"Aku ingin besok pagi kau pergi dari rumah ku!"
"Bawa semua barang-barang mu aku tidak ingin melihat satu barang mu ada di rumahku!"
"Ingat Olivia...tak satu jejak mu yang ingin aku lihat di rumah ku ini. Pergilah yang jauh!"
Kata-kata kasar itu seketika menghentakkan Olivia Quinta Ramírez. Tubuhnya gemetaran mendengar perkataan suaminya sendiri yang menikahi nya lima bulan yang lalu.
"T-api...
Brakkk..
"Kau baca itu! Kita menikah hanya sementara saja, syarat untuk mendapatkan warisan orang tua ku!"
Bagai disambar petir, tubuh Olivia gemetaran menatap tak percaya laki-laki yang dicintainya itu. Seketika Pandangannya menggelap.
Bagaimana dengan Olivia? Mampukah ia mempertahankan pernikahannya?
Yuk ikuti kelanjutan Kisah Olivia "Istri Yang Terbuang".
Semoga suka. JANGAN LUPA TINGGALKAN SELALU JEJAK KALIAN DI SETIAP BAB YA 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
P U T U S
Langkah kaki Oliver di ikuti Javier keluar dari lift, setelah selesai menghadiri meeting dengan jajaran direksi perusahaannya di lantai tiga puluh lima Lucifer group miliknya.
"Selamat sore tuan", sapa sekertaris Oliver menyapa dengan sopan atasannya itu.
"Bawakan kopi pahit keruangan ku sekarang", perintah Oliver.
"Baik tuan", jawab Liana. "Oh ya tuan, di ruangan anda ada nona Claudia", ujarnya lagi.
"Hem. Javier kau lanjutkan saja pekerjaan mu. Jangan ada yang menggangu ku saat aku bersama Claudia. Katakan pada Liana nanti saja membuat kopinya", perintah Oliver.
"Baik tuan", jawab Javier.
Oliver langsung menuju ke ruangannya.
Saat melihat kehadiran Oliver, Claudia langsung menghambur memeluk laki-laki tampan itu. "Honey maafkan aku pagi tadi membuatmu marah", ucapnya manja sambil mengangkat wajah menatap Oliver.
Oliver tersenyum mendengarnya. Tanpa menunggu, laki-laki itu me*umat bibir Claudia yang tampil mengunakan Lipstik merah menantang itu. Keduanya berciuman panas di balik pintu.
Tanpa menunggu lama, Claudia melucuti pakaian kerja Oliver, begitu pun Oliver tak sabaran menanggalkan pakaian kekasih dengan terburu-buru.
Mulut dan jemari lentik Claudia berperan aktif membuat letupan hasrat Oliver bergejolak. Hal yang selalu di sukai Oliver, Claudia bisa membangkitkan gairah nya dalam sekejap.
Oliver mendorong tubuh kekasihnya itu hingga terlentang di atas meja kerjanya. Claudia nampak begitu seksi kontras dengan meja kerja berwarna hitam yang begitu luas. Wajahnya begitu menggoda. Claudia sangat tahu caranya memikat laki-laki, tak kecuali Oliver.
Oliver siap menyatukan miliknya yang sudah begitu tegang ke inti Claudia.
"Oh, honey. Aku sangat merindukanmu, aku membutuhkan mu honey..."
Oliver tersentak. Sorot matanya menatap tajam Claudia yang sudah siap untuk dimasuki di atas mejanya. "Shitt–"
Claudia menatap Oliver tak percaya. Cepat-cepat ia bangun. Menatap nyalang wajah Oliver yang nampak begitu kacau dan frustasi. "Ada apa dengan mu Oliver. Jangan katakan kau membayangkan wajah istri bodoh mu itu saat bersama ku", hardik Claudia dengan kesal.
"Maaf Claudia aku tidak bisa melakukannya dengan mu", ujar Oliver sambil memakai kembali pakaiannya.
"Apa maksudmu Oliver? Sudah tiga kali kau menolak ku karena wanita bodoh itu. Jangan katakan kau jatuh cinta pada wanita itu, Oliver", ketus Claudia kesal. Wanita seksi itu segera memakai kembali pakaiannya yang berserakan dilantai.
Oliver sudah memakai pakaiannya kembali, walaupun tampak acak-acakan. Kemeja putih nampak keluar dari sabuknya. Sementara jas kerjanya masih tersampir di atas sofa. "Sebaiknya kau pergi sekarang Claudia. Pikiranku sedang kacau, pekerjaan ku sangat banyak yang belum aku selesaikan".
"Bohong! Kau jangan berkilah, semua ini bukan karena pekerjaan mu tapi karena wanita bodoh itu kan?", teriak Claudia. "Apa yang kau lihat dari wanita kampungan itu Oliver. Wanita itu tak seujung kuku pun bisa disetarakan dengan ku", ucap Claudia dengan suara meninggi menatap Oliver yang duduk di kursi kebesaran nya sambil memijat keningnya.
Sesaat kemudian Oliver bangkit menuju meja minuman. Laki-laki itu menuang wine ke dalam gelas, meneguknya hingga tandas.
"Sebaiknya kau pergi dari ruangan ku, Claudia! Hubungan kita berakhir! Jangan pernah membandingkan istri ku dengan mu, kau tidak akan pernah bisa menandingi Olivia", tegas Oliver tanpa tedeng aling-aling berucap dengan lugas memuji Olivia.
Claudia menatap tak percaya apa yang di dengarnya. Kedua mata Claudia melotot tak percaya dengan mulut terbuka.
"Kau mengusir ku Oliver? Kau ingin hubungan kita berakhir hanya karena wanita bodoh itu? Tidak. Aku tidak mau! Hubungan kita sudah terjalin lama. Lima tahun Oliver. Sedangkan wanita itu baru kau kenal, tidak mungkin kau jatuh cinta pada wanita itu Oliver. Perasaan mu itu hanya sementara saja sayang. Aku tidak akan membiarkan wanita itu menguasai pikiran mu sayang. Aku akan menempatkan posisi yang layak untuk nya, yang pasti bukan di hati mu. Hanya aku yang pantas mendampingi mu, Oliver", ucap Claudia sambil memeluk erat tubuh Oliver yang terdiam di tempatnya.
"Aku jatuh cinta pada Olivia, Claudia. Perasaan mendalam yang tidak pernah aku rasakan pada mu. Itulah kenapa aku tidak pernah mengajak mu menikah. Maafkan aku, aku tidak bisa melanjutkan hubungan kita. Aku akan semakin menyakiti mu", ucap Oliver sambil melepaskan pelukan Claudia dari tubuhnya.
Claudia tidak percaya apa yang di dengarnya. Gadis itu menatap tajam Oliver.
"Tidak. Aku tidak akan membiarkan nya. Kau ingat Oliver jika kau tidak dengan ku, aku tidak akan membiarkan wanita mana pun bersama mu. Termasuk Olivia istri mu yang tidak berguna itu!", ancam Claudia dengan mengebu-gebu.
"Heh...kau lupa siapa diri mu Claudia? Siapa yang mengangkat mu hingga bisa seperti ini. Karena nama ku di belakang mu hingga karier mu melesat seperti sekarang. Lakukan saja yang kau inginkan. Tapi ingat, kau harus menghadapi Oliver Asley Lucifer jika kau berani menyakiti istri ku. Aku tidak akan tinggal diam, kau cam itu!", seru Oliver membuat amarah Claudia kian meledak.
"Kau brengsek Oliver. Kau bajingan! Awas saja kalau wanita itu berani mengambil posisiku di samping mu aku tidak akan tinggal diam, bajingan!! Argh.."
Claudia membanting pintu ruang kerja Oliver dengan keras. Dengan perasaan kesal Claudia pergi, bahkan tidak menggubris sapaan Liana saat melihatnya.
...***...
To be continue