NovelToon NovelToon
Sang Raja Kota

Sang Raja Kota

Status: sedang berlangsung
Genre:Gangster / Preman / Roman-Angst Mafia / Balas Dendam / Persaingan Mafia
Popularitas:211
Nilai: 5
Nama Author: Boy Permana

Kota X adalah kota tanpa tuhan, tanpa hukum, tanpa belas kasihan. Di jalanan yang penuh mayat, narkoba, prostitusi, dan pengkhianatan, hanya satu hal yang menentukan hidup dan mati: kekuasaan.

Di antara puluhan geng yang saling memangsa, berdirilah satu nama yang ditakuti semua orang—
Reno, pemimpin The Red Serpent, geng paling brutal dan paling berpengaruh di seluruh Kota X. Dengan kecerdasan, kekejaman, dan masa lalu kelam yang terus menghantuinya, Reno menguasai kota melalui darah dan api.

Namun kekuasaan sebesar itu mengundang musuh baru.

Muncul Rafael, pemimpin muda Silver Fang yang ambisius, licik, dan haus kekuasaan. Ia menantang Reno secara terbuka, memulai perang besar yang menyeret seluruh kota ke jurang kehancuran.

Di tengah perang geng, Reno harus menghadapi:

Pengkhianat dari dalam kelompoknya sendiri

Politisi korup yang ingin memanfaatkan kekacauan

Hubungan terlarang dengan Vira, wanita dari masa lalunya yang tersembunyi

Konspirasi besar yang lebih gelap dari dunia

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Boy Permana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

dua vs satu

lalu tiba-tiba lampu-lampu menyala. menusuk mata Reno. Ardan sudah berdiri beberapa meter darinya.

Ardan menggoyangkan rantai hitam di tangannya, suara logam beradu menggema dengan lantai.

“Senang akhirnya kau datang, Reno,” katanya dengan senyum miring. “Rafael benar. Kau selalu berlari ke jebakan jika diberi sedikit ancaman.”

Reno mengepalkan tangan. “Dimana vira.”

Ardan mendekat dua langkah, matanya tajam, penuh kebencian yang disembunyikan bertahun-tahun.

“hahaha “ tenang saja wanita itu baik-baik saja.

Ia menarik rantai, dan menatap tajam ke arah Reno kenal, tatapan nya penuh niat membunuh.

“Kenapa, Ardan?” tanya Reno. “Mengapa memilih Rafael?”

Ardan tertawa kecil.

“Kau masih tidak mengerti, ya?” Ia menunduk sedikit. “Kau mengira ini tentang pilihan?”

Ardan menunjuk dada Reno.

“Ini tentang HUTANG.”

Reno menegang.

“Hutang apa?”

Ardan mengabaikannya. “Sejak kau menjadi pemimpin Red Serpent… semuanya berubah. Kau menghapus metode lama, kau menghapus tradisi, kau menghentikan cara-cara kejam yang biasa kita lakukan.

Ia mendekat lagi. “Kau menjadi lemah.”

“Tidak,” jawab Reno. “Aku hanya tidak ingin membentuk monster.”

Ardan menyeringai. “Dan lihat siapa yang jadi monster sekarang.”

 

Sosok pria bertopeng itu muncul, melangkah maju mendorong kursi roda dari balik mesin tua terlihat Vira sedang tertidur di ikat di kursi

"ini wanita mu yang kau khawatir kan boss"

pria itu membuka topeng nya. sambil berkata," aku telah menyuntikan obat tidur dengan dosis yang cukup banyak agar tidak merepotkan.

Reno menggeram. “Rio Kau bekerja untuk Rafael juga.”

Rio menunduk singkat. “Aku bekerja untuk orang yang bisa memberi masa depan. Bukan pemimpin yang ragu pada kekuasaan sendiri.”

Ardan menepuk bahu Rio. “Lihat? Rafael jauh lebih pintar darimu. Dia bisa mempengaruhi salah satu kapten divisi terbaik mu

Reno tak menjawab. Dalam dirinya, amarah dan kesadaran bercampur ia menghadapi dua orang yang dulu ia percaya.

Ardan melangkah lebih dekat dan menarik rantai.

“Kau ingin tahu kenapa aku ikut Rafael?” tanya Ardan pelan. “Karena dia menyelamatkan ku saat aku hampir mati dan dia sosok pemimpin yang kejam seperti yang ku inginkan.” tidak lemah seperti mu.

Reno menatapnya tajam." berengsek

” Ardan tertawa pendek. “Dulu jika kau tidak sering mengampuni musuh kita. jika kau tidak membiarkan orang-orang lemah bergabung dengan kita. aku pasti masih di sisih mu

Reno membeku. “ dan tersenyum bengis

“saat kau pikir aku mati saat pemberontakan ku 3 tahun lalu.“ Rafael yang menemukanku. Dia yang mengobati ku, Dia yang memberi ku tujuan baru dia yang menyelamatkan ku.

Ardan menarik rantai dengan keras hingga menggores lantai.

“Dan tujuanku… adalah MENGHANCURKANMU.”

 

Ardan menatapnya sambil tersenyum puas.

“Ini bukan arena diskusi, Reno.”

Ia merentangkan tangan, rantai melingkari lengannya seperti ular.

“Ini arena eksekusi.”

Rio mengeluarkan dua pisau lengkung senjata khas pembunuh.

Reno bersiap. Napasnya berat. Ia tahu satu hal.

Ini bukan pertempuran biasa. Ini pertempuran antara hidup dan mati.

Ardan mengayunkan rantai

Rantai menyambar dari kiri.

Rio menyerang dari belakang.

Reno menurunkan tubuh, menghindar, lalu memutar, menangkis serangan.

“Bagus,” Ardan tertawa. “Masih ada sedikit dari mu yang dulu ku kenal.”

Reno tersenyum tipis. “ Ardan kau hanya seseorang yang tidak bisa berdiri sendiri.”

Ardan berhenti sejenak.

Urat di lehernya menegang.

“Kau akan mati duluan sebelum bisa bicara lagi.”

Rantai mengayun cepat, lebih cepat dari serangan manusia biasa.

Rio melompat ke sisi lain, siap menutup setiap celah untuk Reno.

Reno kini dikelilingi dua musuh kuat sekaligus.

Rantai Ardan menyambar ke arah kepala Reno dengan kecepatan luar biasa. Dentuman logam memenuhi udara ketika Reno menangkisnya menggunakan pisau belati yang ia bawa.

CRANG!

Bahkan getarannya membuat tulang pergelangan tangan Reno sakit.

Rio tak membuang waktu. Ia melompat rendah dari sisi kanan, dua pisau lengkungnya bergerak seperti sabit kembar siap mencabik.

Reno mendorong tubuh ke belakang dengan kaki kiri.

SWIISSH...!!!!

Salah satu pisau Rio melewati pipi Reno dan meninggalkan garis luka tipis yang langsung berdarah.

Ardan tertawa pendek. “Kau melambat, Reno!”

Reno mengatur napas, menahan sakit," sial .” umpat reno

Mereka menyerang lagi.

Ardan mengayunkan rantai ke bawah, mencoba menghancurkan lutut Reno. Reno melompat mundur, tetapi Rio sudah menunggu untuk menusuk dari arah yang berlawanan.

Tebasan nya cepat.

Reno membungkuk, menghindari tusukan Rio, lalu menendang bahu pria itu.

BUAK!

Rio tersentak, mundur dua langkah.

Tapi itu malah memberi celah.

Ardan memutar rantai nya, lalu

CRAANG!

Rantai melilit pergelangan tangan Reno.

Reno terkejut. “Sial..!!”

Ardan menarik keras.

Reno terseret ke depan, tubuhnya kehilangan keseimbangan.

Rio langsung menyerang memanfaatkan momen itu.

Dua pisau meluncur ke arah dada Reno.

Reno mengangkat lengan kirinya, mencoba menahan tusukan langsung.

Sambil tertarik rantai, Reno memutar tubuh, membuat Rio meleset. Rio kehilangan posisi. Reno mengepalkan tangan kirinya.

DUUG!!

Menghantam Rio tepat ke rahang.

Rio terpental menghantam mesin tua.

“Rio ini …” gumam Reno, dengan napas terengah,“ lebih gila dari yang kubayangkan.”

Ardan menarik rantai, membentangkan senjata itu seperti cambuk yang siap memotong daging.

“Kau tidak akan keluar dari sini hidup-hidup.”

 

( Suara di Luar )

BRAAAK!!

Pintu besar pabrik tiba-tiba dihancurkan dari luar.

Tomo menerjang masuk bersama tiga anggota Red Serpent yang mengikuti dari jauh.

“RENO!!” teriak Tomo.

Begitu melihat Reno dikepung Ardan dan Rio, wajah Tomo berubah gelap.

“Ardan sialan!! Lepaskan dia!!”

Namun sebelum ia bisa mendekat.

Klik.

Rio memencet remote kecil di sakunya.

Lantai pabrik bergetar.

GRRRRRRAAAKKKK—!!

Dari langit-langit turun rangka baja raksasa meluncur cepat, membentuk kurungan mekanis besar yang menjebak Reno dan kedua musuhnya di dalam sebuah arena besi berdiameter 20 meter.

Tomo terhenti tepat di luar kurungan.

“TIDAK!!”

Ia memukul jeruji baja itu tak bergerak sama sekali.

“Reno!!”

Rio menyeringai dari dalam sangkar besi.

“Kau tak bisa masuk, Tomo.”

Tomo menatap Rio, wajahnya membeku.

“Rio… kau benar-benar berkhianat, brengsek.”

“aku lebih menyukai pekerjaan baru ku dari pada sebelumnya,” jawab Rio dingin.

Ardan menepuk pundak Rio dengan bangga. “Biarkan mereka melihat.”

Tomo berteriak marah, “Kalau kau menyentuh Reno lagi aku sendiri yang akan mematahkan tulang leher mu, Rio!”

Rio tidak bereaksi. Ia berbalik ke Reno, mata dinginnya kembali ke mode pembunuh.

 

Pertarungan Kedua Dimulai

Reno berdiri di tengah arena. Napasnya berat, darah menetes dari lengan dan pelipisnya. Tapi tatapannya tetap tajam.

Ardan memutar rantainya, senyum miringnya liar.

Rio merendahkan tubuh, siap menerkam.

Tomo menghantam jeruji baja di luar.

“RENO!! TAHAN SEDIKIT LAGI!! KAMI CARI CARA MASUK!!”

Reno tidak menjawab.

Ia hanya menegakkan tubuhnya.

Mata elangnya menatap dua musuh itu.

“Baiklah…” gumam Reno, mengangkat pisaunya.

“Kalau kalian ingin mati aku yang akan menyelesaikan nya…”

Ia menahan napas.

“…ayoo kita selesaikan di sini.”

Ardan menyerang pertama, rantai berputar seperti lingkaran kematian.

Rio menyerang kedua, pisau melesat menuju tenggorokan.

Dan Reno bergerak untuk menghindar.

Pertarungan brutal dua vs satu akhir dimulai kembali.

Rantai Ardan menebas udara, berputar seperti naga hitam terbang di udara, Rio melesat dari sisi lain, tubuhnya bergerak sangat cepat.

Reno tidak punya waktu untuk berpikir.

Ia hanya bisa terus bergerak menghadapi dua musuh yang haus darah.

CRAAANG!!

Pisau Reno menangkis sabetan rantai, tetapi hentakannya membuat cedera di bahu Reno terasa sakit. Rio datang dari arah yang lain dengan gerakan menusuk.

Reno memutar pinggang, menghindari tusukan yang hampir menembus tulang rusuknya.

Rio tersenyum tipis. “Cepat juga ternyata.”

Ardan menyeringai. “Tapi tidak cukup cepat, dia sudah melambat.”

Ia menarik rantai, memutarnya di udara dan meluncurkannya ke arah Reno dengan kecepatan penuh.

WHIP!!

Reno menunduk.

SIUTTT!!

Rantai yang ujung nya bermata pisau seperti tombak itu menyayat punggung Reno, membuat jaketnya robek dan darah langsung mengalir. Reno menggertakkan gigi, menahan rasa sakit.

Tomo di luar kurungan baja menghantam jeruji sekuat tenaga.

“RENO!! BERTAHAN!!” teriak Tomo.

Jeruji itu tak bergerak sedikit pun.

Dua anggota Red Serpent mencoba memotongnya dengan pemotong baja portabel.

BZZZZT—!!

baja ini terlalu padat" teriak salah satu anggota Red serpent

Rio tertawa pendek. “Itu baja karbon khusus. Dirancang untuk satu hal.”

Tomo menggeram. “Apa?!”

“Agar Reno mati… dan kau hanya bisa melihatnya.”

 

Reno Mulai Terpojok

Reno mundur dua langkah, napasnya berat. Pisau di tangannya berlumuran darahnya sendiri. Matanya masih terfokus, tapi tubuhnya mulai melemah.

Punggungnya berdenyut, kakinya terasa berat.

Rio menunduk rendah, pisau siap mencabik perut Reno.

Ardan memutar rantainya, menciptakan lingkaran mematikan di udara.

Pertarungan ini bukan duel.

Ini eksekusi.

Ardan dan Rio menyerang bersamaan.

RIO dari samping.

ARDAN dari depan.

Reno melompat ke samping tetapi Rio sudah membaca gerakannya. Pisau Rio menggores lengan Reno, membuat darah memercik.

Reno terpeleset sedikit nyaris membuat keseimbangan nya goyah.

Rio mengangkat pisaunya, siap menusuk jantung Reno.

Namun Reno menahan tusukan itu dengan tangan kosong.

DUAK!!

Pisau itu berhenti hanya satu senti dari dada Reno.

Tapi darah langsung mengalir dari telapak tangan Reno.

Reno menatap Rio dengan penuh amarah.

“Aku tidak akan… jatuh… semudah itu.”

Rio mendorong lebih kuat. Reno menahan lebih keras lagi.

Ardan mendengus. “Sudah cukup.”

Ia memutar rantai… mengarah tepat ke kepala Reno.

Tomo berteriak dari luar.

“REEEENOOOOO!!!”

Saat rantai Ardan meluncur menuju kepala Reno.

—Reno melepaskan Rio dengan gerakan brutal, memutar tubuhnya ke arah rantai, dan

TANG!!

Dengan kecepatan refleks nya, Reno menangkap rantai Ardan di udara.

Tangan Reno langsung berdarah. Kulitnya sobek.

Ardan terbelalak. “Apa—?!”

Reno menarik rantai—

KENCANG.

Tubuh Ardan terseret maju tanpa bisa menahan.

Reno memanfaatkan momentum itu.

BUAAAK!!

Satu hantaman dari Reno mendarat tepat di rahang Ardan.

Ardan jatuh menghantam lantai, lalu tersenyum tipis sambil meludahkan darah.

“Hemmm… itu dia Reno yang kukenal!”

Rio menyerang lagi, tetapi kali ini Reno sudah bersiap. Ia menghindari serangan Rio dan menendangnya ke samping.

Namun tubuh Reno goyah.

Lututnya bergetar.

Darah yang keluar cukup banyak.

Tomo menjerit frustasi di luar kurungan.

“RENOOO!!

"KITA BUTUH ALAT UNTUK MEMBUKA JERUJI INI!!!! CEPAT CARI SESUATU UNTUK MEMBUKA KURUNGAN SIALAN INI!!”

Anggota-anggota Red Serpent berlari keluar mencari alat untuk membuka kurungan itu.

Sementara di dalam…

Reno tidak lagi memiliki banyak waktu.

Di dalam kurungan Ardan menunjukkan Jurus andalan nya.

Ardan berdiri, memutar pergelangan tangannya, dan rantainya bergerak sangat cepat.

“Kau masih ingat ini, Reno?”

Reno menatap rantai itu. Matanya terbelalak.

“Jangan bilang…”

Ardan tersenyum bengis.

“Tepat. Jurus rantai yang dilarang oleh guru kita dulu.”

jurus ini selalu ku latih 2 tahun belakangan ini ku persiapan untuk membunuh mu.

Ardan menggerakkan rantainya.

Rantai itu berubah menjadi lingkaran berputar yang sangat cepat membentuk pola spiral mematikan yang hanya bisa dihindari oleh orang yang benar-benar hapal tekni itu…

“Rasakan ini Renoo?” teriak Ardan.

Ardan menyerang.

Rantainya menyambar dari tiga arah sekaligus, memantul dari lantai dan dinding kurungan baja, menutup ruang gerak Reno.

Rio menunggu di belakang, siap menusuk ketika Reno salah langkah sedetik saja.

Reno mencoba menghindar, tapi

CRAAPP!!

Rantai mengenai pahanya.

Reno jatuh , napasnya tersengal-sengal.

Rio berjalan mendekat, pisau terangkat.

“Apakah boleh aku yang membunuh nya?” tanya Rio dingin.

Ardan mengangguk perlahan.

“Ya.”

Rio mengangkat pisau lebih tinggi.

Reno mencoba berdiri, tapi tidak bisa kaki dan bahunya terasa sangat sakit.

Tomo menghantam jeruji kurungan dan berteriakkk.

“REEEEEENOOOOO!!!”

Rio mengayunkan pisau untuk menghabisi Reno.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!