LDR KATANYA BERAT!!
Tapi tidak bagi Rion dan Rayna. Ini kisah mereka yang berusaha mempertahankan hubungannya apa pun masalah yang mereka hadapi.
Tapi bagaimana jika masa lalu yang menggangu hubungan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfaira_13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
Matahari mulai menampakkan sinarnya di pagi hari ini, cahayanya menembus jendela kamar yang memang sudah terbuka sejak dini hari tadi. Rayna menggeliat dengan malas di dalam balutan selimutnya. Tak ada pagi cerah baginya di Minggu ini.
Sudah sejak kemarin Rayna tak mendapat kabar apa pun dari Rion. Yah bisa ditebak karena memang Rayna juga yang tak mau memulai untuk menanyakan kabarnya duluan.
Sepertinya Rayna harus menanggung rasa kecewa di hari Minggu ini. ingin sekali ia merutuki dirinya yang bodoh pada malam itu. Ia tak menyangka jika Rion akan benar-benar mengabaikannya.
Entahlah, rasanya seperti tak diperjuangkan lagi jika begini. Mungkin saja saat ini Rion lebih memilih untuk menghabiskan waktunya dengan kedua temannya itu. Bukankah mereka libur di waktu yang bersamaan? Atau kemungkinan terburuknya Rion sedang sibuk menggoda wanita lain saat ini.
Rayna menyerah pada perasaannya sendiri. Ia memutuskan untuk menghubungi Rion terlebih dahulu. Mungkin benar nasihat sang kakak, ia terlalu egois sebagai wanita. Meski jika melakukannya akan membuat harga dirinya terluka.
Satu...dua...dan tiga kali panggilan dari Rayna mendapat penolakan. Dengan kesal Rayna melempar ponselnya di atas kasur. Bohong jika Rayna tak merasa kecewa, nyatanya ia ingin menangis saat ini juga.
"Kenapa sih Rion malah nyuekin gua," keluh Rayna frustasi. Ia membungkus lagi tubuhnya dengan selimut.
Seharusnya ia menyiapkan diri untuk menyambut kedatangan Rion hari ini. Tapi apalah daya, ia tak ada gairah bahkan untuk sekedar mandi pagi. Lihat saja penampilannya saat ini, masih menggunakan piyama tidur lengkap berwarna biru tua gambar beruang dan rambut panjangnya yang ia kuncir berantakan.
"Sakit hati banget," gumam Rayna.
Rayna bangkit dari kasurnya saat seseorang di luar rumah memanggil. Entah siapa pelakunya, mengganggu Rayna yang sedang asyik membaca novel kesukaannya. Tak berniat untuk mengintip terlebih dahulu, Rayna langsung saja membuka pintu rumahnya masih dengan penampilannya yang berantakan.
"SURPRISE!"
**Brak**!
Rayna menutup kembali pintu rumahnya dengan kencang. Ia mengucek kedua matanya di balik pintu. Benarkah yang ia lihat? Benarkah yang berada di depan gerbang rumahnya saat ini adalah Rion? atau mungkin Rayna sedang berhalusinasi?.
"Sayang, jangan ngumpet dong!" Rayna menajamkan pendengarannya. berusaha mengenali suara teriakan dari luar rumahnya.
Sial! Ia sedang berantakan saat ini. Bukankah Rion sedang marah padanya? Apa-apaan pria itu? Mengapa tak memberi kabar jika ia akan mengunjunginya. Setidaknya Rayna akan berpenampilan cantik, tak seperti saat ini.
Berkali-kali Rayna menghela napas panjang, menetralkan detak jantungnya yang tak karuan. ingin menangis rasanya, bagaimana bisa Rion tetap mengunjunginya padahal mereka sedang bertengkar.
"Masuk aja!" suruh Rayna kepada Rion setelah membuka kembali pintunya dengan ragu.
"Oke sayang!" Rion tersenyum senang mendengar perintahnya. Ia membuka gerbang dan memasukkan motornya ke dalam halaman rumah milik Rayna, sudah seperti rumahnya sendiri.
"Ko gak bilang sih?" tanya Rayna saat Rion berada di hadapannya. Kedua matanya sudah berkaca-kaca. Membayangkan jika Rion sudah benar-benar tak mempedulikannya lagi.
"Surprise." Rion memberikan cokelat berukuran sedang yang dihiasi dengan pita merah. Di atasnya terdapat notes yang tertulis *Hadiah untuk Rayna*.
"Aku pikir Ion marah," ucapnya sambil menerima cokelat yang diberikan.
"Yah kemarin Ion sempet kesel sih sama Rayna," jujur Rion. menurutnya lebih baik berkata dengan jujur jika ia memang sempat kesal. Sungguh, Rion tak bisa mengendalikan perasaannya pada malam itu.
"Kalo sekarang?" Rayna mendongak, menatap Rion yang tubuhnya lebih tinggi.
"Kalo masih marah gak mungkin mau ke sini kan?" Rayna mengangguk. Air matanya sudah mengalir sejak tadi. Rion biarkan saja Rayna menangis. Ia sudah paham betul jika Rayna memang tak bisa dibentak. Mungkin malam itu perkataan Rion terlalu berlebihan.
"Terus kenapa gak diangkat telfonnya tadi pagi?" Rayna memberi kode agar Rion masuk ke dalam rumah bersamanya.
"Sengaja," jawab Rion.
"Ish gila lo!" mendengar jawaban Rion malah membuat Rayna kesal.
"Maaf ya cantik!" Rion mengusap rambut Rayna dengan lembut.
"Gua yang mau minta maaf," ucap Rayna.
"Jangan nangis dong, Ion kan udah di sini." tak tega rasanya melihat Rayna berlinang air mata karena kesalahannya. Ia menarik Rayna untuk duduk di sofa ruang tamu dan mengusap kedua pipinya yang sudah basah oleh air mata.
"Sakit banget tau gak?" Rayna menepis tangan Rion dengan pelan.
"Iya, Ion nanti gak akan gitu lagi."
"Kan lo sendiri yang bilang kalo ada apa-apa itu bilang!" Rayna mengusap dengan kasar air matanya. "Ish jahat banget sih!"
"Sayang maaf ya?"
"Kan gua malu." kedua tangannya ia gunakan untuk menutupi wajahnya.
"Kenapa?"
"Gak mandi dulu, bajunya juga masih pake baju tidur." Rion tertawa kencang. Padahal jika dilihat-lihat Rayna terlihat menggemaskan bagaimana pun juga tampilannya.
"Ion ish!" kesal. Rayna memukul lengan Rion.
"Yaudah mau jalan kemana hari ini?" tanya Rion menenangkan.
"Gak tau ah gak nyiapin rencana," jawab Rayna tak bersemangat. Beruntunglah masih pukul sembilan pagi saat ini.
"Kita nonton film mau gak? Pulangnya kita kemana pun yang kamu mau!" ajak Rion.
"Ayok!"
"Mau popcorn rasa apa?" tanya Rion kepada Rayna yang sedang memotret tiket film di kursi tunggu. Beruntung saja saat ini ada film yang ingin Rayna lihat. Sebuah film komedi tentang keluarga.
"Asin aja," jawab Rayna tanpa menoleh. Rion mengusap pelan rambut Rayna seperti yang biasa dilakukan, mengecup puncak kepalanya singkat.
"Oke."
"Sayang, minumnya mau lemon tea ya!" pinta Rayna saat Rion baru saja akan melangkah.
"Oke cantik!"
Rion kembali kembali dengan membawa satu popcorn besar dan dua minuman untuk menemani mereka di dalam studio. Bukan pelit, tapi Rion tahu Rayna tak akan bisa menghabiskan popcorn jika dimakan sendiri.
"Ini yang lemon tea sayang!" Rion memberikan satu cup minuman berisi lemon tea sedangkan miliknya berisik minuman soda. Rayna tak terlalu bisa jika minum-minuman bersoda.
"Oke, makasi sayang!"
"Masuk yuk! Udah dibuka tuh pintunya," ajak Rion menggandeng tangan Rayna.
"Ayok!"
"Wah rame banget kayanya," komentar Rayna saat kakinya melangkah menaiki satu-persatu anak tangga.
hampir semua bangku di dalam studio sudah terisi. beberapa dari mereka menonton film bersama keluarga dan beberapa diantaranya lagi menonton film dengan teman-temannya dan juga pasangan mereka.
"Berarti filmnya seru sayang."
"Ini tempat kita," tunjuk Rayna di bangku nomor sembilan dan sepuluh. Letaknya di barisan tengah. Rayna tak suka jika harus mengambil bangku paling depan atau pun belakang.
"Seneng gak diajak nonton sama Ion?" tanya Rion saat mereka sudah duduk. Lampu di dalam studio mulai dimatikan pertanda film akan segera dimulai.
"Seneng dong," Rayna dengan manja menyandarkan kepalanya di lengan Rion, memeluknya dengan erat.
"Habis ini kita ke tempat main ya!" ajak Rion.
"Iya sayang, habis itu kamu klarifikasi ya tentang malem itu!" pinta Rayna.
"Haha iya sayang, sekarang fokus filmnya dulu ya?"
"Iya."
Rion sedikit menunduk, melihat Rayna yang masih bersandar di lengannya. Sedikit merasa bersalah karena sudah membuat Rayna menangis. Baginya sekarang yang terpenting Rayna mau memaafkannya. Rion juga tak menyangka ia akan kehilangan kendali atas emosinya. Benar perkataan kedua temannya, Rayna pasti akan mendengarkan keluh kesahnya dan akan memahami dirinya dengan caranya sendiri.
terus ortua mereka jg blm d jelasin ya kk ?