NovelToon NovelToon
Ketika Istriku Lelah

Ketika Istriku Lelah

Status: tamat
Genre:Duda / Ibu Pengganti / Penyesalan Suami / Tamat
Popularitas:323.7k
Nilai: 5
Nama Author: mama reni

Persahabatan Audi, Rani dan Bimo terjalin begitu kuat bahkan hingga Rani menikah dengan Bimo, sampai akhirnya ketika Rani hamil besar ia mengalami kecelakaan yang membuat nyawanya tak tertolong tapi bayinya bisa diselamatkan.

Beberapa bulan berlalu, anak itu tumbuh tanpa sosok ibu, Mertua Bimo—Ibu Rani akhirnya meminta Audi untuk menikah dengan Bimo untuk menjadi ibu pengganti.

Tapi bagaimana jadinya jika setelah pernikahan itu, Bimo tidak sekalipun ingin menyentuh, bersikap lembut dan berbicara panjang dengannya seperti saat mereka bersahabat dulu, bahkan Audi diperlakukan sebagai pembantu di kamar terpisah, sampai akhirnya Audi merasa tidak tahan lagi, apakah yang akan dia lakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Dua

Rani terbangun dari kegelapan, matanya perlahan terbuka saat cahaya lampu neon yang dingin menusuk ke dalam ruang perawatan. Bau antiseptik menyeruak di udara, menciptakan atmosfer yang dingin dan tidak bersahabat. Jantungnya berdebar kencang, dan saat ia mencoba menggerakkan tubuh, rasa sakit yang tajam menusuk di perutnya. Kenangan akan kecelakaan itu mengembalikan gambaran samar tentang mobil yang menabrak pembatas jalan karena menghindari sebuah truk.

Suara teriakan, dan Audi, sahabatnya yang terjatuh terbayang dalam pikirannya. Namun, satu hal yang paling membebani pikirannya: janinnya.

“Audi?” suara lemah Rani memanggil sahabatnya yang tidak terlihat.

Audi, sahabatnya, langsung muncul dari balik tirai, wajahnya pucat dan bermata sembab. "Rani!" Dia duduk di sisi tempat tidur dengan cepat, menahan tangan Rani. “Kau akhirnya sadar.”

Beruntung Audi tak mengalami luka serius sehingga bisa langsung menemui Rani. Walau sebenarnya dia masih merasakan sakit.

“Apa … apa yang terjadi?” Rani menatap tajam pada Audi, mencobanya untuk mengingat detail demi detail yang samar.

“Mobil kita … kecelakaan. Kamu … kamu di bawa ke sini,” Audi mengatur nafasnya, berjuang melawan emosi. “Dokter bilang, mereka harus melakukan operasi untuk menyelamatkan janin'mu, Rani.”

“Oh, Tuhan .…” Rani menutup mulutnya. Air matanya mulai mengalir, merasakan beban yang tak terkatakan. "Bagaimana dengan janinku? Apakah dia baik-baik saja?"

Audi menggenggam tangan Rani lebih erat. “Kita berdoa untuk yang terbaik, Rani.”

Seorang dokter memasuki ruang perawatan, mengenakan jas putih dengan masker dan pandangan serius. “Maaf mengganggu momen ini, tetapi kami perlu menjelaskan prosedur yang harus dilakukan, Rani. Kami perlu melakukan operasi sesegera mungkin. Kondisi kamu cukup kritis.”

Rani menelan air liur, matanya melebar. “Berapa lama waktu yang aku miliki?”

“Waktu kita terbatas. Janin baru berusia tujuh bulan … Jika kita tidak bertindak, bisa berakibat fatal bagi kalian berdua,” dokter itu menjelaskan dengan tenang, meski ada kegelisahan dalam nada suaranya.

“Apakah aku tak bisa menunggu suamiku dulu?" Rani bertanya dengan suara bergetar, kepanikan mulai menjalar.

"Aku sudah mencoba menghubungi Bimo, tapi ponselnya tak aktif. Tapi ibumu sudah aku hubungi dan segera datang," jawab Audi.

"Bayi dalam kandungan Ibu tak bisa menunggu lebih lama lagi. Harus segera dioperasi jika ingin diselamatkan!" seru Dokter.

"Baiklah, Dok. Lakukan yang terbaik untuk janinku. Audi, tolong wakilkan Mas Bimo untuk tanda tangani prosedur operasi. Aku tak mau kehilangan bayiku. Aku akan merasa sangat bersalah jika janin dalam kandunganku tak bisa diselamatkan."

Audi menyeka air mata Rani dengan lembut. “Baiklah, Rani. Kamu harus berjuang Kita akan melalui ini bersama-sama. Kamu kuat, aku tahu itu.”

Rani menatap Audi dengan mata penuh harap, lalu berpaling kepada dokter yang menunggu jawaban. “Ya … lakukan operasi sekarang, Dok. Selamatkan janin dalam kandunganku ini.”

"Baiklah. Ibu bisa melakukan pendaftaran dulu," ucap Dokter pada Audi.

"Audi, jika nanti nyawaku tak terselamatkan, aku mohon jaga bayiku. Aku yakin kamu pasti bisa menyayanginya," ucap Rani terbata. Dia merasakan sakit di perut dan sekujur tubuh, tapi mencoba menahan demi buah hatinya.

"Jangan bicara begitu, Rani. Aku yakin kamu bisa diselamatkan. Kamu dan bayimu akan sehat!" seru Audi.

"Apa pun yang terjadi denganku, aku minta kamu jangan pergi tinggalkan bayiku!" seru Rani lagi.

Perawat datang menghampiri dan membawa Rani memasuki ruang operasi. Sementara itu Audi pergi melakukan pendaftaran dan menandatangani persetujuan operasi, akhirnya Rani di bawa masuk ke ruang operasi. Audi menunggu di luar dengan gelisah.

Dalam keadaan setengah sadar, Rani mencoba untuk berjuang, berusaha menggenggam lagi harapan. Bayangan Bimo sang suami, bergetar di benaknya, diiringi dengan tawa bahagia saat mereka menghabiskan weekend di pantai, merasakan angin yang menampar lembut wajah mereka.

Namun, sekuat apa pun Rani mencoba kuat, akhirnya tak sadarkan diri saat memasuki ruang operasi. Mungkin rasa sakit karena kecelakaan mulai dia rasakan.

Saat Audi menunggu dengan cemas, terdengar suara seorang wanita memanggil namanya.

"Audi ...."

Audi menoleh dan melihat ibunya Rani, Tante Susi datang menghampiri. Berjalan tergesa mendekati dirinya.

"Di mana, Rani?" tanya Tante Susi.

"Lagi di ruang operasi, Tante. Dokter harus melakukan itu untuk menyelematkan janinnya. Benturan di perutnya cukup keras sehingga membuat dokter kuatir akan berbahaya bagi bayi jika tak melakukan segera!" seru Audi dengan suara gemetar.

"Sebenarnya apa yang terjadi, Audi?" tanya Tante Susi.

Audi lalu mengatakan semuanya. Tante Susi tahu bagaimana putrinya. Rani memang sedikit manja dan keras kepala. Dia juga sudah sering menasehati anaknya itu untuk tidak mengebut dijalanan. Tapi, Rani selalu tak mengindahkan larangannya.

Tante Susi masih terus berusaha menghubungi Bimo sambil menunggu operasi berlangsung. Namun, ponselnya tak juga aktif. Akhirnya wanita itu menghubungi sekretarisnya dan mengatakan tentang Rani yang mengalami kecelakaan.

Rani masih terbaring di atas meja operasi, tubuhnya yang lemah dan pucat terlihat jelas di bawah lampu operasi yang terang. Dokter dan tim medis bekerja dengan cepat dan tepat untuk melakukan operasi Caesar yang sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan bayinya.

Satu jam berlalu, dan akhirnya operasi selesai. Dokter keluar dari ruang operasi dengan wajah yang berat, diikuti oleh napas lega dan sedih. Susi, ibunya Rani, dan Audi, sahabat Rani yang juga mengalami kecelakaan bersamanya, langsung menghampiri dokter dengan wajah yang penuh kekhawatiran.

"Bagaimana keadaan Rani, Dok?" Susi bertanya dengan suara yang gemetar. Takut terjadi sesuatu dengan putrinya itu.

Dokter menundukkan kepala, berusaha untuk menemukan kata-kata yang tepat. "Operasi Caesar berjalan lancar, dan bayi Rani selamat. Namun ... kami mohon maaf, Ibu Rani tak bisa kami selamatkan."

Audi dan Susi terkejut, mata mereka melebar dengan tak percaya. "Apa maksud Dokter?" Audi bertanya dengan suara yang gemetar.

Dokter mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Rani mengalami pendarahan hebat selama operasi, dan kami tidak bisa menghentikannya. Kami telah melakukan yang terbaik, tetapi Allah berkehendak lain ...."

Susi dan Audi terdiam, wajah mereka dipenuhi dengan kesedihan dan keputusasaan. Mereka tidak bisa menerima kenyataan bahwa Rani tidak bisa diselamatkan, sementara bayinya yang baru lahir masih hidup dan bernapas. Air mata mengalir deras di wajah mereka, saat mereka memikirkan tentang kehilangan sahabat dan anak yang sangat mereka cintai.

"Ini tak mungkin. Rani tak mungkin pergi meninggalkan kami," ucap Audi dengan suara serak.

Sementara itu Ibu Rani, tak bisa lagi menahan lemah tubuhnya. Dia terduduk di kursi ruang tunggu. Tak percaya dengan apa yang di dengarnya.

Bertepatan dengan itu, dari kejauhan terlihat Bimo, suaminya Rani berlari menghampiri mereka. Pria itu mendekati ibu mertuanya.

"Ma, dimana Rani? Bagaimana keadaannya?" tanya Bimo. Ibu Susi tak bisa menjawab pertanyaan menantunya. Hanya air mata yang terus jatuh membasahi pipinya.

1
4U2C
kemana BIMO pergi,,kenapa diakhir cerita AUDI si BIMO ditinggalkan,,kalau gini tau kah BIMO AUDI telah pergi selamanya..
Naufal Affiq
nyesek bacanya,
Naufal Affiq
sedih banget mami,daniel kembali sendiri lagi
Sugiharti Rusli
mungkin jodoh mereka di dunia memang hanya sebentar yah, begitulah hidup ga ada yang pernah tahu ke depannya
Sugiharti Rusli
karena memang apa yang Audi alami itu memang penyakit yang sangat mematikan dan harapan sembuhnya sangat kecil
Sugiharti Rusli
ga apa mam sesekali kita dihadapkan oleh kenyataan yang selalu ada di kehidupan kita, kalo kehidupan ga selamanya indah
Sugiharti Rusli
yah semoga Audi pergi dengan tenang dan ikhlas dilepas oleh suaminya
Sugiharti Rusli
berarti bukan lelah yang pertama karena sikap si Bimo dulu
Sugiharti Rusli
ternyata judul ditujukan kepada Audi yang menikah dengan Daniel dan akhirnya berpisah karena maut yah
Mardiana
bagus walaupun sad ending.
aku berharap ada kelanjutan buat kehidupan Daniel selanjutnya yg happy ending 🥰💪💪
Mardiana
innalilahi wa innailaihi rojiun.... selamat jalan Audi...semoga Husnul khatimah...
buat Daniel semoga kedepannya ditemukan jodoh yg dapat membahagiakan kamu hingga menua bersama 🥺🥰
Angga Gati
ending sedih...pingen nangis..bacanya
stiefany
sad ending ceritanya bagus biarpun aq baca cerita.y sampai nangis mewek nyesek banget heheh 🥺🙏
thanks mam moga sukses slalu semangatt 😍💪💪
stiefany
nyesek bgt oh God sehancur itu niel melepaskan audi untuk selamanya 😭😭😭😭😭
ken darsihk
Sedih
sukses selalu ya mam
Di tunggu cerita 2 lain nya 😍😍
ken darsihk
End ya mam
Selamat beristirahat Audy 😭😭😭
azalea_lea
/Sob//Sob//Sob//Sob/
Teh Euis Tea
😭😭😭😭😭😭😭
Teh Euis Tea
innalilahiwainnailahirojiun, selamat jln audi😭😭😭😭😭
Patrick Khan
menyedihkan
. aku nangis nie😭😭😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!