Terperangkap Di Pelukan Ketua Suku Harimau

Nolan melangkah pulang saat langit sudah benar-benar gelap. Tidak ada rasa curiga sedikit pun dalam benaknya, karena ia yakin Yuna sudah lebih dulu sampai di rumah.

“Lira,” panggilnya pelan saat mendekati rumah.

Pintu terbuka. Lira muncul dari balik pintu dengan wajah bingung, matanya celingukan ke arah belakang Nolan.

“Kakak pulang sendiri? Yuna mana?” tanyanya heran.

Nolan mengerutkan kening. “Bukannya dia sudah pulang?”tanya Nolan heran.

Lira menggeleng perlahan. “Belum. tadi perginya sama kakak, kan? Kok sekarang kakak malah nggak tahu dia di mana?”ujar lira ikut bingung.

Nolan terdiam sejenak, baru kemudian menjawab, “Tadi dia marah padaku dan Katanya mau pulang sendiri.”jawab Nolan lirih.

Lira menatapnya tidak percaya. “Marah? Kenapa?”tanya lira penasaran.

Nolan menghela napas pelan.“Kami sempat bertengkar di warung makan,” jawab Nolan dengan nada sesal.

“Kenapa bisa sampai bertengkar?”

“Aku... aku tidak membelanya saat bibi warung memberikan mangkuk daging air hitam miliknya pada Ketua Suku.”beritau Nolan dengan nada sesal.

Lira menghela napas. “Kenapa kakak lakuin itu?”

“Ya... kupikir wajar aja kalau mendahulukan Ketua Suku. Lagipula cuma semangkuk daging. Aku kira Yuna pasti bisa memakluminya.”jawab Nolan santai.

Lira menatap Nolan sambil menyilangkan tangan. "Tidak semua betina bisa pengertian, Kak. Ada juga yang keras kepala dan ingin pasangannya selalu membela mereka.”jawab lira lagi.

“Tapi kakak bukan pasangannya,jadi tidak papa,biarkan saja dia,nanti juga akan membaik sendiri"tambah lira lagi.

Nolan menunduk, wajahnya terlihat menyesal. “Tapi Aku ingin menjadikannya pasangan...”lirih Nolan.

Lira paham sekarang.“Kalau begitu, kenapa tidak membela nya tadi?”

“Aku pikir dia tidak akan mempermasalahkan hal sepele seperti itu...” gumam Nolan.

Lira memijat pelipisnya, terlihat pusing sendiri. “Pergilah cari dia kak dan Minta maaf.”suruh lira setelah tau kakak nya ingin menjadikan Yuna sebagai pasangan nya.

“Tapi aku harus cari dia ke mana?” tanya Nolan bingung.

“Aku juga nggak tahu. Tapi yang pasti Yuna nggak mungkin pergi jauh. Dia belum mengenal siapa pun kan?"

Nolan mengangguk pelan. “Baiklah. Aku akan mencari. Kamu nyalain semua penerangan ya. Yuna nggak bisa melihat dalam gelap.”suruh Nolan sebelum pergi

Lira membalasnya dengan anggukan singkat.

Nolan segera melangkah keluar, menyusuri jalan setapak yang sepi. Di malam hari, jarang ada penghuni suku harimau yang berkeliaran, kecuali beberapa pejantan yang bertugas patroli menjaga keamanan.

“Nolan!” sapa dua pejantan patroli yang melihatnya dari kejauhan.

“Kamu ngapain keluar malam-malam begini? Ada urusan apa?” tanya salah satu dari mereka.

“Aku sedang mencari Yuna.”

“Yuna siapa?” sahut pejantan satunya dengan kening berkerut.

“Betina yang kamu bawa waktu itu, yang rambutnya panjang dan cantik itu, kan?” timpal yang lain, mengingat wajah Yuna.

“Iya, dia.”

“Kamu kehilangan dia?”

Nolan mengangguk lemah. “Kami bertengkar. Dia marah dan pergi.”

Pejantan yang lebih tua menepuk pundaknya pelan. “Betina memang sering begitu. Kalau terlalu keras kepala dan gampang marah, lebih baik tinggalkan saja.”nasihat pejantan itu

Nolan menggeleng pelan. “Aku tidak bisa meninggalkannya.”

“Kenapa?”tanya pejantan lain penasaran.

“Aku menyukainya.”jawab Nolan mantap.

“Karena dia cantik?”

Nolan tersenyum tipis. “Bukan cuma cantik. Dia... unik. berbeda dari betina lain.”

Kedua pejantan itu saling bertatapan, lalu mengangguk pelan.

"Kalau begitu, carilah dia. Semoga calon betinamu segera ditemukan," ujar salah satu dari mereka.

Nolan membalas dengan senyum ramah, kemudian berlalu dari tempat itu. Ia memulai pencarian dari sungai, tempat yang pernah dikunjungi Yuna. Namun, Yuna tidak ada di sana. Ia lalu menuju ke lokasi di mana dulu Yuna pertama kali terjatuh, tapi hasilnya tetap sama. Kosong. Tak ada jejak apa pun.

"Kemana kamu pergi?" gumam Nolan cemas.

Malam di hutan jauh lebih berbahaya. Banyak hewan liar berkeliaran, belum lagi para berandalan dari suku-suku lain yang dibuang karena kejahatan. Mereka sering kali bersembunyi di balik gelapnya hutan, menunggu mangsa datang.

Nolan duduk di bawah pohon besar, matanya menatap kosong ke arah langit yang tertutup pepohonan lebat. Ia mencoba memikirkan kemungkinan tempat lain yang bisa didatangi Yuna.

"Aku sudah berkeliling hampir seluruh hutan, tapi dia tetap tidak ada. Aku khawatir dia ditangkap pejantan liar," gumamnya frustasi.

"Atau... apa dia begitu marah sampai memutuskan tidak kembali ke rumah dan malah memilih kabur?" tambahnya, kini suaranya terdengar menyesal.

Belum sempat ia berdiri, suara auman serigala terdengar jelas dari kejauhan. Nolan segera siaga. Ia tahu, itu bukan sekadar suara. Itu auman serigala buas, dan sepertinya mereka lapar.

Tak lama kemudian, muncullah segerombolan serigala dengan mata liar yang menyala di balik kegelapan. Mereka menggeram, taringnya terlihat tajam.

"Pergilah! Jangan ganggu aku!" bentak Nolan lantang.

Namun, seperti yang sudah diduga, serigala-serigala itu tak mengerti bahasa peringatan. Mereka tidak mundur, justru menyerang dengan cepat dan ganas.

Tanpa pilihan lain, Nolan pun segera berubah wujud menjadi seekor harimau. Tubuhnya membesar, cakarnya mencuat, dan sorot matanya berubah tajam. Pertarungan pun tak terelakkan.

Tendangan dan cakaran saling dilontarkan. Gigi tajam serigala beberapa kali sempat mengenai tangan dan dada Nolan, meninggalkan luka menganga. Tapi dengan kekuatannya sebagai harimau, Nolan berhasil memukul mundur kawanan itu.

"Argh!" erang Nolan sambil memegangi tangan kanannya yang berdarah. Napasnya tersengal, tubuhnya goyah.

"Aku harus pulang," ujarnya lirih, lalu melangkah dengan terseok-seok.

Demi mencari Yuna, Nolan harus menghadapi serangan binatang buas. Kini, dengan luka yang cukup parah, ia terpaksa kembali ke rumah tanpa membawa hasil. Pencariannya gagal.

Di dalam hatinya, hanya ada penyesalan yang mengendap. Ia sadar, sikapnya yang lebih mementingkan urusan orang lain telah menyakiti hati Yuna. Ia tidak menyangka Yuna akan merasa begitu kecewa dan memilih menghilang.

"Jika Yuna kembali," batinnya, "aku bersumpah tidak akan melakukan kesalahan yang sama. Aku akan menjadi pejantan yang lebih kuat. Pejantan yang tahu bagaimana caranya menjaga dan melindungi betinanya."

Langkahnya tertatih. Luka di tubuhnya perih. Tapi luka di hatinya terasa jauh lebih menyakitkan.

*

Kasihan juga ya, Nolan. Demi mencari Yuna, dia harus menghadapi serigala liar dan terluka cukup parah. Padahal, niatnya cuma satu—ingin memastikan Yuna baik-baik saja. Author jadi ikutan sedih nulis bagian ini 😭

Buat yang penasaran sama kelanjutannya, jangan lupa like, komen, dan kasih ulasan ya! Biar author makin semangat nulis bab selanjutnya yang pastinya lebih seru dan bikin baper.

Sampai jumpa di bab berikutnya! ❤️