Jodohku Adalah Sahabat Dari Mantan Ku

Cila duduk di teras rumahnya, matanya menerawang jauh ke arah pepohonan rindang yang ada di depan rumahnya . Matahari siang itu cukup terik, namun angin sepoi-sepoi yang berhembus sesekali membawa kesejukan, membelai lembut rambut panjangnya yang tergerai. Lamunannya tentang masa depan, tentang mimpi-mimpi yang ingin ia raih, dan tentu saja, tentang hubungannya dengan Angga.

Sudah hampir dua bulan mereka bersama, namun entah mengapa, Cila merasa ada sesuatu yang hilang. Bukan cinta, ia yakin perasaannya pada Angga masih sama seperti dulu, bahkan mungkin lebih besar. Tapi ada semacam kekecewaan yang mengendap di hatinya, kekecewaan karena Angga seolah tidak pernah benar-benar mengerti dirinya.

Tiba-tiba, dering ponsel memecah keheningan. Nama "Ka Angga" tertera di layar. Cila menghela napas sebelum mengangkatnya.

"Halo," jawabnya datar.

"Hay sayang, kamu lagi apa?" Suara Angga terdengar ceria seperti biasa, seolah tidak ada apa-apa.

"Lagi di rumah," jawab Cila singkat.

"Udah makan belum?"

"Belum."

"Ya ampun, kok belum? Ini udah jam berapa? Kamu tuh ya, suka banget telat makan. Nanti sakit, gimana?" Nada suara Angga terdengar khawatir, namun Cila merasa itu hanya basa-basi.

"Iya, nanti aku makan," jawabnya tanpa semangat.

"Lagi ngapain sih? Kok kayaknya nggak semangat gitu dek?"

"Nggak ngapa-ngapain."

"Aku ganggu ya? Maaf ya sayang, aku lagi kerja nih, cuma mampir di bengkel temen dulu.aku kangen kamu dek jadi kaka telepon kamu"

Cila hanya berdeham. Ia tahu Angga selalu sibuk dengan pekerjaannya. Angga memang dituntut untuk selalu siap sedia kapan pun dibutuhkan. Tapi kadang, Cila merasa Angga lebih mencintai kehidupannya sendiri daripada dirinya.

"Kamu kangen nggak sama aku?" tanya Angga tiba-tiba.

Pertanyaan itu membuat Cila tertegun. Kangen? Tentu saja ia kangen. Tapi mengatakannya pada Angga sama saja dengan mengakui bahwa ia lemah, bahwa ia membutuhkan Angga. Dan Cila tidak mau terlihat seperti itu.

"Nggak," jawabnya ketus.

"Ih, kok gitu sih? Jahat banget kamu dek" Angga tertawa kecil, seolah tidak mempermasalahkan jawaban Cila. "Aku kangen banget tau sama kamu.ku kerumah ya nanti malam,jadi Pengen cepet-cepet ketemu udah beberapa hari ini kaka sibuk gak hubungi kamu, bahkan ketemu kamu."

"Hm." cila menjawab dengan nada malas bicara

"Nanti malem aku jemput ya? Kita jalan-jalan ke luar."

"Nggak usah. Aku males."

"Kenapa sih? Kamu marah sama aku? Pas kamu jalan sama temen - temen kamu dek kaka terakhir liat kamu , kamu kaka panggil gak nengok,"

Cila terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia marah, kecewa, sedih, semua bercampur aduk menjadi satu. Tapi ia tidak bisa mengungkapkannya dengan kata-kata.

"Nggak kok, mungkin aku gak lihat kaka," jawabnya akhirnya. "Aku cuma lagi nggak pengen keluar aja.terlalu banyak hal yang harus di kerjakan"

"Yaudah deh, kalo gitu aku temenin kamu di rumah aja ya? Aku bawain martabak dan bakso kesukaan mama dan kamu dek."

"Nggak usah,kak, Aku mau istirahat."

"Ya udah deh, tapi beneran ya, kamu jangan lupa makan. Jaga kesehatan ya sayang. Aku sayang banget sama kamu."

"Iya," jawab Cila lirih.

Setelah menutup telepon, Cila kembali terdiam. Ia menatap ponselnya dengan tatapan kosong. Kata-kata Angga tadi seolah tidak memiliki arti apa-apa baginya. Ia merasa seperti sedang berbicara dengan orang asing, bukan dengan kekasihnya.