Bayinya tak selamat, suaminya berkhianat, dan ia bahkan diusir serta dikirim ke rumah sakit jiwa oleh Ibu mertuanya.
Namun, takdir membawa Sahira ke jalan yang tak terduga. Ia menjadi ibu susu untuk bayi seorang Mafia berhati dingin. Di sana, ia bertemu Zandereo, bos Mafia beristri, yang mulai tertarik kepadanya.
Di tengah dendam yang membara, mampukah Sahira bangkit dan membalas rasa sakitnya? Atau akankah ia terjebak dalam pesona pria yang seharusnya tak ia cintai?
Ikuti kisahnya...
update tiap hari...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Ilaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12 #Rencana Menikah Lagi
Pukul delapan malam, semua anggota kecuali Daren telah berkumpul di meja makan. Tidak ada suara obrolan tercipta, hanya keheningan yang diiringi dentingan sendok mereka hingga suasana kaku itu berakhir setelah Raymond bicara.
“Chia, kakek tadi telepon Doktermu, besok dia akan sampai ke kota kita, jadi kau tidak perlu ke rumahnya yang di luar kota.”
“Ya, Kek.” Wanita arogan itu tersenyum, kali ini dengan senyum kecut.
“Kau, Zander. Besok antar istrimu ke sana.” Tunjuk Raymond pakai sendok ke Zander.
“Aku sibuk, suruh saja Hansel,” tolak Zander membuat Raymond mere’mas sendok dengan kesal.
“Zander, kau itu suaminya, bukan Hansel.”
Zander melirik kakeknya sekilas, lalu berdiri.
“Aku capek, selamat malam.” Setelah itu, ia melenggang pergi duluan dari meja makan.
“Zander!” kelakar Raymond menggebrak meja. Ingin rasanya melempar sendok itu ke arah cucunya, tapi Balchia segera menenangkan Raymond. Sementara Mauren, ia hanya diam saja karena masih enggan bicara dengan Ayah dan menantunya.
“Sudah, Kek. Mungkin Zander memang capek. Aku tidak apa-apa kalau pergi sendirian ke sana.”
“Kau sangat baik sekali, Chia. Tapi sayang, kau malah dapat suami bodoh seperti Zander. Kau seharusnya menikah saja sama cucuku yang lain, bukan pria mandul itu.”
BRAK!
Raymond dan Balchia terhenyak begitu Mauren tiba-tiba menggebrak meja. Tampak wajahnya merah padam, tak tahan putranya direndahkan oleh Raymond.
“Ada apa denganmu?” tanya Raymond.
Maureen berpaling acuh tak acuh tanpa menjawab. Ibu kandung Zander itu kemudian meninggalkan kedua orang itu.
“Gawat, kalau kayak gini terus, bisa-bisa aku bakal dibenci selamanya sama Mama. Mama tidak boleh sampai memusuhiku!” gumam Chia dan hendak mengatakan pada Tuan Raymond bahwa Sahira sudah balik lagi, tapi kakek itu sudah tidak ada di hadapannya. “Arghh…” Chia pun dengan kesal menuju ke arah kamar Ibu mertuanya, berniat membujuk Mauren dulu.
Tak sengaja, Tuan Raymond yang berjalan ke arah kamarnya berpapasan dengan Sahira.
Tubuh Sahira terasa membeku ditatap tajam oleh pria tua itu yang mendekatinya. Dalam hati, Sahira panik bukan main.
“Kau…” Raymond menunjuk Sahira dengan tongkatnya, tetapi mendadak pandangannya dihalang oleh tubuh kekar cucunya yang juga kebetulan melihat Sahira dan Tuan Raymond saling berhadapan.
“Tuan Zander?” Sahira makin panik.
“Jangan ganggu dia, Kek,” ucap Zander.
“Kau! Apa kau yang bawa dia lagi ke sini, ha?!” bentak Tuan Raymond menunjuk Sahira lagi.
“Ya, itu aku.”
“Cih, apa kau tahu, Zan? Wanita ini pernah masuk rumah sakit jiwa. Kakek tidak mau ada pasien gila di rumah kita. Dia berbahaya, bisa membunuh bayimu,” cerca Tuan Raymond.
Perkataan jahat Raymond membuat Sahira menunduk sedih. Ia teringat pada Rames yang pernah mencacinya sebagai pembunuh anak.
“Dia tidak gila, Kek,” bela Zander membantah tuduhan itu. “Dan dia tidak berbahaya.”
“Pokoknya Kakek tidak setuju!”
Zander memejamkan matanya sejenak. Kakek tua itu terlalu cerewet, mirip seperti istrinya.
“Mau setuju atau tidak, Zander tidak akan membiarkannya pergi dari sini. Dia urusanku, bukan urusanmu. Bayiku yang membutuhkan Sahira, bukan Kakek,” pungkas Zander dengan nada penuh penekanan. “Aku yang gaji dia, bukan kakek!”
Tuan Raymond tersenyum kesal. “Oh, jika kau bilang begitu, berarti kau sudah mengakui bayi Chia adalah bayimu?”
Zander mengatup mulut, tersadar atas perkataannya yang terucap sendiri. Raymond pun terbahak melihat Zander diam.
“Ck, aku tidak peduli kakek bilang apa, yang jelas Sahira akan tetap bekerja di sini sampai masa kontraknya berakhir!” timpal Zander lalu pergi dengan kesal.
“Hai, Zander! Kakek belum selesai bicara!” Tuan Raymond segera mengejar cucunya itu. Ia tinggalkan Sahira yang berdiri diam di sana dengan tatapan kosong.
“Kontrak? Emang ada ya?” gumam Sahira. Seingatnya, ia tak pernah menandatangani surat kontrak.
“Mbak Sahira…”
Sahira pun tersentak dan langsung berbalik badan begitu Hansel memanggilnya. “Ya, ada apa, Hansel? Apa bayiku nangis?” tanyanya pada Hansel yang memang kamarnya tak jauh dari kamarnya.
“Tidak, saya tidak mendengar tangis bayi. Saya kemari mau kasih ini ke Mbak.” Dengan tangan kanannya, Hansel menyodorkan berkas tipis.
“Apa ini?” Sahira menerimanya, lalu membaca teks besar di sana. “Surat kontrak? Oh… jadi ini yang dimaksud barusan Tuan Zander?”
Hansel mengangguk. “Betul, Mbak. Surat itu kemarin mau saya kasih ke Mbak, tapi saya lupa, hehe…”
“Silahkan Mbak baca dulu aturannya sebelum ditanda tangani,” lanjut Hansel memberi pena.
Sahira manggut-manggut sambil membaca tiap kalimat, baris, sampai ke bawah. Tertera masa kerja Sahira hanya sampai dua tahun dengan gaji dua miliar. Tapi aturannya lebih menguntungkan ke pihak A daripada ke pihak B. Sahira yang merupakan pihak B, langsung bertanya ke Hansel.
“Hans, ini aturannya bisa diubah nggak?”
“Hm, apa yang salah, Mbak?” tanya Hansel lalu melihat ke kalimat terakhir yang ditunjuk Sahira.
“Pihak B tidak boleh menolak apa yang pihak C minta, jika pihak B menolak, maka pihak A wajib menghukum pihak B.”
“Ini maksudnya apa ya?” tanya Sahira agak kurang paham.
“Oh, itu… saya juga kurang tahu, tapi mungkin maksudnya jika Mbak diminta mengasuh Tuan kecil, Mbak tidak boleh menolak. Jika Mbak menolak, Tuan Zander akan memberi hukuman ringan,” jawab Hansel ragu.
“Eh, saya kan memang kerja untuk mengasuh Tuan Muda kecil, tidak mungkin saya menolak pekerjaan utama saya. Tuan Zander ada-ada saja, haha…” tawa Sahira berpikir demikian. Tapi aslinya, tak seperti itu dan hanya Zander yang tahu.
“Oh ya, pihak A sama pihak C itu siapa?” tanya Sahira belum mengerti. Apakah pihak A itu Zander? Dan pihak C adalah Beby Zee? Atau sebaliknya?
Namun sayang, Hansel tak bisa menjawabnya sekarang karena Hansel harus pergi mengurus sesuatu yang bersangkutan dengan organisasi Zander. Tak hanya di rumah saja, Hansel juga aktif di markas.
“Huftt… besok saja, deh.” Sahira menghela napas. Kemudian tiba-tiba ia bertemu Balchia tapi wanita sombong itu hanya membuang muka lalu pergi mengabaikan Sahira. Sahira cepat-cepat pergi ke kamarnya.
“Malam ini kau selamat karena Ibu mertuaku, tapi kau jangan senang dulu, aku akan terus mencari cara agar kau pergi dari sini,” batin Balchia yang berhasil baikan dengan Mauren.
Kini, Zander duduk termenung sendirian di balkon. Ia memikirkan sesuatu, hasil tes ulang hubungannya dengan beby Zee. Lalu, pria tampan itu tersadar saat ponselnya berdering. Ternyata dari Ayahnya di LN. Keduanya mengobrol hal seputar bisnis, kemudian Daren tiba-tiba menanyakan sesuatu.
“Zan, jika benar hasil tes ulang tidak cocok, apa yang akan kau lakukan pada Chia dan bayinya?”
Zander diam sejenak, sebelum berkata, “Aku akan menceraikannya saat itu juga. Dia harus pergi dari sini bersama bayinya.”
Daren tidak terkejut sama sekali karena ia sudah menduganya.
“Lalu, apa yang akan kau lakukan selanjutnya, Nak? Apa kau akan menikah lagi atau mau menduda selamanya?”
“Hm, aku akan menikah, Ayah.”
“Wow, dengan siapa kira-kira?”
“Cinta pertamaku. Dia sudah kembali. Ayah, tidak keberatan, kan?” Tanya Zander.
“Ya, Ayah tidak masalah asalkan wanita itu tidak seperti kakekmu yang cerewet, suka tantrum. Cari seperti Ibumu yang hatinya baik dan lembut.”
Zander tersenyum. “Ayah, tenang saja. Dia itu tipeku, sifatnya hampir mirip sama Ibu.”
“Huachiii!!” Tak ada angin, tak ada hujan, Sahira yang berbaring di samping beby Zaena tiba-tiba bersin dan kemudian giliran beby Zaena yang bersin-bersin.
“Sahira… ke mana kau membawa bayiku?” lirih Rames mendongak ke atas, menatap kosong bintang di langit. Wajahnya tampak terbebani banyak masalah. Punya dua istri tapi masing-masing sudah pergi membawa bayinya.
…
Yang satu dah meninggal, yang satunya di rumah suami orang tapi dua bayinya kini di sisi Ibu kandungnya. Karma akibat bohongi Sahira jadi kena tipu deh sama Julian.
Rames, nasibmu apes banget… 💃
.
.
To be continue...
percays sama jalang, yg akhir hiduo ny tragis, itu karma. ngejahati sahira, tapi di jahati teman sendiri. 😀😀😀