Menikah Dengan Dosen Killer
"Naya,kamu itu sebentar lagi mau skripsi kalau kamu masih suka main main dan nongkrong ke tempat yang gak jelas kamu akan papa keluar kan dari daftar pewaris"
suara bariton papanya masih terngiang di telinga naya, bahkan ketika ia sudah duduk di pelataran kampus sambil meminum kopi sachet murah dikantin yang biasa jadi tempat tongkrongan anak anak kampus lainnya.
"Pewaris?Apaan siih. Selalu ngancem pake warisan" naya mendesah lelah karna terus terusan diancam oleh papanya.
Di sekeliling nya teman teman nya tertawa kecil tapi hanya sebentar karna langkah sepatu kulit warna hitam menuju ke arah mereka yang mampu membuat tawa kecil tadi seketika hilang karna aura dingin yang dipancarkan oleh kedatangan dosen.
Ya, dosen killer itulah julukan yang diberikan oleh naya dan teman teman nya.
Alvan Hermawan, Dosen baru yang hanya butuh 1 Minggu saja untuk membuat satu angkatan tiarap. Wajahnya datar tidak pernah menyunggingkan senyuman sekecil pun, tatapan mata nya tajam seperti mata elang. Bahkan cara dia memegang buku tebal pun seperti ingin melemparkan pasal kuhp ke kepala mahasiswa yang telat masuk di jam pelajaran nya.
Disaat semua mata tertuju pada Alvan yang melihat dengan takjub bagaimana penampilan dosen itu sungguh mempesona tapi berbeda dengan naya yang yang bergidik bukan karena takut tapi karna geli.
"Gaya banget baru juga jadi dosen belum jadi direktur udah sok banget mentang mentang punya tampang yang ideal jadi jalannya harus kayak ceo yang ditakuti seasia tenggara"gumam naya tapi Alvan sekilas melirik naya dari ujung matanya telinga bisa menangkap apa yang dikatakan oleh naya tapi ia abaikan dan langsung menuju ke arah koridor.
____
Didalam kelas tampak riuh dan penuh dengan canda dan tawa,tapi serempak mereka semua terdiam karna melihat dante masuk keruang kelas mereka.
"Selamat siang"ucapnya datar tanpa ekspresi.
"Siang pak" jawab mereka serempak.
"Siapa hari ini yang tidak ikut pelajaran saya?"tanya Alvan karena ia melihat ada bangku kosong ditengah bangku kedua.
Semua mahasiswa didalam menoleh satu sama lain lalu menjawab pelan.
"nayaa pak"
Dante mengangguk tanpa mengatakan apapun dan mulai memberikan materi.
sementara itu jam dipergelangan naya menunjukkan pukul 13.35
Mata nya melebar.
"Astaga,aku lupa aku ada kelas siang ini...Bisa matii niih"
Dengan rambut yang terkuncir, kemeja putih dan celana kulot jeans warna hitam dan tas Selempang yang hanya diisi lip tin naya melompat dari bangku kantin seperti kesurupan.
Teman-teman nya yang masih duduk santai melongo melihat naya lari terbirit-birit ke arah gedung perkuliahan.
"Kenapa nay?"Tanya sarah sahabat naya tidak satu kelas karna beda jurusan.
"Ada kelas dosen killer itu hari ini"balas nya setengah menjerit.
Sarah mengangguk mengerti ia sudah paham
Dampaknya nanti karna sudah satu Minggu ini ada beberapa mahasiswa yang harus mengulang mata kuliah karna absen di jam pelajaran nya.
Tangga lantai dua nyaris roboh karna pijakan kaki naya yang tergesa, nafasnya memburu dan tidak teratur detak jantungnya yang berpacu lebih kuat,ditambah lagi karena panik ia sudah tahu konsekuensi nya.
Setelah selesai lari terbirit-birit naya sudah sampai didepan pintu kelas sebelum masuk dirinya menarik nafas dalam-dalam dan membuangnya perlahan menyeka keringat di dahi dan membenarkan kerah baju yang tak beraturan.
"Huuhf,oke tentang,rileks..santai kamu gak akan ditendang keluar dari kelas ini karna telat sedikit nay"
Dengan penuh percaya diri naya mendorong pintu. Cekreekk...
Semua mata langsung menoleh ke arah naya bahkan sepasang mata dengan Sorot tajam yang berdiri tegak didepan kelas.
"Selamat siang saudari..?"
"Naya,pak"mencoba tersenyum manis untuk mencairkan sedikit kegugupan nya.
Dante menatap naya dari ujung kaki sampai ujung rambut. Tatapan yang entah kenapa membuat naya merasa bajunya kusut dan seperti belum mandi beberapa hari.
"Sudah tahu ada jadwal dikelas ini,tapi masih datang sesuka hati?"tanya nya datar
"Maaf pak saya telat, saya lupa kalau hari ini ada kelas siang"
Dosen itu menutup bukunya dengan keras yang nyaris terdengar seperti palu sidang.
"Silahkan berdiri di sini sampai jam pelajaran saya selesai. Hari ini kami belajar sambil berdiri anggap sebagai peringatan karena kalau kamu telat lagi hukumannya akan lebih berat lagi"
Beberapa mahasiswa mengalihkan pandangan karena tidak tega dan ada beberapa juga yang menahan tawa. Tapi, berbeda dengan naya ia menegakkan badan , menyilangkan kedua tangan di dada nya dan berdiri di sisi papan tulis.
"Aku sumpahin dia kepleset di depan umum"gumamnya dalam hati sambil melirik sepatu hitam milik dosen killer itu.
Alvan tak bergeming ia melanjutkan penjelasan soal teori komunikasi tanpa ekspresi seolah tidak ada satu pun keanehan di kelas ini. Seolah berdirinya seorang mahasiswi seperti naya di depan kelas adalah hal yang sudah biasa.
“Komunikasi interpersonal yang efektif membutuhkan perhatian penuh terhadap verbal dan non-verbal. Salah satu bentuk komunikasi non-verbal adalah sikap tubuh seperti berdiri dengan tegang di depan kelas saat seharusnya duduk mendengarkan.”
Beberapa mahasiswa terkekeh pelan dan naya yang melirik tajam tetapi Alvan sama sekali tidak menatapnya, hanya terus menulis di papan tulis dengan tenang.
"Oke, anda ternyata bisa menyindir orang ternyata ya. Tapi liat aja. Aku juga bisa."
Tanpa ragu, Naya mengambil spidol yang ada di dekat papan tulis, lalu menulis satu kalimat besar di pojok bawah
"Dosen Killer \= Tidak Manusiawi"
Seisi kelas tertahan napas.
Arya menoleh pelan menatap tulisan itu lalu kembali menatap Naya, diam dan sedikit lama.
Ketegangan menggantung di udara.
Namun, alih-alih marah, Alvan hanya menghela napas singkat, lalu berbicara dengan datar.
“Silakan tambah satu baris lagi Mahasiswa yang berujung bocah kelas SD..l
Seisi kelas langsung tergelak. Bahkan beberapa ada yang tepuk tangan.
Wajah Naya merah padam tapi bukannya malu, ia malah tersenyum kecut.
"permainan mu bagus juga, Pak. Tapi ini baru awal."
🍒🍒🍒
Naya hanya diam, tak ingin membalas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments