Tolong berhentilah menebar pesona hanya mata terpejam bisa kurasakan, jangan biarkan cahayamu membutakan banyak hati
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Angguni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan Jebakan
"Jangan harap!! "
Suara Desi begitu nyaring di telingaku. Sepertinya ingin menguji kesabaranku. Istriku yang menggemaskan. Belum juga benjol di kepalaku hilang akibat di dorongnya tadi, sekarang gendang telingaku rasanya akan pecah mendengar teriakan nyarinya.
Dia jadi berubah seperti macan setelah tiba di sini. Padahal tadi sebelum kubawa kemari, kami sempat mendapat ceramah panjang dari keluarga, tapi sepertinya tidak di dengar olehnya. Tadi dia yang memelukku waktu tidur, aku yang di tendang dan di dorong. Padahal dia gak aku apa apain. Huh, dasar!
" Kamu kenapa senyum senyum ? "
Desi menatapku dengan penuh selidik. Lucu sekali sih istriku.
"Lucu aja", jawabku tersenyum jahil ".Aku sayang sama kamu, Desi Azkia. Kupersempit jarak di antara kami. Kurasakan tubuhnya memegang.
" Apaan sih kamu, Bob? Sana deh jauh jauh! "
Deso berusaha mendorongku, melepaskan diri, dan berlari ke kamar kami. Aku tertawa melihat tingkahnya. Aku hanya ingin mengerjainya.
" Aku sayang kamu, Desi Azkia "
Aku merasa Bobby lebih mendekat ke arahku. Hah! mau apa dia?
"Apaan sih kamu, Bob? sana deh jauh jauh! "
Tubuhku rasanya sudah tak dapat kugerakan. Dengan susah payah, aku mendorong Bobby. Aku berlari ke kamar meninggalkan Bobby yang kudengar malah terkekeh geli. Dasar laki laki kurang ajar! Meskipun (dulu) aku mencintai dia, aku tidak akan sudi di sentuhnya. Laki-laki macam apa itu? menyebalkan
Kumandang aza Magrib terdengar sangat indah di telingaku. Aku sangat kenal suara ini. Suara yang selalu ku tunggu saat menjelang Zuhur di sekolah dulu. Suara indah yang selalu berhasil menghipnotisku untuk bergegas mengambil wudhu. Suara yang pemiliknya selalu kuharap bisa menjadi imamku.
Kuharap? Hah, sekarang dia sudah menjadi imam untukku. suara itu juga yang sudah berhasil menghancurkan semua harapan indah yang ku bangun dulu. Air mata kembali mengalir seenaknya di pipi.
Ternyata Bobby pergi ke masjid di seberang sebelum Magrib tadi. Pantas saja dia menghilang? kenapa dia tidak bilang kalau mau ke masjid? dia membiarkanku sendirian di rumah? dia berpikir aku seberani itu? dasar menyebalkan!
Selesai shalat , aku berbaring di kamar bermain ponselku. Jelas saja, aku kan ibu ibu yang hanya bertugas membereskan rumah, suami, dan anak-anak! Bahkan, aku belum siap untuk semua itu. Ini hanya pernikahan jebakan, jadi jangan salahkan aku untuk semua ini.
Kudengar suara langkah berjalan mendekati kamarku yang kuyakin pasti Bobby. Aku berpura-pura tidur. Pintu kamar terbuka. Kurasakan langkah Bobby mendekat. Sisi tempat tidur seperti di tekan. Tangan Bobby memegang kepalaku, mengelusnya pelan.
"Sayang, bangun! kamu belum makan malam, kan? Aku lapar, sayang ".
Hah! Berlagak sok manis! Kemana saja dia saat aku yang bersikap manis, sedangkan dia bertingkah seakan jijik melihatku?
Aku merasakan napasnya berhembus tepat di depan wajahku. Hey hey hey! Mau apa laki-laki kurang ajar ini? kubuka mata. Langsung saja ku dorong dia menjauh dari wajahku. Mesum!
"Kenapa"
"Aku lapar, sayang", rengeknya.
" Lalu? "
"Tidak ada makanan, sayang'.
" Terus? "Aku kembali memainkan gadget ku, berpura-pura tak acuh.
"Masak dong, sayang. Aku mau makan hasil masakan kamu".Nada bicaranya seperti anak yang minta di belikan mobil mobilan yang baru. Manja!
'Kata mamamu, kamu kan bisa masak. Masak aja sendiri".Aku masih fokus dengan gadget ku
" Tapi, aku maunya kamu ".
" Aku gak mau masak! kan kamu yang udah nolak masakan aku! Dan aku gak akan lagi mau masak buat kamu ", aku menarik napas panjang mengambil jeda.
" Dan satu lagi, kamu bisa cari istri yang mau masak dan bermanja manja sama kamu... aku yang akan masak malam ini ".Dia menyerah dan keluar dari kamar.
Meooww.... meooww!
Kuusap kepala kucing kesayangan Bobby ini dengan lembut.
" Manis, tahu gak? Aku pengen pulang ke makassar. Aku gak suka tempat ini. Aku gak suka harus dekat dekat sama dia. Aku mau pulang ".
Meooww!
Kucing manis ini seakan mengerti curahan hatiku. Kucing pintar.
" Kamu tahu, bon? Aku sangat mencintai lelaki menyebalkan itu. Tapi, dia sendiri yang sudah menghancurkan hatiku. Jadi, aku tidak salah, kan, dengan sikapku sekarang ".
Meooww..... meooww
Kuusap kepala kucing pintar ini. Aku bahkan berpikir, setelah menikah dengan Bobby, kadar kewarasanku berkurang. Bagaimana bisa aku curhat dengan seekor hewan?