NovelToon NovelToon
Lovely Lawyer

Lovely Lawyer

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Seiring Waktu / Wanita Karir
Popularitas:74.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Elina adalah seorang pengacara muda handal. Di usianya yang terbilang masih muda, dia sudah berhasil menyelesaikan banyak kasus penting di karirnya yang baru seumur jagung.

Demi dedikasinya sebagai seorang pengacara yang membela kebenaran, tak jarang wanita itu menghadapi bahaya ketika menyingkap sebuah kasus.

Namun kehidupan percintaannya tidak berbanding lurus dengan karirnya. Wanita itu cukup sulit melabuhkan hati pada dua pria yang mendekatinya. Seorang Jaksa muda dan juga mentor sekaligus atasannya di kantor.

Siapakah yang menjadi pilihan hati Elina?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kekalahan Carya

“Apa dia mencari tahu soal korban? Jawab ya atau tidak!”

“Ya.”

“Sekian, Yang Mulia.”

Elina segera kembali ke mejanya. Carya kembali bertanya pada Lani.

“Sudah berapa lama Ibu menjaga warung remang-remang?”

“Kurang lebih lima tahun.”

“Selama kurun waktu itu, apa ada pria lain yang sering mengajak Ibu berkencan?”

“Ya.”

“Suami Ibu tahu soal itu?”

“Awalnya tidak, tapi akhirnya dia tahu.”

“Bagaimana reaksinya? Apa dia marah?”

“Iya.”

“Lalu orang-orang yang pernah berkencan dengan Ibu, apa masih hidup sampai sekarang?”

“Ya.”

“Masih sering datang ke warung?”

“Ya, beberapa di antaranya.”

“Sekian, Yang Mulia.”

Carya segera kembali ke mejanya. Elina memandangi Jaksa berusia tiga puluh tahunan itu. Rupanya dia masih belum menyerah juga. Wanita itu mengirimkan pesan pada Fathir, menanyakan tentang Mirwan. Fathir memang diminta mencari Mirwan. Bukan hanya Fathir, tapi Aditya dan Tristan juga membantu mencari pria itu di tengah kesibukan mereka menangani kasus lain.

Selanjutnya Elina memanggil Diding sebagai saksi. Pria berusia empat puluh tahunan itu segera memasuki ruang sidang. Dia segera duduk di kursi saksi.

“Pak Diding, apa Bapak mengenal terdakwa?” Elina menunjuk pada Santi.

“Tidak.”

“Terdakwa adalah istri dari Hadi, korban pembunuhan. Apa Bapak mengenal korban atau Pak Hadi?”

“Iya.”

“Di mana Bapak mengenal Pak Hadi?”

“Dia sering datang ke warung remang-remang.”

“Apa Bapak mengenal Ibu Lani?”

“Tentu saja.”

“Apa Bapak pernah menjalin hubungan dengan Ibu Yani?”

“Tidak.”

“Kenapa?”

“Saya tidak sanggup harus mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk berkencan dengannya.”

“Sekian, Yang Mulia.”

Hakim Ketua menanyakan pada Jaksa Penuntut apakah akan bertanya pada saksi, namun Carya melewatkannya. Setelah Diding memberikan kesaksiannya, sekarang Elina memanggil Gatot sebagai saksi berikutnya. Pria bernama Gatot itu memasuki ruang sidang lalu duduk di kursi saksi.

“Pak Gatot, apa Bapak mengenal Pak Hadi?”

“Iya.”

“Di mana kalian saling mengenal?”

“Di warung remang-remang.”

“Apa Bapak sering datang ke sana?”

“Iya.”

“Pernah berkencan dengan Ibu Lani?”

“Ya.”

“Apa Bapak memberikan sejumlah uang pada Ibu Lani?”

“Iya. Jumlahnya cukup besar untuk sekali kencan.”

“Berapa kira-kira?”

“Tiga ratus sampai lima ratus ribu. Buat saya itu jumlah yang besar karena saya hanya driver ojek online.”

“Apa suami Ibu Lani tahu kalau Bapak pernah berkencan dengan istrinya.”

“Tahu.”

“Apa reaksinya?”

“Biasa saja.”

“Tidak marah?”

“Tidak.”

“Kenapa?”

“Karena saya memberikan uang pada istrinya. Saya juga tahu kalau Lani selalu menyetor uang untuk suaminya setiap mendapatkan uang dari teman kencannya.”

“Apa Bapak pernah berhubungan badan dengan Ibu Lani?”

“Tidak pernah.”

“Kenapa? Bapak memberikan uang pada Ibu Lani, tapi hanya berkencan saja tanpa melakukan hubungan badan. Apa Bapak tidak merasa rugi?”

“Miswan mengijinkan istrinya berkencan dengan laki-laki lain, tapi dengan satu syarat, tidak boleh menidurinya.”

“Apa Pak Hadi meniduri Ibu Lani?”

“Iya.”

"Dari mana Bapak tahu?"

"Saya melihat sendiri mereka pergi ke hotel melati sebanyak dua kali."

“Selain Pak Hadi, apa ada yang meniduri Ibu Lani?”

“Tidak ada.”

“Bagaimana reaksi Pak Miswan?”

“Dia marah dan bertanya tentang Hadi.”

“Setelah Pak Miswan bertanya tentang Pak Hadi, apa Pak Hadi pernah datang lagi ke warung?”

“Hanya sekali, setelah itu tidak pernah datang lagi. Lalu saya mendengar kalau Hadi sudah meninggal dunia.”

“Bagaimana keseharian Pak Miswan?”

“Dia jarang bicara. Tapi dia cukup ditakuti, kalau ada dia di warung, tidak ada yang berani mendekati Lani.”

“Menurut Bapak, apa mungkin Pak Miswan yang membunuh Pak Hadi?”

“Dilihat dari temperamennya, bisa jadi.”

“Sekian, Yang Mulia.”

Elina segera kembali ke tempatnya. Hakim Ketua menanyakan pada Jaksa Penuntut Umum akan bertanya pada saksi. Tidak ada jawaban dari Carya, pria itu nampak melamun. Pengakuan Diding dan Gatot membuatnya mulai meragukan kalau Santi adalah pembunuh Hadi.

“Saudara Jaksa, apa anda ingin bertanya?” tanya Hakim Ketua lagi.

“Tidak, Yang Mulia.”

Gatot dipersilakan meninggalkan kursi saksi. Elina membuka ponselnya ketika sebuah pesan masuk. Pria itu mengabarkan kalau Miswan sudah berhasil ditangkap olehnya. Elina meminta Fathir membawa masuk Miswan ke ruang sidang.

“Yang Mulia, saya akan memanggil saksi terakhir. Saudara Miswan.”

“Saudara penasehat, anda hanya mendaftarkan tiga orang saksi hari ini.”

“Mohon maaf, Yang Mulia. Saksi terakhir masih dalam pencarian, karenanya saya tidak mendaftarkan sebelumnya. Saksi adalah saksi kunci kasus ini. Saksi yang bisa membuktikan kalau terdakwa tidak bersalah.”

“Saudara Jaksa, apa anda menerima saksi ini?”

“Iya, Yang Mulia.”

“Baik, saksi Miswan dipersilakan masuk ke ruang sidang.”

Pintu ruang sidang terbuka. Fathir masuk dengan membawa seorang pria. Di belakangnya menyusul Aditya dan Tristan. Lewat bantuan Kim dan Aang, Aditya berhasil menemukan Miswan. Pria itu hampir saja kabur keluar kota menggunakan bus. Petugas pengadilan segera membawa Miswan menuju kursi saksi. Setelah Mirwan diambil sumpahnya, Elina segera menghampiri pria tersebut.

“Anda adalah suami Ibu Lani, benar?”

“Iya.”

“Apa anda mengenal terdakwa?”

“Tidak.”

“Bagaimana dengan suami terdakwa, anda mengenalnya?”

“Tidak.”

“Tapi anda tahu siapa Hadi?”

“Ya.”

“Di mana anda pernah bertemu Pak Hadi?”

“Di warung istri saya. Itu juga hanya sekilas.”

“Apa Bapak tahu kalau istri Bapak sering diajak berkencan oleh pengunjung warung?”

Tidak ada jawaban dari Miswan. Pria itu memilih membungkam mulutnya.

“Tolong jawab pertanyaan saya. Apa Bapak tahu kalau istri Bapak sering diajak berkencan oleh pengunjung warung?”

Miswan masih enggan menjawab pertanyaan Elina. Pria itu bahkan memalingkan wajahnya.

“Saudara saksi, tolong jawab pertanyaan saudara penasehat!” seru Hakim Ketua.

“Ya,” jawab Mirwan dengan suara pelan.

“Kenapa Bapak mengijinkan istri Bapak berkencan dengan lelaki lain?”

Kembali Miswan membungkam mulutnya.

“Apa karena para pria yang mengencani istri Bapak selalu memberi uang padanya?”

“Istri saya hanya menemani mereka minum atau jalan-jalan, tidak lebih.”

“Lalu bagaimana dengan Pak Hadi? Apa dia juga berkencan dengan istri Bapak?”

“Ya.”

“Apa dia memberi uang pada istri Bapak?”

“Iya.”

“Apa Bapak tahu kalau Pak Hadi meninggal?”

“Tidak.”

“Kalau begitu, biar saya ceritakan kronologi pembunuhan yang terjadi pada Pak Hadi.”

Elina melihat pada Miswan sejenak. Pria itu tidak bereaksi sama sekali akan perkataannya barusan.

“Malam itu sekitar pukul sebelas kurang, terjadi pertengkaran di rumah Pak Hadi. Ibu Santi meminta uang belanja lebih pada suaminya karena uang belanja yang didapatnya kurang. Tapi Pak Hadi emosi dan memukuli Ibu Santi. Awalnya Ibu Santi tidak melawan. Tapi setelah Pak Hadi juga memukuli anaknya, Ibu Santi mulai melawan. Tapi tetap saja tenaga Bu Santi tidak sekuat suaminya. Pak Hadi mendorong Bu Santi hingga tubuhnya membentur meja. Dia melihat ada pisau di atas meja. Dengan cepat dia mengambil pisau. Dan ketika dia berbalik, ternyata Pak Hadi sudah ada di depannya dan pisau di tangannya menancap di perut Pak Hadi. Panik dengan apa yang dilakukannya, Ibu Santi langsung pergi dari rumah sambil membawa anaknya. Tidak lama berselang, apa Pak Miswan bisa melanjutkannya?”

“Mana saya tahu.”

“Tidak lama berselang, Bapak datang. Bapak membungkus sepatu dengan plastik agar tidak menimbulkan jejak. Tangan Bapak juga dibalut sarung tangan. Lalu Bapak mendekati Pak Hadi yang masih tergeletak di lantai. Bapak mendorong pisau yang sudah tertancap, lalu menariknya. Bapak masih bertahan di sana untuk memastikan kalau Pak Hadi tidak selamat. Setelah yakin Pak Hadi sudah meninggal, barulah anda meninggalkan tempat itu. Bapak keluar dari pintu belakang. Dan beberapa hari kemudian Bapak datang ke TKP untuk memastikan tidak ada jejak yang tertinggal. Benar begitu?”

“Apa anda memiliki buktinya?” tanya Mirwan sambil melihat pada Elina tanpa berkedip.

“Apa motif Bapak membunuh korban? Apa karena cemburu?”

Untuk pertanyaan kali ini, Miswan memilih tidak menjawab.

“Bapak cemburu, marah karena korban sudah berani meniduri istri anda, benar begitu?”

“Anda memperbolehkan istri anda berkencan dengan siapa saja asalkan istri anda tidak tidur dengan laki-laki itu."

"Saya tidak mau menjawabnya."

"Pak Hadi melanggar aturan itu. Korban memaksa tidur dengan istri anda. Hal itu membuat anda marah dan mencari tahu tentang korban."

"Itu tidak benar."

"Anda mendatangi rumahnya beberapa kali. Melihat lingkungan sekitarnya, mencari waktu yang pas untuk membunuh korban. Anda juga tahu kalau korban sering memukuli istrinya. Dan di malam kejadian, anda sudah menunggu di dekat rumah korban. Tahu terjadi pertengkaran yang berakhir dengan penusukan, anda pun mengambil kesempatan. Anda meneruskan apa yang dilakukan Ibu Santi. Anda yang sudah membunuh korban!”

"Tidak!" tegas Miswan

"Korban mendekati istri anda. Korban juga mengajak istri anda tidur bersama. Sebagai lelaki, apa anda hanya diam saja? Anda sudah menjual istri anda!"

"Saya tidak menjual istri saya!"

"Anda tahu berapa kali istri anda melayani korban?"

Tidak ada jawaban dari Miswan.

"Korban lebih muda dan lebih tampan dari anda, tentu saja istri anda mau melayaninya."

Wajah Miswan memerah menahan amarah mendengar ucapan Elina.

"Sepertinya istri anda juga menikmati hubungan terlarangnya dengan korban. Mereka dua kali mendatangi hotel melati. Tapi siapa yang tahu berapa kali mereka bermain."

"Diam!!!" teriak Miswan.

"Anda membenci korban. Sangat membencinya sampai anda ingin membunuhnya."

“Ya!! Saya yang membunuhnya! Karena bajingan itu sudah berani meniduri istri saya. Saya yang membunuhnya!!”

Suasana di ruang sidang langsung riuh. Hakim Ketua memukulkan palu beberapa kali untuk meredakan keributan di ruang sidang. Elina menyunggingkan senyum tipis setelah berhasil membuat Mirwan mengakui perbuatannya. Santi tidak dapat menahan airmatanya. Akhirnya kebenaran muncul juga di penghujung harapannya.

Aditya dan Tristan segera maju ke depan. Mereka mendekati Mirwan lalu memborgol tangannya. Kedua pria itu segera membawa Mirwan keluar ruang sidang. Dia akan langsung dibawa ke kantor Polrestabes.

Ketiga Hakim yang duduk di depan berdiskusi sebentar. Kemudian mereka memanggil Carya dan Elina ke depan. Hakim Ketua menanyakan pada Carya tentang dakwaan pria itu pada Santi. Mengetahui kalau Santi bukan pelaku yang membuat Hadi terbunuh, Carya pun membatalkan dakwaannya. Elina pun menyetujui untuk mengakhiri persidangan.

Hakim ketua kemudian membacakan keputusannya. Berdasarkan keterangan saksi dan bukti yang dihadirkan di persidangan, ditambah dengan pengakuan Mirwan, maka Hakim memutuskan kalau Santi dibebaskan dari dakwaan. Wanita itu akan dibebaskan dan negara akan membayar kerugian wanita itu selama mendekam di dalam rutan. Hakim Ketua mengetuk palu sebanyak tiga kali untuk mengakhiri sidang.

Santi langsung melakukan sujud syukur begitu mendengar keputusan Hakim. Jaka yang sedari tadi berada di kursi penonton, langsung mendekati sang Kakak setelah Majelis Hakim meninggalkan ruangan. Kakak beradik itu berpelukan sambil menangis. Keharuan begitu terasa di antara keduanya. Perlahan Jaka mengurai pelukannya. Pria itu melihat pada Elina.

“Terima kasih, Bu Elina. Terima kasih.”

“Sama-sama, Pak Jaka. Ibu Santi memang tidak bersalah. Kebenaran akan mencari jalannya walau itu sulit. Ibu Santi sudah boleh kembali ke keluarga. Semoga kehidupan Bu Santi lebih baik lagi ke depannya.”

“Aamiin.. terima kasih, Bu Elina.”

***

Ngaku juga si Carya

1
fifia
favorit pokok ny
fifia
bau bau nya elina milih zahran
sum mia
Dengan banyaknya dukungan buat El , untuk mencoba bekerja sama dengan Gita semoga dia bisa memperbaiki hubungannya dengan Gita . mungkin awalnya gita juga akan menolak dan julid tapi semoga kedepannya mereka bisa akur .
aku yakin Gita suka sama Gerald , tapi sayangnya Gerald suka sama Elina . dan pada akhirnya nanti Elina malah mendukung Gita dengan Gerald .
pikiranku terlalu jauh gak sih , tapi namanya juga nebak , bener sukur , kalau salah ya udah berarti gak sesuai dengan ide cerita kak othor . jadi nikmati aja ya El......

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
❤Rainy Wiratama Yuda❤️
Ya udah deh, aku dukung El sama Zahran aja, jadi kesel.juga sama Ge.
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
aq tau maksudmu menggiring opini thor. tetep aq pendukungnya bang Ge🤣🤣🤣🤣.
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
pointnya itu loh elina. kelak kau akan sadar kemana hatimu lebih lebih pantas berlabuh.
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
ga rela oeeekkkkk 🤣🤣🤣🤣
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
zahran cmn bisa menghibur elina tp tidak bisa membimbing dan mengarahkan nya, apalg mslh pekerjaan
@$~~~rEmpEyEk~~k@c@Ng~~~$@
nah ini yang dibutuhkan seorang elina. yang balance. klo salah blg salah, klo benar blg benar. bkn yg hny bs kasih kata2 mutiara dan penyemangat.
Febri Nayu
kok aku lebih suka el sama Gerald yaa. embuh opoo lebih sreg kesana
Nabila hasir
mak author kayaknya ke zahran deh. padahal nabila pengen El ma bang Ge.
tapi nabila ikutin alurnya mak author deh
Jenong Nong
sebenarnya aku lebih sreg klo elina sm bang Ge... bang Ge tahu menempatkan diri memanjakan bisa memang bisa tegas jg bisa... ❤❤🙏🙏
anonim
baru pertama kali sidang Carya sudah mrepet aja nih...Elina tidak gentar menghadapimu pak Jaksa...tunggu Elina bisa mencari bukti-bukti Santi tidak bersalah
☠ᵏᵋᶜᶟ⏳⃟⃝㉉❤️⃟Wᵃfᴹᵉᶦᵈᵃ🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️
tapi aku gak suka kalau Elina sama Zahran aku lebih suka sama bang GE😀
Popy Desiana
he he hee... menurut qu apa yg di Arahkan Gerald bener kalo untuk urusan pekerjaan Gerald cocok sama Elina sepemahaman dan tegas... tapi kalau urusan rumah tangga Gerald keras dan pemaksa sedang kan Elina orang nya manja dan gak mau di paksa jadi agak susah menyatukan 2 hati kemungkinan Elina akan sering menangis..
sedangkan sama Zahran , Zahran bisa mengimbangi Elina biar kata Zahran menuruti elina tapi dia bisa membujuk Elina dan mengarahkan insyaallah bahagia terus kalau sama Zahran..
ardiani rosanti
Iya hilalnya udah keliatan,
E..tapi kok aq lebih sreg EL sam bang Ge ya 🤭🤭🤭
Ya walaupun duda sih, kan skrg Duda semakin didepan 🤣🤣🤣
Tapi aq manut aja apa yg ditulis kak icha.,
Siapa tw dgn kasus ini akhrnya El sama Gita bisa jadi bestie ye kan....
Trys gita jadian sama zahran 🤣🤣🤣
Lila
bang ge sdng mempersiapkan diri dg apapun pilihan hati el/Smile/
☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ
tim Gerald pada Ter potek potek hatinya 💔💔🤣🤣🤭
☠ᵏᵋᶜᶟҼɳσᵇᵃˢᵉ
kok aku condongnya ke Gerald ya Bun untuk pasangan Elina 🤭tapi balik ke ibun yg punya cerita,mo ma Zahran atau Ge yg penting tulus mencintaimu Elina.
⏤͟͟͞͞RL𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
bun bun bun pleaseee elina lgi keasal itu jnagan bkin dia slah pilih,zahran ksih jdooh yg lain aja bun😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!