Naura (22 tahun), seorang ipar yang justru begitu dekat dengan keponakannya, yakni Maryam.
Maryam kerap mengatakan pada Zayad (30 tahun) ayahnya, jika dirinya ingin memiliki seorang ibu. Pertanyaan yang aneh bagi Zayad, sebab Maryam jelas memiliki ibu yang masih hidup bersamanya. Namun Maryam selalu menjawab, "Mama tidak sayang Maryam, Papa."
Salma (27 tahun), istri Zayad dan seorang wanita karir. Kehidupannya full menjadikan karir nomor satu baginya. Salma menyuruh Naura untuk menjaga puterinya selama ini. Namun bagi Salma, Naura layaknya seseorang yang bisa ia atur-atur sesuka hatinya. Sebab, Naura terlahir dari istri kedua ayah Salma.
Kehidupan Naura selama ini, ternyata penuh akan air mata. "Aku tidak meminta untuk dilahirkan dalam situasi seperti ini. Tapi mendiang ibuku selalu bilang, agar aku tetap menjadi orang yang baik." lirih Naura dengan air matanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Ryn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12
"Maryam, kamu nggak apa-apa kan, nak?"
Laras ibu Zayad, langsung mendekat ke sang cucu dan memeluknya dengan perasaan penuh khawatir. Maryam memeluk sang nenek, yang terbilang sangat dekat dengannya. Zizah ibu Salma juga mendekat dan mengusap kepala Maryam.
"Sakit apa kamu, nak? Nenek sampai tidak tahu kalau kamu masuk rumah sakit." Zizah menatap Naura dengan tatapan tidak sukanya, "Padahal kamu tahu lebih dulu, kok bisa-bisanya nggak bilang sih, Naura!"
Naura menunduk sungkan, "Maaf, ibu. Naura panik, jadi pergi gitu aja."
"Untung Salma kasih tahu ibu."
Salma tersenyum sembari mengusap bahu sang ibu, "Maryam udah nggak apa-apa kok, bu. Udah sembuh, dan mungkin sudah boleh pulang."
Maryam menatap semua insan disana, dan anak bijak itu sedang berpikir saat ini. Seperti ada lampu yang menyala di atas kepalanya, Maryam pun tersenyum dan berkata dengan menatap Zizah sang nenek.
"Nek, Maryam pulang dari rumah sakit, tidur di rumah nenek saja ya? Boleh ya nek ya? Maryam tidur disana sampai hari minggu."
Zayad sedikit tersentak, Naura juga demikian dan tentu ia mengerti kenapa Maryam minta seperti itu. Maryam kini melirik Naura dan memainkan bola matanya dengan gemas. Naura jadi menahan senyum melihat tingkah lucu keponakannya tersebut.
Sementara Zayad, kini jadi berpikir jika kurasa itu ide yang bagus. Zayad harus bicara berdua dengan Salma perihal rumah tangga mereka. Zayad pun menjawab, "Kurasa ide yang bagus. Boleh ya, bu? Maryam dijaga Naura beberapa hari ini. Salma juga terlihat sibuk dengan pekerjaannya."
Alis orang tua Zayad bertaut, Laras pun bersuara, "Kalau begitu Salma cuti, kan anaknya lagi sakit."
Mata Salma mengerjap, dan ia tersenyum sungkan. Sejujurnya, Salma tentu tak berniat repot. "Ini sibuk banget, bu. Pekerjaan Salma memang lagi banyak-banyaknya."
Maryam menatap sang mama dengan sendu, merasa jika dirinya seperti tidak di inginkan. Naura mengerti bagaimana perasaan Maryam, ia pun menggenggam satu tangan anak itu, hingga membuat Maryam seketika merasa nyaman. Zayad menatap keduanya dengan haru, ia juga merasa kasihan dengan puterinya yang jelas mendapatkan penolakan dari Salma.
Yasir ayah Zayad pun bersuara, "Ya sudah, jika begitu mana baiknya saja. Lagipula Maryam yang mau sama Naura. Kan memang Maryam dulu lama dijaga Naura, biar dia nyaman dulu. Karena baru juga sakit."
Maryam mengangguk-angguk dan mengacungkan kedua ibu jari tangannya, "Betul, kakek."
Yasir tersenyum mengusak gemas kepala sang cucu. Zayad pun bernafas lega, setidaknya Maryam bisa bersama Naura beberapa hari ini. Agar puterinya itu semakin lebih baik kondisinya jika bersama Naura yang memang selalu membuat Maryam nyaman.
* * *
"Silahkan, bu. Diminum dulu."
Naura memberikan air minum pada para orang tua tersebut. Gadis itu menjadi tatapan Laras melihat inisiatif dan sopannya Naura. Bahkan, tadi Naura menawarkan para orang tua untuk duduk di sofa. Gadis itu juga terlihat begitu dekat dengan Maryam, sesekali bergurau hingga Maryam tampak tertawa senang.
Tepat di saat itu, Zayad masuk ke dalam ruangan setelah bertemu dokter. Pria itu tersenyum menatap Maryam, "Maryam sudah boleh pulang sore ini, nak."
Maryam seketika bersorak riang, "Yeah..Maryam tidur sama aunty Naura lagi malam ini. Yeah..!"
Justru itulah kalimat yang diteriakkan anak itu hingga membuat orang tua Zayad jadi bingung. Sejujurnya ini kali pertama mereka melihat betapa dekatnya Maryam ke Naura. Selama ini hanya sekedar tahu begitu saja, dan tidak ada pembandingnya seperti Salma yang berada di satu frame yang sama. Maryam, terlihat lebih peduli dengan Naura daripada mamanya sendiri. Dan Salma juga terlihat biasa saja, sedari tadi tidak terlalu peduli dengan puterinya. Bahkan sudah sejam lebih mereka berada di ruangan itu, Salma tidak ada memeluk puterinya atau ia manjakan layaknya seorang ibu.
Zayad tersenyum menatap betapa riangnya Maryam, dan orang tua Zayad juga terlihat tersenyum sembari saling menatap. Keduanya sedang memikirkan sesuatu saat ini.
* * *
"Mas, aku suka sama Naura itu. Anaknya baik, jiwa keibuannya kental sekali. Parasnya juga ayu, tutur bicaranya lembut. MasyaAllah, sesuka itu aku, Mas. Baru tadi rasanya aku lihat ternyata Naura sebaik itu anaknya."
Laras tampak antusias menceritakan tentang Naura di dalam mobil saat menuju pulang ke rumah bersama suaminya. Yasir tersenyum lembut melirik sang istri sekilas, sembari menyetir mobil.
"Aku tahu apa yang kamu pikirkan."
Laras tersenyum mengangguk, "Mas juga mikir begitu juga, nggak?"
Yasir mengangguk, "Sama, mas juga mikir gitu."
"Baguslah. Tinggal kita tanya Zayn saja."
"Pasti Zayn mau, nggak mungkin nolak."
"Harus itu, nanti aku paksa dia kalau nggak mau."
Keduanya tertawa kecil bersama, membayangkan jika Zayn putera bungsu mereka pantas menjadi calon suami Naura.
* * *
Malam yang begitu menyenangkan bagi anak balita ini. Maryam terus tersenyum menatap Naura yang sedang memeluknya dengan hangat. Anak itu memainkan surai Naura seperti dulu lagi jika sedang tidur.
"Maryam maunya begini terus, aunty. Peluk aunty begini setiap malam."
Naura tersenyum lembut menatap sang keponakan, "Inikan sama aunty, sampai hari minggu nanti. Senin Maryam udah sekolah lagi, aunty juga harus kerja."
"Itu tiga hari lagi ya, aunty?"
"Iya, sayang. Sekarang masih hari kamis."
Maryam menghela nafas berat, "Maryam maunya selamanya begini. Tidur sama aunty setiap malam."
Naura menatap sang keponakan dengan sendu, "Maryam, coba pelan-pelan dekat ke mama Salma. Pasti bisa, dan jadi sayang nanti sama mama."
Maryam menggeleng pelan, "Sudah berulang kali, aunty. Tapi tidak bisa."
Naura menarik nafas dalam, merasa begitu iba dengan Maryam. Gadis itu pun mengeratkan pelukannya, "Ya sudah, semoga kelak Allah bisa melembutkan hati mama. Agar bisa memeluk Maryam seperti ini setiap malam."
Maryam hanya diam, namun ia memejamkan matanya hingga tertidur nyaman di pelukan Naura. Sementara Naura, kini jadi memikirkan soal tawaran Zayad pada dirinya. Gadis itu tertegun dengan pikirannya yang begitu berkecamuk. Wanita itu tidak menyangka, jika Zayad mengajaknya menikah. Baru kali ini, ia di ajak menikah hingga seserius itu. Sungguh, ini membuat jantung Naura berdebar hingga gadis itu menggeleng menepis pikirannya.
Tepat di saat itu, ponselnya bergetar menandakan sebuah pesan masuk. Naura pun mengambil ponselnya dan membukanya. Ternyata itu adalah pesan dari Zayad yang berisi—
'Assalamu'alaikum. Naura..terima kasih, sudah menjaga puteriku. Aku merasa tenang, jika Maryam bersama kamu. Beberapa hari ini, aku akan mencoba bicara dengan Salma. Waktu itu, kamu bilang jika kamu tidak mau memberi jawaban karena aku masih milik orang lain. Kali ini, akan aku perjelas kembali bagaimana hubungan ini akan kami bawa. Tapi satu hal, aku yakin sepertinya memang harus berpisah dari Salma. Naura, aku mohon pikirkan tawaranku itu. Sungguh aku sangat berharap, kamu menerimaku, Naura. Maaf mengirimkan pesan seperti ini sama kamu. Selamat malam, dan sekali lagi terima kasih."
Naura membacanya dengan seksama, gadis itu menelan ludah kasar dengan dada yang bergemuruh hebat. Naura mengusap pelan dadanya, "Ya Allah, apa yang harus aku lakukan? Aku bahkan sampai bingung harus mengatakan apa. Kenapa begini, ya Allah? Hatiku, kenapa sebimbang ini?" lirihnya sendu.
* * *
bawa seblak untuk bekalnya, naoura 🤭🤭
Next thor
tingal nunggu si salma jadi .ubi gosong
🤣😅😁😂