Mentari Senja, gadis desa yang berusia 18 tahun. Anak terakhit dari pasangan Jaka dan Santi. Dia merupakan salah satu gadis yang menjadi primadona di desanya. Dia mempunyai keluarga yang sederhana dan ayah yang sangat disayanginya. Mentari adalah sosok gadis yang lembut, cantik dan pendiam serta sangat menuruti permintaan sang ayah. Namun siapa sangka Mentari tiba-tiba saja dijodohkan oleh sang ayah dengan sosok lelaki yang dia tidak kenal sama sekali. Dia terpaksa harus menerima perjodohan itu demi kesembuhan sang ayah. Mengubur semua cita-citanya selama ini dan harapannya untuk melanjutkan pendidikan. Hidup dengan seorang laki-laki yang berstatus sebagai suaminya, tapi tidak pernah dianggap dan dicintai.
Chapter 12
Willie dan juga Mentari langsung saja membulatkan matanya dan menatap ke arah sumber suara secara serentak. Ekspresi wajah Willie dan Mentari langsung saja berubah pucat.
“Apa yang terbongkar?” tanya Willie balik.
“Gue nggak ngomong apa-apa, lu aja yang ngomong terbongkar-terbongkar” lanjut Willie ketus pada Gibran.
Cowok itu berusaha bersikap tetap cool dan seperti tidak ada apa-apa.
Sedangkan Mentari ia tampak gugup, gadis itu meneguk salivanya dalam-dalam, meremas jemarinya karena merasa khawatir dan gugup menjadi satu.
“Gua yakin kalian berdua ngomong terbongkar tadi” Gibran menatap Willie tajam.
“Gua sangat yakin!”
“Iya gua bilang sama ni cewek supaya nggak ngebongkar sama anak-anak yang lain kalau dia tinggal di rumah gua!”
“Cukup lu aja yang tahu, dan lu juga jangan bilang sama siapa pun.”
Willie dan Gibran saling menatap tajam satu sama lain. Seperti ada kata yang tersirat dari tatapan mereka berdua.
“Kalian lagi ngomongi apa sih?” tanya Queen.
“Lu kenapa Tar?’ tanya Queen pada Mentari.
“Ma-maksudnya?”
“Kayak gugup gitu. Grogi lu ya di tatap seperti itu sama Kak Gibran?” goda Queen pada Mentari.
“Ngomong apaan sih lu dek, udah sana lu masuk ke dalam mobil lu” bukan Mentari yang menjadi tapi Willie yang menjawab.
Membuat Queen dan Gibran semakin bingung dan sedikit curiga dengan sikap Willie.
“Nih coklat lu” Willie kembali memberika coklat yang ia ambil tadi.
Kemudian Willie langsung saja masuk ke dalam mobilnya tanpa mengucapkan sedikit kata pun pada teman-temannya.
.
.
Sampai di rumah, Mentari langsung saja masuk ke dalam. Gadis itu pulang dengan naik taksi. Dia dengan segala cara menolak tawaran Gibran untuk mengantar dirinya pulang.
“Assalamu’alaikum, Ma” Mentari mencium punggung tangan Inggrit.
“Waalaikumsalam,, kamu udah pulang sayang?”
“Udah ma,, mama nggak pergi ke kantor?” tanya Mentari balik.
“Mama sudah pulang sayang.”
“Willie mana?” tanya Inggrit.
“Hm…Nggak tau Tari ma.”
“Memangnya kamu nggak di jemput Willie pulang tadi?”
“Tidak ma,, Tari tadi naik taksi online. Mentari juga nggak lihat ada mobil kak Willie waktu di sekolah tadi.”
“Kemana tu anak,, apa dia ada pemotretan hari ini. Nanti biar mama yang tanya sama dia ya! Sekarang kamu ganti baju terus kita makan, oke” ucap Inggrit.
Mentari menganggukan kepala nya dan langsung meninggalkan Inggrit,, ia tersenyum lebar karena hari ini tidak merasa kesepian, sebab Inggrit ada di rumah.
Gadis itu langsung saja masuk ke dalam kamar dan membersihkan tubuhnya terlebih dahulu. Sekitar 20 menit lamanya ia baru selesai dengan kegiatan bersih-bersih dirinya. Mentari langsung saja keluar dari kamar mandi dengan hanya memakai celana pendek.
Berbarengan dengan keluarnya Mentari dari kamar mandi, pintu kamar dibuka oleh seseorang.
“Kak Willie” ucap Mentari terkejut.
Willie hanya melihat Mentari yang hanya memakai hotpants dan baju kaos oversize serta rambut yang sedikit basah.
“Shit” gumam Willie.
“Lu ngapain pakai baju kayak gitu” ucap Willie ketus.
Mentari langsung melihat ke arah pakaian yang ia gunakan. Dengan wajah bingung ia kembali menatap Willie dengan polos.
“Memang kenapa kak?” tanya Mentari.
“Ganti celana lu,, awas lu sampe keluar kamar dengan celana kayak gini” ucap Willie ketus,, ia langsung saja masuk ke dalam kamar mandi.
Sedangkan Mentari masih bingung kenapa cowok itu marah pada dirinya,, dan merasa bingung dimana letak salah pakaian nya itu. Gadis itu sudah terbiasa memakaian pakaian rumah yang santai seperti ini, namun kalau keluar rumah dia memang suka memakai celana dan baju yang oversize.
“Kenapa tu cewek kampung berpakaian seperti itu aja tampak mengoda ya” gumam Willie.
Padahal Mentari memakai kaos yang oversize dan celana pendek yang longgar.
“Arrghh lu nggak boleh tergoda sama cewek kampung itu Willie,, masih cantik dan seksian Natasya” ujar Willie.
Selesai menganti celana, Mentari langsung saja keluar dan melihat Willie yang sedang bermain ponsel di atas kasur.
“Kak kita makan siang yuk” ajak Mentari pada Willie.
“Kak..”
Namun Willie masih tidak merespons dan asik bermain game di ponselnya.
Entah dapat keberanian darimana, Mentari merebut ponsel Willie. Membuat cowok itu langsung menatap dirinya tajam.
“Apaan sih lu! Sini balikin HP gua” bentak Willie.
“Kita makan yuk” ucap Mentari lembut.
“Lu kalau mau makan, makan aja sana sendiri!”
“Jangan gangguin gua!”
Willie meraih ponselnya yang ada di gengaman Mentari, dan tidak sengaja menarik tangan gadis itu. Sehingga membuat tubuh Mentari terjatuh tepat diatas tubuh Willie. Manik mata mereka saling menatap satu sama lain.
Mentari merasa kalau jantung-nya berdetak lebih kencang, ia sangat terkagum dengan wajah tampan yang dimilik oleh seorang Willie yang sangat sempurna.
Willie yang sadar langsung saja mendorong tubuh Mentari keras hingga membuat gadis itu terjatuh.
“Aaww” ringis Mentari kesakitan.
Willie langsung saja berdiri dan memastikan keadaan Mentari. “Lu sih ngapain pakek ambil HP gua segala!”
“Tubuh lu itu berat,, malah nibanin tubuh gua!”
Mentari hanya dapat menghembuskan nafas nya kasar dan menatap ke arah Willie dengan kesal. Namun ia tidak ingin berdebat dengan cowok itu,, karena ujung-ujung nya pasti ia yang akan merasa sakit hati.
“Yaudah maaf kak,, kita makan siang yuk” ucap Mentari lembut.
Karena memang dirinya sudah merasa sangat lapar dan ingin segera untuk mengisi stamina lagi, setelah energinya terkuras untuk belajar tadi.
“Yok” ucap Willie singkat dan ketus.
Cowok itu langsung saja keluar dari kamar tanpa menantikan Mentari,, bahkan tidak menolong Mentari untuk berdiri terlebih dahulu.
Mentari hanya bisa mengelus dadanya dengan sedikit mengeleng dengan sikap suami nya itu.
“Mana Tari?’ tanya Inggrit pada Willie.
Belum sempat Willie menjawab pertanyaan sang mama, Mentari sudah datang.
“Maaf ma menunggu lama” ucap Mentari lembut.
“Nggak papa sayang,, yuk kita makan.”
Mentari langsung saja mengambilkan makanan untuk mama mertuanya dan juga untuk Willie.
“Makasih sayang” ucap Inggrit.
“Willie nanti mama mau bicara sama kamu setelah makan” ucap Inggrit dengan menatap Willie tajam.
Cowok itu hanya menganggukan kepala saja dan menatap sang mama datar.
.
“Kenapa ma?” tanya Willie dingin pada sang mama.
“Kemana kamu tadi pulang sekolah? Kenapa kamu tidak jemput Mentari? Mama tau jadwal kuliah kamu ya” tanya Inggrit dengan menatap Willie serius.
Willie langsung terdiam,, ia yakin pasti Mentari telat berbicara sama mamanya yang aneh-aneh. Namun ia tidak mungkin bilang sama sang mama kalau masih berhubungan dengan Natasya. Soalnya Inggrit sangat tidak suka dengan Natasya.
“Jawab Willie” ucap Inggrit ketus.
“Willie ada perlu bahas kerjaan tadi ma” ucap Willie santai.
“Kamu yakin?”
“Iya,, ngapain Willie bohong. Mama bisa tanya sama Doni.”
Inggrit menatap Willie serius,, ia ingin melihat apakah ada kebohongan yang terlihat dimata putranya itu.
Sebenarnya Willie tidak berbohong-bohong kali pada sang mama. Memang setelah datang ke sekolah Mentari untuk mengantarkan Natasya pulang, ia sempat bertemu dengan Doni selaku teman yang mengurus masalah kerjaan Willie dalam pemotretan.
“Kamu kan bisa bawa Mentari waktu ketemu Doni. Tidak harus dia pulang sendiri naik taksi online” ucap Inggrit ketus.
Willie berdecak malas,, percuma juga dia mencari banyak alasan. Karena di mata sang mama Mentari nomor satu sekarang.
“Iya maaf ma, besok nggak diulang lagi” ucap Willie malas-malas.
“Ya sudah,, mama pegang ucapan kamu itu” Inggrit langsung saja pergi meninggalkan Willie.
Melihat mama nya sudah pergi masuk ke dalam kamar,, Willie langsung bergegas menaiki tangga.
Cowok itu masuk ke dalam kamar dengan sedikit membanting pintu,, sehingga membuat Mentari terkejut dan menatap bingung pada suami nya itu.
Karena penasaran Mentari menghampiri Willie yang kita tengah duduk di balkon kamar sambil memasang wajah datar.
“Kak..”
“Kak Willie kenapa?” tanya Mentari lembut.
“Kakak mau aku buatin jus?”
Namun ucapan gadis itu tidak ada yang diperdulikan oleh Willie satu pun. Karena tidak ada respon Mentari memutuskan untuk membuatkan jus untuk Willie.
Saat dia ingin beranjak dari sana, tiba-tiba Willie menahannya dan mencengkram kuat pergelangan tangan Mentari.
“Aarrg, sakit kak!”
“Lo udah ngadu apa sama mama hah?” bentak Willie.
Mentari langsung mengerutkan dahinya,, merasa bingung akan pertanyaan yang di lontarkan oleh cowok itu.
“Maksud kak?”
“Nggak usah pura-pura bego lu!”
“Udah berani lu sama gua sekarang ya!” Willie semakin kuat mencengkram pergelangan tangan Mentari.
“Aku nggak ada bilang apa-apa sama mama kak.”
“Lepasin kak sakit” Mentari memohon pada Willie.
Sadar kalau dia sudah kasar dengan gadis itu, Willie langsung saja melepaskan cengkraman tangannya pada Mentari.
“Ngomong apa lu sama mama pulang sekolah tadi?” tanya Willie dengan tatapan tajam.
“Aku nggak ada bilang apa-apa,, mama nanya kakak dimana ya aku jawab tidak tahu. Nggak mungkin aku bilang sama mama kalau kakak datang ke sekolah untuk jemput Natasya.”
“Gua nggak yakin!”
“Kalau kakak nggak percaya itu hak kakak! Lagi pula apapun yang keluar dari mulut aku kakak nggak akan pernah percaya kan!” ucap Mentari dengan tegas.
“Lagian setelah nganterin Natasya pulang kakak pergi kemana?” tanya Mentari balik.
“Itu bukan urusan lo!”
“Jadi nggak usah ikut campur sama hidup gua!”
“Okay, aku nggak akan ikut campur urusan kakak dan hidup kakak. Tapi kalau mama dan papa bertanya sama aku,, jangan salahkan kalau aku akan bilang yang sejujurnya setelah ini” ucap Mentari.
“Berani lu sama gua ya!” bentak Willie.
“Kakak itu suami aku,, dan bagaimana pun aku akan bersikap selayaknya seorang istri di rumah ini.”
“Aku nggak masalah kalau kakak tidak menganggap aku diluar sana, tapi yang jelas di dalam rumah ini status aku adalah istri kakak” ucap Mentari.
Dia sudah mulai lelah harus mengalah terus menerus dengan Willie dan selalu diam saja saat di salahkan.
“Pernikahan kita ini hanya sebatas di atas kertas,, gua nggak pernah setuju untuk nikahin lu!”
“Kakak bisa berbicara kayak gitu,, tapi kakak harus ingat, kalau kakak udah janji sama Tuhan.”
“Tapi gua terpaksa lakuin semua itu!” ucap Willie ketus.
“Kalau gitu kenapa kakak nggak nolak dan ngebatalin pernikahan kita waktu itu. Kakak kan udah punya Natasya, kenapa nggak bilang aja sama mama dan papa?’ tanya Mentari.
“Karena gua nggak mau semua asset gua ditarik sama papa dan juga gua nggak mau mama tahu kalau gua masih berhubungan dengan Natasya.”
Mentari tersenyum getir dengan menatap suami nya itu dalam,, ternyata ini kenyataan yang dia dapat. Seorang lelaki yang dibilang ayah akan membahagia kan dirinya tapi kenyataan nya malah sebaliknya.
“Yaudah kak,, aku mau buatin kakak jus” ucap Mentari lembut sambil tersenyum manis pada Willie.
Willie hanya terdiam saja,, dia heran dengan Mentari. Gadis itu tidak ada marah sedikit pun pada dirinya saat mengetahui alasan kenapa dia mau menikahi Mentari.
“Aarrgg” teriak Willie frustasi.
Cowok itu bingung harus bagaimana sekarang ini,, di satu sisi dia merasa kasihan melihat Mentari yang selalu dia perlakukan kasar dan di sisi lain dia ingin gadis itu menyerah dengan pernikahan ini.
Willie masuk ke dalam kamar dan merebahkan tubuhnya diatas kasur. Tak lama kemudian Mentari datang dengan segelas jus di tangannya.
“Kak ini jus nya” ucap Mentari datar.
Kemudian dia langsung melangkah ke meja belajar untuk membereskan buku-bukunya,, lalu melangkah kan kakinya menuju ke sofa temapat dimana dia tidur sejak datang ke rumah ini.
Sedangkan Willie hanya memperhatikan Mentari dari tempat tidur dengan sangat intens. Setiap gerak gerik gadis itu.
“Tari” panggil Willie,, namun tidak di perdulikan oleh gadis itu.
“Mentari..”
Merasa geram Willie langsung saja turun dari kasur dan menghampiri Mentari.
“Lu budeg ya Mentari Senja” bentak Willie.
Mentari langsung saja memalingkan wajahnya dan kemudian menatap Willie datar.
“Kakak ada perlu lagi?” tanya Mentari.
“Lu pindah ke kasur” ucap Willie datar.
Mentari langsung terkejut dengan menyeringaikan dahi nya. Dia merasa Willie tadi kepalanya terbentur saat dia sedang membuatkan minuman.
“Woii!” teriak Willie.
“Nggak usah kak Tari disini aja” tolak Mentari.
“Nggak tahu diri emang lu,, udah dibaikin orang malah sok jual mahal” ucap Willie ketus.
Belum juga Mentari berbicara lagi,, kata-kata Willie kembali mengoreskan luka di hatinya.
“Tari tidur di sofa aja kak,, kata kakak kan Tari gadis kampung yang harus tau diri.”
“Jadi Tari nggak pantas tidur di kasur kakak yang empuk itu.”
“Karena pasti kakak akan merasa jijik setelah itu kalau Tari tidur di sana!” Mentari menatap Willie dalam.
“Tari mau tidur kak,, tari capek.”
“Selamat malam kak” Mentari langsung saja menyelimuti tubuhnya sampai semua tubuhnya tersembunyi di balik selimut itu.
Sebenarnya Mentari menahan air matanya agar tidak turun kembali saat berbicara seperti itu pada Willie. Dan juga ada sebuah sesak di dadanya saat ucapan itu keluar dari mulutnya.
Willie masih terdiam disana dengan menatap Mentari yang tubuhnya sudah ditutupi oleh selimut. Dia sedikit tertampar dengan ucapan yang keluar dari mulut gadis itu.
Apa kata-kata dia sangat kasar sehingga sampai membuat Mentari merasa seolah dirinya rendah di mata Willie.
Willie juga merasa kalau Mentari tengah menangis saat dia memanggil gadis itu tadi. Terlihat dari mata Mentari yang merah dan sedikit air mata tersisa di pipinya.
Namun Mentari berusaha untuk menutupi semua itu dihadapan Willie dan berusaha terlihat tegar.
‘Sorry Mentari’ batin Willie,, dia langsung saja kembali melangkah ke arah kasur.
Bersambung…