Semuanya berawal dari sebuah perjodohan, seorang pria tampan bernama Lionard Demitri yang membuat seorang gadis ceria seperti Airin, mengalami kehancuran begitu besar dalam hidupnya.
Kebodohan yang Airin lakukan, adalah mencintai suaminya dengan sepenuh hati. Hingga dia tahu jika ternyata suaminya menikahinya karena dia mempunyai kemiripan dengan perempuan di masa lalunya.
Airin hanya di jadikan istri bayangan oleh Lion. Tidak ada cinta untuk dirinya, semuanya hanya sebuah cinta sepihak.
"Tidak bisakah aku menggantikan Vei untuk kamu? Tidak bisakah Airin yang ini kamu cintai, bukan Airin yang harus menjadi Verina"
Dengan penuh harapan Airin mengatakan itu pada suaminya. Namun harapan rapuh yang dia miliki, harus hancur dalam sekejap.
"Kau berharap cinta dariku? Haha.. Sampai kapanpun tidak akan pernah kau dapatkan!"
Ketika hanya menjadi istri dengan bayang-bayang masa lalu suaminya. Tapi, Airin tetap bertahan. Meski entah dia akan bisa melewatinya atau tidak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi Dia Untuk Bersamaku!
Malam hari, Lion kembali ke rumah. Dia tersenyum melihat istrinya yang sudah rapi dengan pakaian Vei, tentunya. Melihat penampilan Airin yang seperti ini, tentunya membuat Lion senang. Akhirnya dia bisa melihat sosok Verina lagi di Apartemen ini.
"Sudah pulang, mau makan dulu?" ucap Airin saat melihat suaminya kembali.
"Tidak, aku sudah makan. Aku dengar kau ke Kantor tadi? Kenapa tidak menemuiku?"
Airin menatap suaminya, dia penasaran sekali dia mendengar dari siapa. Jika Yuka, itu tidak mungkin, karena dia berjanji tidak akan memberitahunya tentang pertemuan tadi.
"Memangnya siapa yang bilang sama kamu jika aku pergi ke Kantor kamu?"
"Resepsionis bilang jika ada Nona Verina datang mencariku"
Airin tersenyum dengan menahan air matanya. Akhirnya dia tahu jika suaminya bisa begitu bangga saat Airin dikenali sebagai Verina, perempuan masa lalunya.
"Oh, aku hanya tidak sengaja lewat saja. Tapi tidak jadi masuk, karena aku harus kembali ke Kantor"
Airin berbalik dan memilih pergi ke kamar, jika terus berada disana dia tidak yakin bisa menahan diri. Airin bersandar di pintu kamar yang tertutup dengan memegang dadanya sendiri.
"Huh.. Tenang Airin, semuanya akan berakhir jika kamu bisa menemukan Vei dan membuatnya kembali lagi pada Lion"
Airin mengatur nafasnya yang tiba-tiba sesak, bukan karena asma dia kambuh, tapi terlalu menyesakkan ketika mengingat suaminya hanya menginginkan dia berpenampilan seperti orang lain. Hal yang lebih menyakitkan dari apapun.
Handel pintu yang di putar dan berusaha dibuka, membuat Airin tersadar. Dia segera menyingkir dari pintu kamar, dan membiarkan suaminya masuk ke dalam kamar.
"Kau kenapa?" tanya Lion.
Airin menggeleng pelan, dia mencoba tersenyum meski rasa sesak di dadanya bahkan belum hilang sepenuhnya. "Tidak papa. Kamu mau mandi dulu? Biar aku siapkan airnya"
Lion mengangguk saja, dia berjalan lebih dulu ke kamar mandi di ikuti oleh Airin. Saat Lion melepaskan pakaiannya dan mengganti dengan jubah mandi, Airin hanya fokus mengisi bak mandi tanpa menoleh sedikit pun. Tangannya tiba-tiba bergetar dan pipinya terasa panas. Dia bisa melihat dari sudut matanya saat suaminya hanya tinggal menggunakan celana boxer saja.
"Sudah selesai, aku keluar dulu"
Airin sudah berbalik, tapi tangannya di tahan oleh Lion. Membuat Airin memejamkan mata dengan jantung berdegup kencang. Bukan hanya malu karena melihat dada polos Lion di balik jubah mandi, tapi dia juga takut.
Airin sedikit terlonjak kaget saat tiba-tiba Lion memeluknya dari belakang, wajahnya berada di ceruk leher Airin, hembusan nafas yang terasa hangat di kulitnya membuat Airin langsung menggeliat untuk menghindar, tapi pelukan Lion terlalu erat di perutnya ini.
Sebuah kecupan keras membuat Airin sedikit meringis. Kecupan yang meninggalkan bekas kemerahan di lehernya. Airin memegang lehernya bekas kecupan suaminya barusan. Menoleh pada Lion yang menatapnya dengan sayu.
Lion meraih dagu Airin hingga wajahnya menoleh ke samping, dan Lion langsung mencium bibirnya dengan lembut. Airin terdiam dengan mata terbelalak kaget. Tapi, dia tidak bisa menghindari ciuman ini.
Bodohnya, aku malah menikmati ciuman ini.
Airin merutuki dirinya sendiri yang bahkan tidak bisa menolak semua perlakuan Lion saat ini. Ketika ciuman lembut dari pria itu, berhasil membuatnya luluh dan akhirnya menikmati.
Lion melepaskan tautan bibir mereka, dia memeluk Airin dengan erat. "Terima kasih sudah kembali, Vei"
Deg... Tangan Airin yang awalnya terangkat untuk membalas pelukan suaminya, langsung kembali lunglai di sisi tubuhnya. Ada luka besar yang tidak nampak ke permukaan saat ini. Air mata pun tidak bisa menjelaskan semuanya, sebuah tangisan tidak menjadi sebuah tanda sebesar apa lukanya saat ini.
Airin mendorong tubuh Lion, melepaskan pelukan mereka. "Aku memang berpenampilan seperti Vei agar kau senang. Tapi Lion, aku bukan Vei. Kamu tidak bisa menciumku, memelukku, hanya karena merindukan Vei. Karena aku Airin, bukan Verina!"
Airin ingin segera pergi dari hadapan Lion, sampai tangannya di tarik kasar hingga dia terjatuh ke atas lantai kamar mandi dan kepalanya membentur pinggir bak mandi. Airin memejamkan mata untuk menghilangkan rasa pusing akibat benturan keras itu.
Lion berjongkok di depannya, mengelus pipi Airin dengan jari tangannya hingga ke lehernya. Lalu, elusan itu berubah menjadi cengkraman kuat di leher istrinya ini. Tatapan penuh amarah dan kebencian kembali terlihat di balik mata elang itu.
"Sudah aku bilang, jika kau tidak ingin melihatku marah seperti ini. Maka turuti semua keinginanku. Aku tidak peduli kau Airin atau siapapun. Tapi dimataku, kau tetap Vei"
Airin hanya diam dengan wajah memerah, mencoba untuk melepaskan tangan besar Lion di lehernya karena dia hampir kehabisan nafas sekarang.
Lion melepaskan cengkraman tangannya di leher Airin, lalu dia kembali mengelus pipi istrinya dengan lembut. Namun tatapannya benar-benar mengerikan bagi Airin.
"Lihatlah, wajahmu ini benar-benar mirip dengan Vei. Jadi, kau akan menjadi dia untuk bisa bersamaku. Kau harus menerima semua ini, karena kau sendiri yang menjebak aku untuk untuk menikahimu"
Airin memejamkan mata saat wajah Lion semakin dekat padanya, hembusan nafas hangat terasa di kulit wajahnya. Airin tidak tahu harus mengatakan apa, dia hanya sibuk mengatur nafasnya yang sesak. Asma yang pasti akan kambuh di saat seperti ini.
"Jika aku meminta kau melayaniku, kau tidak boleh menolak. Karena jal*ang sepertimu harus menerimanya. Kau sudah menjebakku hanya karena ingin aku nikahi, jadi kau hanya sebatas mainan bagiku" bisik Lion di telinganya. Hembusan nafas hangatnya membuat Airin menggeliat dengan ketakutan.
Lion kembali berdiri dan membuka jubah mandi di depan Airin. Lalu dia masuk ke dalam bak mandi tanpa memperdulikan lagi Airin yang berada disana.
"Hah... Hah... " Airin hanya terus mencoba mengatur nafasnya. Dia berdiri dengan tertatih dan segera keluar dari dalam kamar mandi.
Saat berhasil keluar dari dalam kamar mandi, Airin terjatuh kembali di lantai. Memegang dadanya yang sesak. Airin merangkak untuk bisa sampai di kamarnya dan mengambil obat asma di dalam laci. Dia terduduk di lantai dengan bersandar pada pinggir tempat tidur dan segera menggunakan obatnya.
Masih mencoba mengatur nafas, hingga perlahan dia mulai kembali bernafas normal. Dan air mata luruh begitu saja, dada yang sakit ini sekarang bukan karena asma. Tapi, karena luka hatinya yang kembali terbuka lebar, semakin besar.
Airin menatap figura foto yang terpajang di dinding kamar. Tersenyum lirih dengan air mata yang terus mengalir di pipinya. "Kamu beruntung, bisa begitu dicintai oleh Lion. Kamu beruntung karena tidak akan pernah melihat tatapan penuh kebencian dari dia untuk dirimu. Tapi, aku iri ... kenapa bukan aku yang menjadi kamu. Kenapa bukan aku yang dia cintai?"
Airin menutup wajah dengan kedua tangannya, menangis sejadi-jadinya. Bahunya bergetar hebat. Meluapkan segala sesak dan luka yang dia rasakan saat ini.
"Aku mencintainya ... Hiks... Tapi dia tidak sedikit pun melihatku, sebagai diriku sendiri. Dia hanya melihatku sebagai sosok yang mirip dengan perempuan masa lalunya"
Tangisan yang begitu keras dan memilukan itu terdengar sampai ruang ganti. Lion yang berdiri depan cermin lemari, mengusap kasar rambut basahnya. Ada perasaan tidak nyaman saat dia mendengar tangisan Airin. Dalam hati kecilnya, terasa sakit. Tapi, kenapa dia selalu kalah dengan egonya?
Bersambung
Nulis Bab ini menguras emosi, dibikin mood ancur gara gara nulis bab ini.. Semua bab emang bikin mood gue kacau.. 🤧
Emang nya nggak capek Rin 😠😠😠
pertemuan yang ku impian akan menjadi kenyataan sebentar lagi.. semoga saja...!!
jujur aku juga ikutan capek..ngikutin kalian berdua tauk..lari kesana kemari,gk peduli lewat gorong2 juga aku ikutin.. ayolah kpn ini berakhir nya,aku juga nunggu adegan romantis kalian.., kpn pny bebi klo terus begini...??
tetapi don't give up juga laki laki loh bukan fencong
Permasalahan nya tidak akan selesai Rin kalau kamu selalu lari dan lari lagi