NovelToon NovelToon
Pembalasan Penulis Licik

Pembalasan Penulis Licik

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Romansa Fantasi / CEO / Nikah Kontrak / Fantasi Wanita / Gadis nakal
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Alensvy

Bijaklah dalam memilih tulisan!!


Kisah seorang penulis online yang 'terkenal lugu' dan baik di sekitar teman-teman dan para pembaca setianya, namun punya sisi gelap dan tersembunyi—menguntit keluarga pebisnis besar di negaranya.

Apa yang akan di lakukan selanjutnya? Akankah dia berhasil, atau justru kalah oleh orang yang ia kendalikan?

Ikuti kisahnya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pembalasan Penulis Licik 12

...****************...

Tak lama setelah Aresya menghilang di balik pintu, terdengar suara kunci diputar.

Klik.

Tegas, yakin, dan tak memberi celah.

Arion mendengus pelan. Sebuah cibiran meluncur dari bibirnya yang dingin,

“Dasar…”

Ia masih berdiri di ruang tengah, dikelilingi sunyi yang samar menyisakan jejak aroma masakan. Entah apa yang membuatnya bertahan di sana lebih lama dari biasanya.

Ia bisa saja kembali ke kamarnya, melanjutkan laporan-laporan yang menunggu di tablet, atau menyelami dunia kerja yang selalu jadi pelariannya. Tapi tidak malam ini.

Tidak saat wanita itu duduk di meja bar dengan cara semudah itu mengacak sistemnya.

Tidak saat suara sendok dan piring bisa mengalahkan dering notifikasi penting di iPad-nya.

Akhirnya ia berbalik, melangkah masuk ke kamarnya sendiri.

Pintu tertutup, napasnya berat.

“Sialan,” gumamnya serak, “jalang itu… menguasai diriku.”

Ia lempar kausnya ke lantai, melucuti sisanya tanpa pikir panjang. Lalu melangkah ke kamar mandi. Dingin menyambut dari pancuran yang mengguyur tubuhnya, namun bukan dingin itu yang ia butuhkan.

Ia butuh lupa—lupa pada lekuk tubuh Aresya yang terlukis jelas di kelopak matanya, lupa pada senyuman yang penuh siasat, lupa pada dirinya sendiri yang perlahan kehilangan kendali.

Air mengalir deras, menghantam kulitnya,

tapi yang terasa justru bayangan lembut dari seseorang yang tak semestinya tinggal terlalu dalam.

...****************...

Di bawah guyuran air yang menghantam pundaknya, Arion bersandar pada dinding marmer yang dingin. Matanya terpejam rapat, namun tak mampu mengusir bayangan itu—wajah Aresya, senyum liciknya, punggung polosnya yang menggodanya seperti kutukan.

Tangannya perlahan bergerak, seolah dipandu oleh hasrat yang tak bisa dibantah lagi.

Napasnya mulai berat, memburu, mengiringi desahan yang ia tahan di antara geraham yang mengatup rapat.

“Sialan… Aresya…”

Nama itu lolos dari bibirnya seperti mantra terlarang.

Ia mengerang, keras, penuh frustrasi yang bercampur dengan gairah,

seraya jemarinya menggenggam sisa kendali yang nyaris habis.

Gambaran Aresya—dengan baju tidurnya yang tipis, dengan sikap tak berdosanya yang memabukkan—membanjiri pikirannya seperti racun manis.

"Ah.. Eungh.." ia menggigit bibirnya kuat-kuat hingga tak sadar telah terluka. Tangannya bergerak semakin cepat dengan gerakan maju mundur.

Dan di saat klimaksnya tiba, ia menahan erangan kasar di tenggorokannya, memukul dinding dengan telapak tangan gemetar dan sedikit terkena sisa cairan kental miliknya sendiri.

“Brengsek…”

Satu kata, satu umpatan pahit yang meluncur dari bibirnya di antara hela napas tak beraturan.

Air masih mengalir deras, namun ia tahu…

bukan air yang membersihkan tubuhnya malam itu,

melainkan kenyataan bahwa wanita itu—istrinya, orang yang dia tolak mentah-mentah, godaannya—telah berhasil merobohkan batasnya.

...****************...

Pagi menyapa dengan sinar lembut yang mengalir malu-malu di balik tirai tipis. Di dapur penthouse yang biasanya dingin dan sunyi, kini ada aroma roti panggang dan telur yang harum. Aresya berdiri dengan santai, tubuh mungilnya dibalut baju tidur satin warna champagne, lengannya sibuk membolak-balikkan sarapan di atas wajan.

Langkah berat terdengar dari belakang.

Arion.

Ia muncul dengan kaos hitam yang menggantung di tubuh tegapnya, mata tajamnya langsung menyapu sosok di depannya.

Rahangnya mengeras. Dada naik-turun. Geram. Entah pada dirinya sendiri, atau pada wanita itu yang lagi-lagi hadir dengan senyuman samar seolah pagi ini tak terjadi apa-apa.

Aresya menoleh.

Pandangan matanya langsung terfokus—tepat di bibir Arion yang tampak sedikit pecah dan memerah.

“Oh…”

Refleks—atau lebih tepatnya pura-pura refleks—Aresya melangkah pelan mendekat.

“Ada apa ini?” bisiknya pelan, nyaris seperti desau angin. Jemarinya yang lentik dan dingin menyentuh sisi luka itu begitu ringan. Begitu lembut.

Arion membeku.

Wajahnya mengeras. Bahunya menegang.

Ada jeda.

Dan dalam jeda itu, hatinya seperti ditarik pada pusaran yang sama—tatapan polos yang penuh siasat.

Dengan cepat ia menepis tangan Aresya. “Minggir.”

Aresya bergeser, langkahnya ringan, senyumnya manis.

“Baik,” jawabnya tenang.

Namun saat punggungnya membelakangi Arion, sudut bibirnya naik pelan.

Senyum licik itu kembali hadir, menyelinap dari dalam hatinya yang dingin.

Efeknya mulai muncul...

Dia tahu, luka itu bukan luka biasa.

Dia tahu apa yang terjadi semalam bukan sekadar permainan.

Aresya hampir tak bisa menahan tawa jahatnya, namun ia sembunyikan di balik wajah tenangnya—seperti biasa.

Langkah Arion yang menjauh, suara gelas yang diangkat, semuanya masuk dalam catatan kemenangan kecil Aresya pagi itu.

Satu langkah lebih dekat.

Satu cengkeraman lebih dalam.

Dan permainan baru saja dimulai.

Aresya memindahkan telur mata sapi yang masih hangat ke atas piringnya, roti panggang disusun rapi di sampingnya bersama potongan alpukat dan tomat yang segar. Aroma butter dan herbs yang lembut masih menggantung di udara.

Ia menatap piring di sampingnya yang masih kosong, lalu dengan santai menyendokkan satu porsi lagi ke sana—untuk Arion. Tapi dia tak mengatakan apapun.

Dia hanya tersenyum.

Lalu mengambil piring miliknya dan bersiap melangkah pergi dari dapur.

“Hari ini aku akan keluar. Ada urusan,” ucapnya datar, tanpa memandang Arion yang sedang berdiri bersandar di dekat kulkas dengan segelas air di tangan.

Arion mendengus pelan.

“Terserah. Aku tak peduli semua urusanmu.”

Jawaban yang seperti biasa—tajam, dingin, dan terdengar acuh.

Tapi Aresya tetap mengangguk pelan.

“Tentu,” jawabnya singkat.

Tanpa berkata lagi, ia berbalik membawa sarapannya. Kakinya melangkah ringan ke kamar, meninggalkan piring yang tadi ia isi diam-diam di meja bar.

Dia tak butuh ucapan terima kasih.

Dia juga tak peduli apakah Arion akan menyentuh makanan itu atau membuangnya.

Yang dia tahu, satu demi satu celah sedang terbuka.

Perlahan.

Dan Aresya berjalan ke kamarnya dengan senyum kecil yang menghiasi wajahnya—senyum seorang wanita yang tahu betul, permainan ini masih panjang.

Arion masih diam. Tatapannya tertuju pada piring yang tertinggal di meja bar. Piring yang tak dikatakan untuk siapa, tapi entah kenapa terasa… ditujukan padanya.

Telur mata sapi yang kuningnya masih mengkilap, roti panggang dengan sisi kecoklatan sempurna, dan potongan tomat serta alpukat yang masih segar.

Aroma butter dan herbs-nya samar, tapi menusuk.

Dia menghela napas pelan.

Entah napas apa. Napas lelah. Napas jengah. Atau… napas kalah.

Langkah kakinya bergerak ke kursi bar. Duduk.

Menatap piring itu beberapa detik sebelum akhirnya tangannya meraih sendok.

Satu suapan.

Lalu dua.

Tanpa komentar. Tanpa ekspresi. Hanya diam. Tapi di matanya, ada sesuatu yang berubah.

Halus. Tersembunyi. Tak terucap.

Untuk pertama kalinya, dia menyentuh masakan Aresya.

Dan anehnya… dia menghabiskannya.

.

.

Next 👉🏻

1
Miu Nih.
perempuan badas kok dilawan,, tapi kamu jadi bucin kaann~ 😆😆
Miu Nih.
nyesek juga ya /Sob/
Semangat
huaa thorrr
Semangat
balaskan dendammu aresyaa
Semangat
wah Arion /Gosh//CoolGuy/
Alen's Vy: Gak nahan dia/Curse/
total 1 replies
Semangat
aih maluuu
Semangat
harusnya pernikahan yang sperti ini, hrus dengan org yg saling mencintai. tapi mereka enggak.
Alen's Vy: Iya, kan kak..
total 1 replies
Semangat
suka bgt 'malam telah tua'
Semangat
lanjut thorr gimana ini kepanjutannyaa
Alen's Vy: Besok yaaaa/Whimper//Grievance/
total 1 replies
Semangat
/Blush//Blush/
Semangat
misterius banget Aresya ini ya thor
Alen's Vy: Wkwkwk karena ada sebab.. /Shhh/
total 1 replies
Semangat
ini bagus banget Thor kata2nya
Semangat
lanjut dongg thorr kapan up lagii
Semangat
berani bgt areysa ya thor
Miu Nih.
next kak 🤗👍
Miu Nih.: Haik, siap! udah 😉
Alen's Vy: Follback ya kak/Grievance/
total 2 replies
Semangat
Menarik🥵
Alen's Vy
👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Miu Nih.
duh, bener2 misteri, bikin aku mikir pelan 😆 ,, pelan2 ya thor bacanya...
Miu Nih.
yg biasa disebut anonymous kah? 🤔
Miu Nih.
Aresya, yuk temenan sama Dalian 🤗
Makasih tadi udh mampir. jgn lupa keep lanjut teyuz ya...

kita ramein dengan saling bertukar komen...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!