pernikahan yang terjadi karena kebaikan seorang laki-laki yang ingin menyelamatkan teman perempuannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kholifah NH2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jatoh, guys
Hari semakin larut, Airin sedang bersiap pulang kerumah setelah selesai dengan pekerjaannya di restoran. Sambil memakan ice cream, Airin menunggu kedatangan Adrian dengan duduk di parkiran resto. Tangannya pun sibuk menggeser layar ponsel, menonton video-video singkat yang menemaninya disana.
Mobil Adrian tiba, Airin bangun dan langsung menyambut pelukan Adrian, "Lo kayak anak ilang duduk disini sendirian..."
"Gue nggak telat jemput, kan?."
"Hm, cuma telat lima menit." Jawab Airin sambil menatap jam tangannya,
"Ya udah, nanti hukum gue aja."
"Eh, aku nggak berani."
"Ya udah, gue aja yang hukum lo."
"Emangnya aku salah apa?."
"Karena lo udah mencuri hati gue."
"Hahaha, gombalan kamu klasik banget."
"Hehe, yaudah yuk." Adrian merangkul Airin, ia bawa istrinya itu kedalam mobilnya
Tiba dirumah, Airin dan Adrian langsung menuju kekamar mereka. Setelah melepas tas serta sepatunya, Airin langsung mengambil baju ganti lalu segera membersihkan diri. Sementara Adrian, laki-laki itu terlihat sibuk diruang TV.
Adrian terlihat mengeluarkan beberapa barang yang sudah ia beli sebelumnya. Lampu LED kerlap kerlip, akuarium bulat dan beberapa ikan hias, sedang ia persiapkan disana. Adrian ingin memberi kejutan kecil untuk istrinya itu.
Tidak berselang lama Airin sudah kembali, sambil mengeringkan rambut dengan handuknya, Airin memeriksa pesan singkat yang masuk ke ponselnya. Dan sedetik kemudian, lampu kamarnya mati seketika. Airin mulai bingung, tidak biasanya kamar menjadi gelap gulita.
"Adrian? Ini kenapa?."
"Nggak apa-apa, Sayang. Sini."
Dalam gelap, Adrian menuntun Airin kearah ruang TV. Mereka menghampiri cahaya warna-warni yang diruangan itu.
"Ha?..."
"Ikan?." Airin tersenyum lebar, ia langsung berlari dan memeluk akuarium yang dikelilingi cahaya itu.
"Adrian? Ini buat aku?."
"Iya." Adrian tersenyum sambil mengusap puncak kepala Airin, namun gadis itu menyambarnya dengan pelukan.
"Aku senang banget. Makasih, Adrian."
"Sama-sama, Sayang."
Sambil berpelukan, Airin melompat-lompat. Adrian merasa gemas dengan tingkah lucu istrinya ini. Hal kecil yang ia berikan, ternyata mampu membuatnya bahagia dan tersenyum lepas seperti ini. Adrian tidak menyangka Airin akan bereaksi semanis ini.
"Rin? Nanti kita jatuh lompat-lompat begini."
"Hehehe, aku senang banget."
Airin mulai berjinjit, satu tangannya menangkup wajah Adrian dan ia berikan ciuman tepat di bibir lelakinya itu. Ciuman yang singkat namun terasa begitu lembut. Airin sedang memberikan sedikit demi sedikit kasih sayangnya.
"Barusan itu hadiah buat gue?."
"Bukan, itu cinta buat kamu."
"Hahaha. Itu ikannya dilihat dulu."
Airin masih bersemangat, ia kembali duduk dan memandangi empat ekor ikan didalam akuarium itu. Adrian turut bergabung, ia duduk dihadapan Airin. Matanya tidak lepas dari wajah Airin yang terlihat takjub dengan kejutan pemberiannya.
"Hay, ikan ikan kuuu?." Airin menyapa ikan-ikan miliknya, membuat tawa Adrian lepas.
"Mulai sekarang, kamu, kamu, kamu, dan kamu, jadi teman aku." Airin berbincang dengan ikan itu sambil menempelkan ujung telunjuknya pada akuarium.
Telunjuknya pun mengikuti salah satu ikan yang aktif bergerak kesana-kemari, "Yang ini cantik, pasti dia cewek? Iya, kan?."
Pertanyaan Airin membuat Adrian terperangah, sungguh istrinya bertanya seperti itu?
"Mana gue tau, Sayang?."
"Iya. Cuma satu yang cantik, yang lainnya ganteng."
"Ya Tuhan. Ya udah deh, terserah lo."
"Sejak kapan ada ikan cantik, ikan ganteng? Emang aneh." Adrian bergumam,
Satu jam sudah berlalu, setelah menyelesaikan tugas kuliahnya, Adrian kembali keruang TV. Ia menghela nafas panjang melihat Airin sudah tertidur disana. Entah sudah berapa lama istrinya terlelap, Adrian pun langsung membopongnya ke tempat tidur.
"Capek ya habis ngobrol sama teman baru?."
Adrian menutupi tubuh Airin dengan selimut, tidak lupa ia berikan kecupan kasih sayang di keningnya,
"I love you."
•••
Pagi itu Adrian terbangun tanpa mendapati Airin disisinya. Ia memanggil-manggil nama Airin, namun gadis itu tidak menjawab. Setelah mencuci muka dan menggosok gigi, Adrian sempatkan untuk mencari istrinya yang tidak ia temukan didalam kamar. Ia juga sudah membawa ponselnya untuk berjaga-jaga.
Adrian mulai berkeliling rumah. Sudut demi sudut ia datangi namun tidak menemukan Airin dimana pun. Inez yang saat itu sedang menikmati teh hangat diruang tamu, mulai angkat bicara.
"Nyari siapa, ganteng?."
"Mama liat Airin nggak?."
"Oh, dia Mama suruh beli bubur ayam di depan komplek...."
"Kayaknya dia pergi naik sepeda kamu, tuh."
"Mama nyuruh Airin? Kan ada Mbak Ana, Ma?."
"Mbak Ana udah Mama suruh ke super market. Lagian kenapa, sih?..."
"Apa salahnya Mama suruh istri kamu?."
"Airin itu bukan ART, Ma..."
"Kali ini Mama keterlaluan."
Adrian merasa kecewa dengan sang Mama. Ia langsung menyambar kunci motornya yang berada diatas meja dan bergegas menyusul Airin. Namun belum sempat ia pergi, Adrian sudah melihat Airin didepan gerbang. Istrinya itu terlihat berjalan tertatih sambil menuntun sepedanya.
"Rin? Lo kenapa?." Adrian cemas, ia memperhatikan luka yang didapat Airin di salah satu lututnya, "Lo jatuh?."
"Iya. Sepeda kamu tinggi, aku nggak nyampe."
"Ck, udah tau sepedanya tinggi kenapa dipake, sih?..."
"Terus juga, ngapain nurutin omongan Mama? Disuruh-suruh kenapa mau?..."
"Kadang kebodohan lo ini bikin gue kesal."
"Ya udah, maaf. Jangan marah-marah."
Adrian menghela nafas panjang, ia tatap Airin dengan rasa bersalah karena sudah membuatnya sedih,
"Sorry." Adrian meninggalkan kecupannya dikening Airin, "Gue nggak bisa liat lo kesakitan begini. Ini bikin gue marah, Rin."
Adrian meraih dua bungkus makanan yang Airin gantung di sepeda itu, "Lo beli ini buat Mama, kan?."
"Buat Tante Mita juga."
"Ya, siapa pun itu, ini terakhir kalinya lo terima disuruh-suruh begini. Lo bukan ART..."
"Nggak ada yang berhak kasih perintah ke lo. Ngerti?."
"Iya, maaf."
"Lupain aja, ayo masuk."
Adrian merangkul Airin memasuki rumah, ia bawa Airin untuk duduk diruang keluarga. Disana sudah ada Henry dan Mita, yang bergabung Inez.
"Ma?." Adrian menaruh bungkus makanan itu diatas meja, tepat dihadapan Inez, "Ini terakhir kalinya Mama suruh-suruh, Airin..."
"Airin sampe jatuh dari sepeda lho, Ma. Kakinya lecet."
"Ya, Mama kan nggak nyuruh Airin naik sepeda?..."
"Mama nyuruh Airin jalan kaki, sekalian olahraga?."
"Apa? Mama enteng banget ya ngomong begitu?..."
"Sedangkan Mama enak-enakan duduk santai sambil minum teh?."
"Ck, kamu berlebihan banget sih, Adrian?." Ucap Mita yang tidak mau kalah, saat Adrian hendak membalas, Henry memberi kode untuk tidak lagi menanggapi ucapan Inez dan Mita
"Obati dulu kakinya Airin, kasihan." Adrian patuh dan segera mengambil kotak obat. Ia obati luka di kaki Airin dengan perlahan dan hati-hati.
"Maafin gue, harusnya lo nggak pergi." Adrian menyesali apa yang seharusnya tidak terjadi,
"Nggak apa-apa. Ini bukan salah kamu, bukan salah siapa-siapa."
Pernyataan Airin membuat Inez dan Mita saling melempar pandangan. Sungguh mereka semakin muak mendengar setiap kalimat yang di ucapkan Airin. Menurut mereka, Airin hanya sekedar mencari perhatian Adrian.
"Ma, jangan suruh-suruh Airin lagi. Airin menantu kita kan, Ma? Mama tega lihat Airin sampai jatuh begitu?..."
"Dan kamu juga Mita, jangan ganggu Airin, atau ngomong hal-hal yang buruk ke Airin."
Inez dan Mita kompak memutar bola matanya. Sungguh, Henry berani menasihati mereka di depan Adrian dan Airin? Ini sama saja mempermalukan mereka berdua.
"Semua laki-laki dirumah ini udah masuk perangkap perempuan sok baik itu." Inez pergi, disusul Mita di belakangnya,
"Jangan di dengerin...."
"Ayo." Adrian membopong Airin menuju ruang gym yang berada disamping kolam renang. Ia dudukkan Airin pada kursi sebelum memulai olahraga nya pagi itu.
"Duduk yang anteng. Temenin gue disini." Adrian menepuk lembut puncak kepala Airin sebelum membuka kaosnya. Airin yang melihat itu terkesiap seketika,
"Eh? Emang bajunya harus dibuka?."
"Gue lebih nyaman begini. Lebih berkeringat..."
"Nih, di handphone gue banyak game, main aja, biar nggak bosan." Adrian mengeluarkan ponsel dari saku celananya dan memberikannya kepada Airin, ia pun memulai pemanasan sebelum ber-olahraga.
"Adrian? Di password?." Airin menunjukkan layar ponsel Adrian yang terkunci
"Tanggal lahir lo."
"Apa?." Airin terperangah, apa yang dikatakan suaminya itu? Apakah Adrian mengetahui tanggal lahirnya? Lelakinya itu terlihat gugup, ia menghentikan kegiatannya dan menghampiri Airin,
"Iya. Password nya, tanggal lahir lo."
Airin mencoba memasukkan tanggal lahirnya disana, dan berhasil, "Iya, bisa."
"Lo marah karena gue pake tanggal lahir lo?."
"Enggak, aku bingung aja..."
"Kamu tau dari mana tanggal lahir aku?..."
"Dan kenapa harus pake tanggal lahir aku?."
Adrian terdiam sejenak, ia pun berjongkok dihadapan istrinya itu, "Soal tanggal lahir lo, gue tau waktu lo dikasih kejutan ulang tahun disekolah..."
"Dan kenapa harus tanggal lahir lo, karena itu tanggal tercantik buat gue..."
"Secantik orangnya." Adrian mencubit gemas hidung Airin dan kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda.
...•••...
Alohaaaa aku balik lagi dgn chapter baruuuu
seperti biasa...klik klik klikkk biar aku semangat update 💋💋💋💝💝💖💖
🧑 gak
👧aku cium y
🧑 ok
sumpah ini mereka knpa siihh 😭😭 mood bgt bacanya