Laki laki itu begitu menyebalkan, CEO yang sombong dan selalu galak padamu yang seorang asisten pengantin saja.
"Awas saja ya, lihat aku akan membuatmu jatuh cinta dan aku akan menyiksamu setiap hari"
Jdor, tiba-tiba suara guntur terdengar, ini tak ada tanda-tanda hujan, tapi kenapa ada suara guntur sungguh menakutkan, segera aku masuk kedalam mobil taksi. Aku mulai merinding padahal kan hanya main-main saja mengatakan itu.
Aku juga tak mau kalau sampai benar-benar menjadi istrinya bisa-bisa aku mati berdiri kalau ada disampingnya sampai tua. Menyeramkan sekali sungguh.
Apakah semua kata-kata itu bisa di cabut ?
Disini aku pake sudut pandang pemeran perempuan ya. Semoga kalian suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn dewi88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Harus buat rencana
"Tuan tolong jangan bawa aku mati, aku masih ingin hidup tuan, tolong" teriakku tak karuan saat suara tembakan makin saling menyahut.
Bahkan Tuan Farhan juga mengeluarkan kepalanya sesekali dan menembak juga, hanya satu tangannya yang menyetir. Membuat aku ingin pingsan sekarang juga tapi ini bukan saatnya. Bisa-bisa aku ditinggalkan.
"Sialan malah macet" gerutu Tuan Farhan.
"Tuan mau kemana jangan tinggalkan aku" teriakku yang panik.
Ternyata Tuan Farhan membuka pintu mobil dan menarik tanganku keluar. Kami berdua berlari dengan kencang, bahkan aku sekarang pakai heels, namun itu tak membuat Tuan Farhan kasihan padaku.
Kembali suara tembakan terdengar, aku makin lemas dan sulit untuk berlari. Tubuhku melayang dan bruk, kepalaku sudah ada dibawah, aku di gendong di bahu Tuan Farhan seperti karung beras. Sungguh ini sangat pusing. Bagaimana kalau sekarang sasarannya adalah kepalaku, bisa mati aku.
"Akhh Tuan" teriakku lagi saking takut dan pusing, apalagi peluru terus berterbangan kearah kami berdua.
Namun untungnya tak ada satupun mengenai kami, Tuan Farhan begitu lincah berlari zig-zag dan lompat sana sini, bahkan menumpahkan tong sampah yang penuh untuk menghadang mereka, aku seperti ada didalam film action.
Sekarang kami sedang ada di gang kecil padat penduduk, tubuhku didorong masuk kedalam sebuah lemari, lalu suara pintu ditutup begitu nyaring, padahal aku belum sempat bicara, namun Tuan Farhan sudah tak ada, dia sudah meninggalkanku. Apakah aku akan dijadikan umpan?
Saat akan keluar aku urungkan, terdengar suara langkah beriringan dan ternyata itu musuh Tuan Farhan.
"Cepat tangkap Farhan dia tak boleh lepas, dia sudah membunuh adik Tuan Felix, dia tak boleh bebas dalam keadaan hidup cepat" ucap salah satu orang disana.
Ku tutup mulutku saking kaget, Tuan Farhan membunuh? Bukannya dia seorang CEO kenapa jadi pembunuh. Tubuhku mulai takut dan menggigil.
Farhan sendiri naik keatas atap rumah warga seperti laba-laba naik ke tembok dengan kaki dan tangan yang bekerja, melompat dan berlari dengan lincah, saat ada musuh dengan kakinya dia menendang, meninju dan membantingnya.
Baru satu masih banyak musuh, Farhan yang tak mungkin menghabisi mereka semua sekaligus kembali berlari, masih diatas atap, tembakan juga terus memberondongnya. Tak ada yang mau melepaskan Farhan satupun.
"Sialan, mereka masih mengejarku"
Farhan memberi ancang-ancang dan berlari kembali, turun kebawah dan ternyata banyak anak kecil, Farhan kembali naik seperti laba-laba. Farhan tak mau sampai anak-anak ada yang menjadi korbannya.
Farhan akhirnya berhenti dan menatap semua musuhnya "Kemari maju satu persatu, jangan terus menyerang ku dengan senjata dan beramai-ramai"
Farhan langsung memasang kuda kuda ,lalu menendang dan menghindar juga, mendorong salah satu diantara mereka sampai terjungkal jatuh kebawah, terdengar suara tawa Farhan yang meledek.
"Sialan, serang dia"
Mereka maju bersama-sama mengepung Farhan. 1 lawan 5 akhirnya terjadi juga, untuk orang pertama Farhan membantingnya sampai menggelinding jatuh kebawah, lalu saat ada yang memukulnya ditariknya tangan itu dan di pelintir nya kembali di lempar orang itu pada sisa temannya, Farhan terus melawan tanpa ampun sama sekali, tak peduli dengan tubuhnya yang lemas.
Saat mereka sudah bangkit lagi, dengan berani Farhan melompat dan masuk kedalam rumah salah satu warga, tentu saja orang-orang yang mengejar Farhan diam, apakah dia mati namun beberapa menit kemudian Farhan keluar dengan sehat walafiat tak ada luka sedikitpun, dengan cengengesan Farhan membuka kacamatanya dan mengangkat jari tengahnya.
Lalu kembali berlari meninggalkan mereka yang tertinggal diatas atap warga. Sungguh mudah sekali menghindar seperti ini. Tak mungkin kalau terus melawan bisa kalah Farhan.
...----------------...
Aku malah jadi linglung sekarang, aku benar-benar ketakutan. Berjalan tak tentu arah sampai ada tangan yang memelukku dari belakang tentu saja aku memberontak dan berteriak, namun ada sebuah bisikan yang begitu membuat aku bergidik.
"Diam dan kita pulang, tak usah takut dengan aku yang seorang pembunuh. Hidupku memang seperti ini dan kamu harus siap Karina"
Tubuhku di gendong ala bridal style, dengan otomatis tanganku berpegangan pada leher Tuan Farhan, aku yang tak mau melihat mata Tuan Farhan hanya bisa menunduk dan menyenderkan kepalaku pada dada bidang dan keras ini, sungguh aku bisa mendengar detak jantung Tuan Farhan yang terus berdentum tak karuan.
Apakah ini karena sudah berlari atau ada hal yang lain. Entah aku tak ingin memikirkan semua itu dulu, yang aku pikirkan adalah kabur dan pergi yang jauh dari Tuan Farhan. Aku harus segera menyusun rencana.
...----------------...
"Alea setelah kamu melahirkan Ibu tidak mau mengurus kamu dan bayi haram itu, pokoknya Ibu tak mau melihat wajah bayi haram itu, carilah suami agar Ibu tak malu dengan teman-teman. Apalagi Farhan sebentar lagi akan menikah akan ada pesta besar pasti mereka akan bertanya-tanya dengan keadaan kamu yang seperti ini"
Alea yang sedang bersantai di taman menjadi sedih "Setiap hari Ibu selalu saja membahas itu, kenapa Bu. Aku juga tidak mau hal seperti ini terjadi padaku. Aku juga tak mau sampai diperkosa Bu" teriak Alea yang mulai kesal dengan kata-kata Ibunya setiap hari, setiap waktu, pokoknya kalau bertemu dengan dirinya Ibunya selalu saja membahas hal itu.
"Ya bodoh kamu tak bisa menjaga dirimu sendiri. Harusnya kamu itu pintar bisa menghindar bukannya nangis-nangis dan pasrah, kalau Farhan mati tak akan ada yang menjagamu bahkan aku pun tak sudi. Farhan bisa mati kapan saja, dia adalah seorang pembunuh bayaran banyak musuh dia tak akan bisa terus melindungi kamu Alea"
"Cukup Bu cukup, Kakak akan terus ada di sampingku, Kakak tak akan mungkin meninggalkan aku. Ibu didepan Kak Farhan begitu baik tapi dibelakang Ibu selalu saja menjelekan Kak Farhan dan juga menyumpahinya untuk mati"
"Berisik kamu, kamu tak tahu apa-apa tentang masa lalu hidup Farhan, dia itu bukan orang baik sudah sana masuk kedalam kamar jangan terus ada disini. Kamu hanya akan membuat malu saja. Aku sungguh menyesal telah melahirkan kamu"
Ibunya pergi begitu saja meninggalkan luka yang begitu dalam, padahal Farhan begitu menghormati Ibunya tapi ternyata semua itu tak cukup untuk Ibunya.
"Kalau Kakak tahu bagaimana, apakah Kakak akan sakit hati" gumam alea sambil berjalan untuk masuk kedalam kamar.
Ibunya sudah menghilang dari tadi meninggalkan dirinya sendirian lagi. Semenjak Ayah meninggal Ibunya langsung berubah tak ada kata manis lagi, tak ada usapan lembut lagi yang ada hanya perintah yang begitu menuntut. Hanya itu yang Ibu miliki sekarang ego yang besar.