NovelToon NovelToon
Mas CEO I Love You

Mas CEO I Love You

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Kantor / Persahabatan / Romansa
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: triani

Aluna, 23 tahun, adalah mahasiswi semester akhir desain komunikasi visual yang magang di perusahaan branding ternama di Jakarta. Di sana, ia bertemu Revan Aditya, CEO muda yang dikenal dingin, perfeksionis, dan anti drama. Aluna yang ceria dan penuh ide segar justru menarik perhatian Revan dengan caranya sendiri. Tapi hubungan mereka diuji oleh perbedaan status, masa lalu Revan yang belum selesai, dan fakta bahwa Aluna adalah bagian dari trauma masa lalu Revan membuatnya semakin rumit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Pagi itu langit mendung seolah mencerminkan perasaan Aluna yang gamang. Ia melangkah keluar dari taksi yang tengah ia tumpangi sambil menggenggam tangan Tifani, sahabatnya sejak SMA yang kini juga menjadi tempatnya bersandar di tengah segala kekacauan yang terjadi.

“Yakin lo mau lanjut, Na?” tanya Tifani pelan, menatap sahabatnya dengan mata penuh kekhawatiran.

Aluna menarik napas dalam-dalam. “Gue harus, Fan. gue sudah terlalu jauh melangkah.”

Mereka berdiri di depan kantor pencatatan sipil. Hari itu adalah hari penting, namun Aluna merasa seolah tubuhnya hanya bergerak seperti boneka – tanpa kendali, tanpa semangat. Tifani menggenggam tangannya erat.

“Kalau lo ragu, kita bisa pergi sekarang juga. Gue bakal bawa Lo ke mana pun lo mau,” ucap Tifani lagi. Awalnya ia yang begitu bersemangat saat sahabatnya itu mendapat surat perjanjian nikah dari pria tampan yang menjadi bosnya, tapi saat ia menyadari semua tidak sesimpel seperti yang ia harapkan, rasanya begitu berat melepaskan sahabatnya untuk menikah dengan pria yang bahkan belum mereka kenal sebelumnya dengan baik.

Aluna menggeleng. “Gue nggak ragu. Gue cuma... butuh waktu buat menata hati gue aja hari ini dan semuanya bakal berlalu dengan baik tanpa drama."

"Baiklah, apapun itu gur bakal tetap dukung Lo."

Dua pria sudah berdiri tepat di depan pintu masuk catatan sipil, tampak pria dingin dengan penampilan rapi dan tampan itu berkali-kali menatap jam tangannya, seolah ingin memberi gertakan pada Aluna bahwa ia sudah sangat terlambat.

"Maaf pak, saya terlambat." ucap Aluna sembari membungkuk begitu sampai tepat di depan pria itu.

"Kamu terlalu berani," ucap Revan dingin dengan tatapan menghunus.

"Maaf," hanya itu yang bisa Aluna katakan karena stok kata-katanya sudah benar-benar habis setelah berbagai penolakan yang di lakukan ibunya sendiri.

Revan dan Aluna pun akhirnya masuk dan meninggalkan Tifani dan juga Bastian di luar.

Hanya butuh satu jam dan akhirnya mereka kembali keluar dengan membawa dua buku kecil di tangannya, mereka benar-benar tidak seperti sepasang pengantin baru, bahkan tidak ada senyum atau gandeng tangan, mereka berjalan sendiri-sendiri seolah dua orang yang tidak saling kenal_ hehh..., mereka memang tidak saling kenal.

"Antar dia ke apartemen, saya ada urusan lain." ucap Revan dingin bahkan tanpa menoleh pada Aluna ataupun Bastian yang di ajaknya bicara.

"Baik, bos."

Bastian mundur beberapa langkah untuk memberi jalan pada Revan dan membiarkan pria itu pergi dengan sopir pribadinya, meninggalkan ketiga orang itu.

Pria yang aneh, bahkan di hari pernikahannya malah ninggalin istrinya sendiri, batin Aluna sembari menatap mobil yang semakin menjauh.

Tapi baguslah, bukannya ini yang gue inginkan, gue nggak perlu sungkan dengan status baru ini ..., lanjutnya dalam hati.

Setelah mobil benar-benar pergi, Aluna mendekat ke arah Bastian, "Pak Bastian, Boleh nggak aku pulang ke rumah ibu dulu? Sebelum ke rumah pak Revan,” tanyanya pada Bastian.

"Saya akan mengantar Bu Aluna."

"Tidak perlu, saya akan pergi sendiri, pak." Aluna segera menolaknya.

"Ini tugas saya Bu, Bu Aluna jangan mempersulit saya." ucap Bastian dengan nada formal.

Karena Bastian memaksa, Aluna tidak bisa menolah lagi, "Baiklah."

***

Di rumah, udara terasa berbeda. Aluna berdiri di depan pintu kamar ibunya yang sudah lama tidak ia masuki. Ia mengetuk pelan sebelum masuk. Ia tahu ibunya saat ini tengah di rumah. Dan benar saja, di dalam ibunya tengah duduk sambil memandangi album foto lama keluarga mereka.

“Ibu...” karena tidak ada sahutan Aluna pun memutuskan untuk masuk.

Ibunya menoleh pelan. Tidak ada senyum kecil yang dulu sering muncul di wajahnya saat Aluna masuk ke dalam kamarnya, "Kenapa kembali?" suara itu terdengar begitu menyakitkan, bukan di telinga tapi tertanjap di uluh hati Aluna, seolah sebilah pedang yang siap mengoyak jantungnya.

Aluna berjalan pelan dan bersimpuh di hadapan ibunya, bagaimanapun ibunya, dia adalah wanita yang beberapa tahun lalu begitu mencintainya lebih dari mencintai dirinya sendiri_ mungkin sampai sekarang pun masih sama. Ia menggenggam tangan wanita itu erat tapi sang ibu malah semakin dingin padanya.

“Bu... hari ini aku sudah selesai ngurus pencatatan pernikahan.” ucap Aluna lirih.

Hening. Tak ada tanggapan langsung dari ibunya. Hanya hembusan napas panjang yang terdengar, dan tangan yang sedikit gemetar.

“Kalau itu yang kamu pilih, Ibu hanya bisa mendoakan....., yang terbaik.” akhirnya ibunya berkata dan suaranya terdengar dalam dan sedikit bergetar.

Aluna menggigit bibirnya. “Terimakasih atas semua yang ibu berikan, Aluna janji. Jika ibu tidak ingin melihat Aluna lagi, Aluna tidak akan muncul di hadapan ibu sampai ibu mengharapkan Aluna kembali,”

Ibu memalingkan wajahnya, seolah tengah menahan sesuatu. “Terserah kamu.”

Mata Aluna mulai basah. Ia menggeleng lemah. “Seandainya hari ini ada jawaban lain dari ibu, Aluna akan berpikir ulang, bu.”

Ibunya menghela napas. "Memang apa yang kamu harap dari ibu." terdengar sangat ibu masih berkeras hati.

"Bu ...., ijinkan Aluna memeluk ibu sekali saja, setelah itu Aluna akan pergi." ucap Aluna bergetar tapi tetap saja tidak membuat sang ibu bergeming.

Tanpa persetujuan dari sang ibu, Aluna memeluk ibunya erat. Isaknya tertahan. Ia merasa rapuh, tapi harus tetap tegak.

Setelah melepaskan pelukan ibunya, Aluna melangkah keluar rumah. Hatinya masih berat, tapi ia tahu, perjalanan ini harus ia tuntaskan – apapun yang menunggunya di ujung.

"Silahkan, Bu Aluna." Bastian sudah siap di samping mobil, membukakan pintu mobil untuk Aluna saat Aluna keluar.

"Terimakasih," ucap Aluna sembari mengusap sisa air matanya yang masih menempel di pipi.

Bersambung

Happy reading

1
Entin Fatkurina
tetap semangat
yuning
dia jodohmu Tifani 😁
yuning
asisten sama bosnya sama
yuning
pak CEO keren
Entin Fatkurina
sebelas dua belas dengan bosnya.
Lina Herlina
yg bner aja pagi sampe jm 11 malem
Entin Fatkurina
revan benar benar keren.
Entin Fatkurina
menunggu detik detik penyelamatan aluna.
Entin Fatkurina
intinya, tetap semangat aluna.
yuning
Revan gak mau nurunin gengsi , Aluna gak punya kepercayaan diri 🥴
Entin Fatkurina
lanjut kak tri.
Tri Ani: siapppppp
total 1 replies
yuning
hmmm
Tri Ani: hmmmmm
total 1 replies
Entin Fatkurina
kuatkan imanmu Aluna😊😊😊
Tri Ani: mantap
total 1 replies
yuning
Revan tukang gengsi 😁
Tri Ani: setuju
total 1 replies
Entin Fatkurina
so sweet.
Tri Ani: makacihhhhhh😘😘😘😘
total 1 replies
yuning
pak Revan, sweet juga ya
Tri Ani: menyala
yuning: langsung lunglai kita 😅
total 3 replies
Entin Fatkurina
jadi terharu.
Tri Ani: aku juga kak
total 1 replies
yuning
terhura 🥺
Tri Ani: 🥲🥲🥲🥲🥲
total 1 replies
Entin Fatkurina
lanjut kak tri.
Tri Ani: siap kak
total 1 replies
yuning
kejutan ulang tahun
Tri Ani: mantullll
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!