NovelToon NovelToon
Dibayar Oleh CEO Kejam

Dibayar Oleh CEO Kejam

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO
Popularitas:335
Nilai: 5
Nama Author: Sansus

CERITA UNTUK ***++
Velove, perempuan muda yang memiliki kelainan pada tubuhnya yang dimana dia bisa mengeluarkan ASl. Awalnya dia tidak ingin memberitahu hal ini pada siapapun, tapi ternyata Dimas yang tidak lain adalah atasannya di kantor mengetahuinya.
Atasannya itu memberikan tawaran yang menarik untuk Velove asalkan perempuan itu mau menuruti keinginan Dimas. Velove yang sedang membutuhkan biaya untuk pengobatan sang Ibu di kampung akhirnya menerima penawaran dari sang atasan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Setelah selesai dengan makan malam dan lelaki itu selesai membayarnya, mereka berdua lantas langsung keluar dari restoran itu. Berjalan beriringan untuk keluar dari dalam Mall, sebelum kemudian Dimas menghentikan langkah sang sekretaris.

“Sebentar, kita mampir ke store dasi dulu. Saya mau beli beberapa dasi mumpung sekalian ada di sini.” Ucap Dimas seraya menatap pada perempuan yang ada di sebelahnya itu.

“Baik, Pak.” Balas Velove yang disertai anggukan singkat.

Lantas mereka berdua mencari store yang menyediakan dasi, untung saja saat ini mereka sedang berada di Mall yang besar dan juga komplit, jadi tidak susah untuk mereka menemukan store yang diinginkan.

Saat Velove dan juga Dimas hendak masuk ke toko dasi, lelaki itu lebih dulu menahan sang sekretaris membuat perempuan itu menghentikan langkahnya. “Kamu ada yang mau dibeli juga nggak? Biar sekalian.” Tanya lelaki itu.

Perempuan itu berpikir sejenak, tiba-tiba di kepalanya terlintas satu hal yang beberapa hari belakangan ini menjadi masalah untuknya. Bra, itulah yang terlintas di kepala Velove, entah kenapa semenjak dia mengeluarkan ASI, bra sebelumnya yang biasa dia pakai menjadi sangat ketat dan membuatnya sesak.

“Ada sih Pak, tapi gapapa saya temenin Pak Dimas beli dasi dulu aja.” Ucap Velove agar atasannya itu tidak perlu memikirkan kebutuhannya.

“Saya bisa sendiri, kamu beli yang kamu butuh aja.”

Mendengar balasan dari Dimas membuat Velove berpikir sebentar, kalau dia menemani Dimas membeli dasi sekarang, pasti nanti lelaki itu juga akan mengikutinya untuk membeli bra yang dia butuhkan, lantas kemudian perempuan itu lantas menganggukan kepalanya setuju dengan ucapan sang atasan.

“Baik, Pak. Saya cuma sebentar kok, nanti saya balik lagi ke sini.” Ucap Velove sebelum dirinya pergi dari sana.

Setelahnya kedua orang itu berpisah di depan toko dasi, Dimas masuk ke dalam toko itu, sedangkan sekretarisnya itu mencari toko lain yang sesuai dengan apa yang sedang dia butuhkan.

Begitu masuk ke dalam toko, Dimas langsung disambut oleh pegawai toko tersebut, dia diarahkan ke bagian yang sesuai dengan seleranya.

Saat lelaki itu sedang serius memilih dasi yang akan dia beli, tiba-tiba ada yang menyentuh bahunya dari belakang. Awalnya dia kira itu Velove, tapi sang sekretaris tidak mungkin melakukan hal itu.

Tapi kemudian suara milik seseorang yang sangat dia kenal menyapa indera pendengarannya. “Hai, Dimas kan ya?”

Lelaki itu menoleh ke belakang untuk memastikan pemilik suara tadi, dirinya sedikit terperanjat tapi kemudian berusaha untuk kembali bersikap biasa-biasa saja di depan perempuan itu. “Bella?”

Ya, Bella. Perempuan yang kurang lebih mengisi hatinya sebelum dia kembali ke Indonesia. Mereka berdua bertemu saat keduanya sama-sama sedang menempuh pendidikan di Belanda, saat itu mereka berdua menjalin hubungan di pengujung semester sehingga membuat hubungan keduanya tidak terjalin dalam waktu yang lama.

Perempuan itu juga sama seperti Dimas yang berasal dari Indonesia, karena hal itulah mereka bisa menjalin sebuah hubungan. Dia dan Dimas berada di fakultas yang berbeda, tapi karena mereka berasal dari Negara yang sama, keduanya sering bertemu ketika ada perkumpulan komunitas.

Mereka harus berpisah karena Dimas yang harus pulang ke Indonesia, sedangkan Bella masih ingin mengejar cita-citanya di sana. Pada akhirnya kedua orang itu harus mengakhiri hubungannya karena mereka berdua sama-sama tidak bisa jika harus menjalani sebuah hubungan jarak jauh.

“Aku kira tadi aku salah orang, ternyata emang bener kamu.”

Dimas tidak tahu harus bereaksi seperti apa saat ini, mereka berdua baru bertemu kembali setelah sekian lama berpisah. Lelaki itu tidak menyangka akan kembali bertemu dengan sang mantan kekasih.

“Kamu sejak kapan di Indonesia?” Lelaki itu akhirnya mengeluarkan suaranya setelah keterdiamannya beberapa saat.

“Kayaknya udah semingguan deh.” Jawab perempuan itu yang terlihat sedang mengira-ngira.

“Stay di Indo atau karena ada kerjaan di sini?” Dimas kembali melontarkan sebuah pertanyaan.

“Aku kebetulan lagi ada kerjaan di sini, pengennya sih stay di sini. Tapi kayaknya nggak bisa kalo dalam waktu dekat.” Ucap Bella.

Dimas bisa melihat adanya raut kekecewaan di wajah perempuan itu saat mengucapkannya. Lalu kemudian lelaki itu hanya mengangguk paham, Dimas mengambil asal tiga dasi yang sebelumnya sempat dia pilih dan berencana untuk segera membayarnya.

Mereka berdua berjalan menuju tempat kasir, Bella berdiri di sebelah lelaki itu, menyamakan langkahnya dengan langkah kaki milik Dimas.

Bella yang melihat mantan kekasihnya itu membawa langkah kakinya menuju kasir, perempuan itu kembali bertanya pada Dimas. “Kamu udah selesai belanjanya?”

“Udah, aku cuma beli dasi ini aja.” Balas Dimas seraya mengeluarkan kartu debitnya dari dalam dompet untuk membayar.

“Kamu lagi free nggak? Mau makan malem sama aku? Sekalian kita ngobrol-ngobrol, udah lama banget kita nggak ketemu.”

Bella bertanya saat Dimas sedang menyodorkan kartunya pada kasir tadi lalu lelaki itu menekan pin kartunya pada mesin yang diserahkan oleh kasir toko itu.

Tanpa keduanya sadari jika saat ini ada Velove di depan toko itu yang sedang memperhatikan interaksi keduanya. Sekretaris Dimas itu awalnya ingin menghampiri sang atasan, hanya saja perempuan itu urungkan ketika melihat Dimas sedang asik mengobrol dengan perempuan lain.

Velove memilih untuk menunggunya di luar toko agar tidak menggangguk dua orang itu. Di tempatnya berdiri, Velove tiba-tiba merasakan perasaan tidak senang ketika melihat interaksi Dimas dengan perempuan lain yang tidak dia kenal, ditambah lelaki itu terlihat nyaman saat berbicara dengan lawan bicaranya itu, membuat perasaan aneh muncul dalam diri Velove.

“Aku udah makan tadi, tapi kalo kamu belum makan aku bisa temenin.” Balas Dimas seraya memasukan kembali kartu debitnya ke dalam dompet dan menerima paperbag yang disodorkan oleh pegawai toko itu.

“Oh kalo gitu kita ke kafe aja, kita ngobrol di sana.” Ucap si perempuan.

“Boleh.” Lelaki itu menjawab seraya menganggukan kepalanya sekilas.

Dimas seakan melupakan sekretarisnya yang tadi datang bersamanya ke tempat ini. Sedangkan Velove kini mulai menjauh dari toko itu ketika melihat Dimas dan juga perempuan yang tidak dia kenal itu hendak keluar dari dalam toko. Velove seperti bisa melihat kalau dua orang itu sedang tidak ingin diganggu saat ini.

Maka dari itu Velove memilih untuk menjauh dari sana, matanya masih bisa menangkap saat kedua orang itu memutuskan untuk masuk ke dalam salah satu kafe yang tidak jauh dari sana. Perempuan itu memilih untuk di salah satu kursi yang ada di sana, menunggu Dimas sampai lelaki itu keluar dari dalam kafe.

Mulai dari setengah jam, satu jam, sampai hampir dua jam Velove sudah menunggu di sana tapi atasannya itu belum juga keluar dari dalam kafe. Waktu semakin malam, besok mereka berdua harus pergi keluar kota tapi saat ini dirinya dan juga Dimas belum menyiapkan apapun untuk mereka berdua bawa besok.

Lantas perempuan itu mencari nama Dimas di dalam ponselnya untuk menghubungi lelaki itu, setelah menemukannya, Velove langsung menghubungi Dimas. Namun hasilnya nihil karena ponsel lelaki itu tidak aktif, kemungkinan benda pipih itu kehabisan baterai.

Tidak ingin menunggu lebih lama lagi dan semakin malam, lantas Velove beranjak dari sana untuk keluar dari dalam Mall. Jari perempuan itu bergulir di atas layar ponsel untuk memesan ojek online, dia akan pulang ke apartemen lelaki itu lebih dulu, dirinya harus menyiapkan perlengkapan mereka berdua untuk ke luar kota besok.

Sedangkan Dimas saat ini masih asik mengobrol di dalam kafe bersama dengan Bella, lelaki itu benar-benar melupakan sang sekretaris yang tadi pergi bersamanya.

Bahkan setelah dia dan sang mantan selesai mengobrol, lelaki itu malah menawarkan dirinya begitu saja untuk mengantar Bella ke hotel tempat perempuan itu menginap selama berada di Indonesia.

“Dim, makasih ya udah anterin aku. Nanti kapan-kapan kita ketemuan lagi mumpung aku masih di Indo.” Ucap Bella saat mobil hitam Dimas berhenti di lobby hotel tempat dirinya menginap.

“Iya sama-sama, nanti kabarin lagi aja kalo kamu ada waktu.” Balas Dimas pada perempuan yang ada di sebelahnya itu.

Perempuan itu lantas menganggukan kepalanya seraya melepaskan sabuk pengaman yang ada di tubuhnya, lalu Bella keluar dari dalam mobil itu, dia berdiri di sebelah mobil Dimas untuk menunggu mobil lelaki itu menjauh dari sana.

“Hati-hati, Dim.”

Setelahnya Dimas kembali melajukan mobilnya meninggalkan area hotel tersebut menuju apartemennya. Lelaki itu sepertinya benar-benar lupa soal Velove, dia pulang begitu saja dari Mall tanpa perasaan yang mengganjal sedikitpun.

Begitu sampai di gedung apartemen, lelaki itu langsung naik menuju lantai unit apartemennya menggunakan lift. Keluar dari dalam lift, Dimas langsung membawa langkah kakinya menuju pintu unitnya, lelaki itu langsung menekan passcode agar dia bisa masuk ke dalam sana.

Saat dia masuk ke dalam unit apartemennya, Dimas dibuat mengernyit ketika melihat lampu di sana sudah menyala, padahal biasanya dia selalu mematikan lampu itu ketika pergi ke kantor atau pergi keluar. Tapi sedetik kemudian dia baru tersadar soal Velove, lantas dengan langkah yang terburu-buru lelaki itu menuju kamarnya dan membuka pintu kamar itu.

Dimas dapat menghela napasnya lega ketika mendapati Velove yang sudah terbaring dengan tubuh yang terbungkus oleh selimut di atas ranjang, dia melirik ke pojok kamar yang kini sudah terdapat sebuah koper di sana. Lelaki itu bahkan baru teringat jika besok dia dan juga sang sekretaris harus pergi ke luar kota.

Ada sedikit rasa bersalah karena sudah melupakan Velove ketika di Mall dan pulang tanpa perempuan itu ketahui. Kemunculan sang mantan kekasih tiba-tiba di hadapannya membuat cara kerja otaknya itu menjadi berantakan, dia melupakan keberadaan Velove dan juga pekerjaannya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!