikan diri untuk membisikkan sesuatu ditelinga suaminya. "Elliot, kamu rasa apa?" katanya pelan. Bibirnya terangkat membentu senyuman manis hingga matanya menyipit.

Akan tetapi, saat wajahnya masih dekat dengan Elliot, pria itu tiba-tiba membuka matanya. Ia sedikit menaikkan posisi wajahnya agar sejajar dengan telinga Anala, lalu dia berbisik tak kalah anehnya. "Rasa tembakau!" ucapnya asal bunyi, dan hal itu sukses bikin Anala menegang.

Matanya membulat, lalu secara refleks langsung menjauhkan wajahnya dan berkata dengan lantang. "Anj pait!"

Suara tawa Elliot pun mengalun renyah. Anala mendelik keheranan sedangkan pria itu masih tertawa senang dengan pikirannya sendiri. Ada kepuasan tersendiri saat berhasil membuat Anala terlonjak kaget, seolah jadi energi pagi buatnya.

"Apaan sih ketawa nggak jelas, kayak orang gila tau nggak!" Anala bersungut kesal sambil buru-buru mengelakkan selimut dan bangkit dari ranjang. Sebelum berbalik masuk ke kamar mandi ia menatap Elliot penuh peringatan.

Tangannya terangkat sambil mengacungkan jari tengah didepan Elliot. "Nih, buat kamu!" katanya dengan suara jengkel, lalu ia pun berlalu masuk ke dalam kamar mandi meninggalkan Elliot yang masih tersenyum geli.

Elliot duduk dari tidurnya lalu menyandarkan tubuhnya ke sisi headbed. "Astaga, dia kenapa sih?" kekehan pelan tak bisa disembunyikan dari wajahnya pagi ini.

Ingatannya masih basah soal semua gumaman Anala pagi ini. Siapa yang tahu bahwa Elliot hanya pura-pura tidur supaya Anala terus bergumam aneh. Bibirnya terangkat, tiba-tiba teringat soal semalam, dimana Anala tiba-tiba menangis. "Sejak mewek semalam tingkahnya jadi makin aneh, Anala kayak balik jadi dia yang dulu."

Elliot menarik napas dalam lalu tiba-tiba suara ponsel Anala berdering dua kali. Matanya menatap benda pipih itu, lalu beralih pada pintu kamar mandi yang masih tertutup. Suara air yang jatuh lewat shower juga menambah alunan udara kamar pagi ini.

Sebelum mati penasaran, ia mengendap lalu bangkit dari ranjang dan diam-diam membaca pesan yang masuk ke ponsel Anala. Senyum samarnya berganti jadi garis datar dengan mata malas seperti biasa. Pesan dari nomor tak dikenal, tapi Elliot bisa tau hanya dengan satu kata pertama yang tertera disana.

|Sayangku, happy weekend|

|Kamu masih marah ya?|

Ck, hanya karena dia sedikit berubah bukan berarti dia udah balik jadi Anala yang dulu. Berhenti berharap, Elliot sialan!

Elliot memejamkan matanya untuk sejenak mengatur nafas dan mengontrol emosi yang perlahan memuncak. Ia keluar dari kamar untuk sekedar menyegarkan pikirannya atau mungkin butuh sedikit air untuk merilekskan tubuhnya.

"Lho Bi, belum mulai masak?" tanya Elliot begitu sampai di dapur tapi belum ada yang mulai memasak untuk sarapan.

"Itu Tuan... semalam Nyonya udah pesan kalau pagi ini beliau yang akan masak. Jadi saya cuma menyiapkan bahan saja, Tuan."

Elliot mengernyit curiga, matanya mulai berotasi memikirkan hal-hal aneh belakangan ini. "Anala yang minta?"

"Iya, Tuan."

"Oh, ya udah kalau gitu." suaranya santai, tangannya meraih gelas dan menuangkan air putih kedalam gelas lalu meneguknya hingga tandas. "Nanti jam tujuh lewat sepuluh bangunin Nael ya." lanjutnya setelah selesai minum.

"Baik, tuan."

Setelah pembicaraan singkat itu, ia kembali ke dalam kamar dengan langkah gontai. Saat membuka mata, Anala sudah keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap. Wanita itu tengah duduk didepan meja wardrobe sambil mengoleskan pelembab dan lip tint yang samar.

Anala menoleh sekilas saat suara pintu berdecit. Matanya langsung mengamati penampilan Elliot dengan rambut acak-acakan dan muka bantalnya yang justru tetap menggemaskan.

"Abis dari mana keluar pake piyama kayak gitu?" tanya Anala akhirnya. Pria itu tampak acuh tak berniat bicara sebelum diajak duluan.

Elliot hanya diam lalu menutup pintu perlahan. Helaan nafasnya bahkan terdengar dari jarak empat meter. "Dapur. kenapa nanya?"

"Nggak ada sih, pengen tau aja," suaranya diikuti oleh senyum cengengesan diakhirnya.

Elliot berjalan menuju kamar mandi, namun sebelum pintu itu ditutup ia menonjolkan kepalanya untuk mengatakan tentang pesan yang sebelumnya tak sengaja ia baca. "Ponsel kamu bunyi, pesan dari selingkuhan."

Anala terdiam. Ia lalu memandang Elliot dan beralih pada ponselnya yang masih tergeletak diatas nakas. Perlahan ia bangkit dari kursi wardrobe itu menuju ponselnya. Matanya membulat ketika membuka pesan yang dimaksud oleh Elliot. Matanya terpejam seolah lelah dengan hal yang sama berulangkali.

"Aku udah putusin dia didepan kamu. Please nggak usah kasih label selingkuhan lagi ke dia. Cause he's not!" suaranya seperti capek dengan kejadian sama yang terus berulang.

Elliot hanya mengedikkan bahu mencoba bertingkah tak peduli. "Entahlah, apa semua itu bisa dipercaya?" ujarnya sambil kembali menyisipkan tanda tanya besar.

Kemudian, pria kembali masuk ke dalam kamar mandi dengan pikiran yang masih terfokus pada pesan sialan dan orang bajingan itu

Waktu berlalu seadanya—Elliot yang sedang mandi, begitupun dengan Anala yang mulai sibuk dengan alat dan bahan masaknya. Ia mencoba untuk tidak memikirkan perdebatan singkatnya dengan Elliot pagi ini, tapi tak bisa. Ia khawatir hubungannya dengan Elliot tak akan berkembang jika masih berputar soal Yohane.

Tepat setelah selesai sarapan, Anala menarik tangan Elliot secara paksa hingga membuat Nathael menganga dengan wajah penuh tanda tanya. "Sayang, sebentar ya. Ada yang perlu Mama bicarakan berdua sama Papa," katanya memberi sedikit clue.

Elliot hanya bengong saat tiba-tiba tangannya sudah ditarik paksa oleh Anala. Dia bahkan tak sempat mengamati ekspresi bingung dari mimik wajah putranya.

"Eeh...? apa ini?"

Anala membawanya kedalam kamar lalu mengunci pintu dengan cepat. Dia dengan berani memojokkan Elliot ke dinding, merasa Dejavu seperti situasi semalam. "Jujur, kamu masih marah soal pesan itu?"

"Ngapain marah?" jawab Elliot dengan tatapan datar andalannya.

Anala meneguk ludahnya dengan kasar, kata-kata nya terdengar dingin tanpa perasaan. Matanya mendongak menatap Elliot yang enggan berlama-lama bertatapan dengannya. "Aku nggak bohong El, aku udah nggak selingkuh lagi sekarang. Please percaya sama aku."

"Anala, kamu lupa ya? aku nggak peduli apapun soal perselingkuhan kamu!"

Anala menggeleng pelan, tatapannya berubah putus asa. Ia tahu kesalahannya sulit dilupakan, tapi... dia juga kesulitan dengan penyesalan itu.

Tangannya meraih lengan Elliot dengan kepala tertunduk tak berani menatap suaminya. "El, aku harus apa biar kamu percaya? toh aku juga udah bilang dengan jelas didepan dia kalau aku udah nggak mau lanjutin semua ini. Kamu juga saksinya kan? kamu saksinya kalau aku nyaris dicekek sama dia? mana mungkin aku mau lanjutin hubungan gila kayak gitu!"

"La, satu hal yang aku takutkan didunia ini adalah kecewa karena terlalu banyak berharap. Aku harap kamu ngerti," matanya memancarkan kilauan indah yang telah lama terpendam dalam.

Anala mengepalkan tangan yang sebelumnya menggenggam lengan Elliot. Matanya terpejam dengan napas yang ditarik dalam. "Mungkin emang berlebihan buat minta kamu langsung percaya, aku minta maaf."

Drrtt... drrrtt... drrtt.

Ponselnya kembali berdering, kali ini bukan deringan pertanda satu atau dua pesan yang masuk. Melainkan sebuah panggilan telepon yang memotong momen serius keduanya. Mereka menoleh bersamaan pada ponsel yang bergetar nyaring dari atas nakas.

Elliot memutar mata dengan malas, ia tau dengan jelas siapa sosok yang menelpon istrinya pagi-pagi. "Dia nelpon, angkat gih."

Anala menatap Elliot tak percaya, wajahnya seolah frustasi oleh sikap dingin suaminya itu. "Gila ya! kamu nyuruh istri kamu angkat telfon dari pria lain. Kamu nggak cinta sama aku?"

Namun jawaban Elliot justru membuat Anala makin gelisah. Pria itu tersenyum remeh sambil memiringkan kepalanya mendekat pada wajah Anala. "Halah, kamu nggak usah bahas cinta-cintaan lagi deh. Udah bukan waktunya lagi bahas hal remeh kayak gitu."

Anala menahan napas sambil mengepalkan tangannya. giginya saling beradu gemeretak menahan sesuatu yang nyaris meledak. "Kalau kamu nggak cinta lagi kenapa masih bertahan, ha?"

"Kalau kamu udah tau jawabannya, stop menanyakan hal yang sama. Nggak usah haus validasi!"

"Aku cuma mau denger dari mulut kamu langsung? emangnya salah?"

"Salah!" jawab Elliot cepat, nadanya bahkan lebih tinggi daripada sebelumnya. Rahangnya menegang dengan raut wajah yang semakin tajam dan mencekam.

Tak ada yang mau kalah, keduanya sama-sama keras kepala dengan pendirian masing-masing. Meski mulut saling bersahutan dengan nada tak ramah, namun mata mereka masih memancarkan kasih yang sama.

Drrtt... drrrt... drrrtt

"Ponsel sialan!" pekiknya frustasi. Anala meraih ponsel itu dan membantingnya sekuat tenaga ke dinding kamar hingga suara pecahan menggema didalam ruangan itu.

Elliot terperangah, kepalanya menoleh ke arah lain saat benda pipih itu dengan kuat menghantam dinding kamar. Ia makin tak mengerti dengan perubahan Anala akhir-akhir ini. Kadang ia menjadi Anala yang dulu Elliot kenal, tapi terkadang juga berubah menjadi sosok lain.

"Kenapa malah dilempar?"

"Biar kamu percaya kalau aku nggak mau berhubungan lagi sama dia! kalau perlu aku nggak akan make handphone lagi."

"Ya ya... terserah kamu."

"Kamu menyebalkan Elliot!" Perempuan itu mendekat lalu menjinjitkan kakinya. Tangannya memegang kedua bahu Elliot lalu dengan sembrono ia menempelkan bibirnya pada bibir Elliot. Pria itu jelas terkejut, bahkan matanya seperti nyaris lompat keluar.

Namun Anala tak peduli, ia bahkan menggigit bibir bawah Elliot dengan sengaja hingga pria itu melenguh pelan. Tepat setelah itu, ia melepas pagutannya. Wajahnya tersenyum licik dengan tangan yang menyeka bekas ciuman mereka.

"Apa? kamu mau marah? silahkan! aku nggak peduli!" suaranya tegas, tenang dan tanpa rasa takut. Sekali ia sudah bertekad, tak ada siapapun yang bisa menghentikan kemauannya.

Elliot hanya mengalihkan pandangan, tidak mau bertatapan langsung dengan wanita yang baru saja mencuri ciuman paginya. Tangannya menyeka setitik noda darah dibibirnya diikuti oleh mata yang melotot.

Meski tampangnya tak puas, tapi telinganya jelas memerah seperti abis dijewer kepala sekolah. Wanita ini, berulah lagi!

1
Mayuza🍊
semoga nanti author dan readers dapat suami kayak Elliot yaa😭
__NathalyLg
Aduh, abis baca ini pengen kencan sama tokoh di cerita deh. 😂😂
Mayuza🍊: mana bener lg 😔
total 1 replies
Ahmad Fahri
Terpana😍
Mayuza🍊: haii kaa makasih banyak supportnya ya🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!