Vira, terkejut ketika kartu undangan pernikahan kekasihnya Alby (rekan kerja) tersebar di kantor. Setelah 4 tahun hubungan, Alby akan menikahi wanita lain—membuatnya tertekan, apalagi dengan tuntutan kerja ketat dari William, Art Director yang dijuluki "Duda Killer".
Vira membawa surat pengunduran diri ke ruangan William, tapi bosnya malah merobeknya dan tiba-tiba melamar, "Kita menikah."
Bos-nya yang mendesaknya untuk menerima lamarannya dan Alby yang meminta hubungan mereka kembali setelah di khianati istrinya. Membuat Vira terjebak dalam dua obsesi pria yang menginginkannya.
Lalu apakah Vira mau menerima lamaran William pada akhirnya? Ataukah ia akan kembali dengan Alby?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Drezzlle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekacauan di Hari Pernikahan Alby
Ketegangan memenuhi lobi, kedua kakak beradik itu menjadi pusat perhatian di tengah kesibukan jam kerja.
“Kak… nanti aku jelasin, please, tapi jangan di sini,” lirih Vira. Ia menunduk, pundaknya merosot saat menyadari menjadi pusat perhatian yang memalukan.
“Katakan sekarang! Jangan bertele-tele!” bentak Ikmal, mencengkeram kedua bahu adiknya agar berdiri tegak dan menatapnya.
“Semuanya sudah terlambat, Kak. Alby menikah hari ini. Lusa aku akan pulang, menghadapi Ayah dan Ibu, dan meminta maaf atas semua yang terjadi…” Vira mengangkat wajahnya, melihat amarah yang membara di mata kakaknya.
“Kakak sudah ke rumah orang tua pecundang itu … mereka tidak ada, cepat tunjukkan dimana dia atau…” kedua mata Ikmal menatap sekeliling dengan tajam. “...aku buat kekacauan disini, sampai dia dipecat. Kau mengerti!”
Suara hentakan sepatu pantofel mendekat, memecah ketegangan. Seorang pria berambut klimis dengan seragam krem dan celana cokelat berdiri di antara mereka.
“Tolong selesaikan masalah kalian di luar,” ucap security itu tegas, menunjuk ke arah pintu lobi. "Jangan mengganggu aktivitas pekerja lainnya.”
Ikmal menarik adiknya keluar. Matahari yang memantul dari kaca lobi menambah panas perdebatan mereka yang kembali berkobar.
“Kenapa dia tidak datang kerumah, mengatakan hubungan kalian selesai?” tanya Ikmal.
“Aku yang menyuruhnya, aku tidak ingin ibu dan ayah sakit saat tahu semuanya. Aku butuh waktu yang tepat,” ujar Vira. Napasnya berat seolah pisau menancap di tenggorokannya, membayangkan penyakit jantung ayahnya kambuh jika tahu semua ini.
BUG! Suara keras tas punggung yang dibanting Ikmal membuat Vira terlonjak kaget. Hatinya mencelos, menyadari betapa marahnya kakaknya.
“Katakan di mana dia menikah, Vira! Jangan membuatku kehilangan kesabaran! Akan kuporak-porandakan tempat itu!” teriak Ikmal dengan suara bergetar.
“Cepat katakan! Kamu mau jadi tontonan teman-temanmu disini. Kakak tidak akan pergi jika belum bertemu pria itu.” tambahnya memberikan kecaman.
“Huh…” Vira menghela napas panjang, ia tahu kakaknya keras kepala tidak akan pergi sampai semua selesai.
Ikmal mengambil tas nya, kemudian berjalan menuju mobil jeepnya yang terparkir di depan pintu Lobi, Vira mengikutinya dari belakang dan keduanya masuk kedalam mobil, melaju pergi ke lokasi pernikahan Alby.
Sesampainya di halaman gereja yang dipenuhi papan karangan bunga bertuliskan ucapan selamat atas pernikahan Alby dan Abella, hati Vira terasa perih. Air mata tanpa sadar mengalir di pipi, pundaknya melorot dan tubuhnya bergetar karena terisak.
Wedding car Mercedez berkilauan berhenti tepat di depan Jeep Ikmal. Ikmal membanting tasnya ke kursi belakang, lalu dengan kasar melepas seragamnya. Kaus hitam ketatnya memperlihatkan otot-otot kekar yang menegang karena amarah.
Dadanya yang kekar menekan kaos hingga membentuk pola yang jelas
Dengan gerakan kasar Ikmal membuka pintu mobil, bersamaan saat Alby dan orang tuanya keluar dari mobil.
BUGH!
Satu pukulan tanpa peringatan mendarat tepat di wajah Alby. Orang tua Alby tersentak kaget dan berteriak histeris. Semua tamu undangan yang baru saja tiba langsung menoleh, mata mereka tertuju pada keributan yang terjadi.
Dengan gaya rambut brushed up berwarna cokelat abu yang rapi, pria dalam setelan kemeja putih dan tuksedo hitam itu limbung, mencari pegangan di pintu mobil—Alby membeku di tempat.
“Apa yang kamu lakukan pada adikku!” suara baritonnya menggelegar, satu tangan siap memberi pukulan kedua. Vira segera keluar dari mobil, berlari menahan tangan kakaknya.
Tinju itu beralih ke kap mobil, bunyi BRAK! memekik, memecah semua keheningan di acara sakral.
“Kamu tahu apa yang orang tua kami lakukan dan korbankan untuk pernikahan mu dan Vira!” pekik Ikmal. Menarik kerah kemeja putih di balik tuksedo. Tubuh Alby terangkat sedikit, ketika cengkeraman itu semakin kuat menarik ke atas. Namun, pecundang di depan Ikmal itu hanya diam tak berkutik seolah pantas menerimanya.
“Ikmal, lepaskan!” titah pria dengan setelan tuksedo senada dengan Alby— Roy ayahnya. Ia menarik tangan Ikmal yang mencengkeram kuat putranya. Sementara Jannet, istrinya dengan wajah pucat pasi kembali masuk kedalam mobil sembunyi di balik kekacauan sementara.
Cengkeraman itu mengendur, tubuh Alby terhuyung ke pintu mobil lagi.
“Anda sebagai orang tua … yang Anda lakukan ini salah!” pekik Ikmal, beralih menatap Roy.
“Aku tahu Ikmal, tapi… Vira melarang kami berbicara. Ia tidak ingin penyakit jantung ayahnya kambuh…” ujar Roy. Ia mendekat ke arah Ikmal, dengan tangan gemetar yang bertautan. Matanya berbinar, memohon Ikmal mengerti situasinya.
“...wanita itu hamil, aku tidak bisa berbuat apa-apa sebagai ayahnya. Aku tidak mungkin menyuruh Alby kembali pada Vira dan melepaskan tanggung jawabnya,” lanjutnya.
BRAK!
Ikmal kembali menghantamkan tinjunya ke kap mobil, tak peduli dengan rasa sakit yang menusuk di tangannya yang sudah memar dan membiru. Amarahnya membakar dirinya.
Alby yang tadinya hanya menunduk dan menyeka darah di sudut bibirnya, kini mengangkat wajah dan mendekat. “Jangan hanya salahkan aku! Tanya adikmu apa yang sebenarnya terjadi!” serunya dengan nada tinggi, berusaha membela diri.
“Aku?” Vira tersentak, mendengar ucapan Alby. “Aku kau bilang?” ia mengulang kalimatnya, menaikkan sudut bibirnya perlahan. Hatinya teriris tapi berusaha tegar.
“Aku sudah katakan ingin meninggalkan Abel, dan kamu tidak mau menerimaku. Semua kekacauan ini kan bermula darimu yang menyuruh ku untuk mengantarnya pulang!” ujar Alby.
“Banyak bicara…”
BUGH!
Satu pukulan dari Ikmal kembali melayang ke wajah Alby, membuat mempelai pria itu kembali terhuyung hingga kesulitan bernapas.
“Kamu yang melakukan kesalahan menghamili wanita lain … sekarang mau menyalahkan adikku yang jelas-jelas kamu khianati! “ pekik Ikmal.
“Sudah… kumohon, cukup. Atas nama keluarga dan anakku, aku minta maaf untuk semuanya. Kami akan segera datang menemui keluargamu setelah ini,” ucap Roy dengan nada memohon. Ia membungkuk sedikit, menunjukkan penyesalannya yang mendalam.
Wanita dengan gaun pengantin Off-White —Ball gown berlari dengan napas tersengal-sengal keluar dari gereja setelah mendengar pertengkaran yang terjadi di halaman—Abella, mempelai wanita.
“Vira! Apa yang kau lakukan pada Alby!” pekik Abella. Ia menyenggol bahu Vira saat menyelinap masuk di antara pertikaian, berdiri di depan Alby seolah menjadi pelindung calon suaminya itu.
“Kau dan Alby sudah berpisah, jangan menambah masalah lagi. Itu sudah selesai!” lanjutnya.
Ikmal tersenyum sinis melihat Alby bersembunyi di balik tubuh wanita.
“Kamu juga akan menikah dengan William kan, kenapa memperkeruh suasana?!” cibir Abella.
Tatapan Ikmal beralih ke arah adiknya, “William…” gumamnya.
“Ayo kak, kita pulang. Aku sudah lelah. Percuma juga kita melakukan semua ini,” kara Vira, ia menarik tangan kakaknya.
“Dengar … aku tunggu kedatangan kalian di rumah keluarga kami. Kita selesaikan disana!” Ikmal menunjuk ke arah Abella dan Alby memberikan kecaman sebelum pergi.
Ikmal dan Vira masuk kedalam mobil mereka, melaju pergi meninggalkan kekacauan di halaman gereja.
“Siapa William, Vira?” tanya Ikmal.
“Eum … dia …”
Di belahan bumi lain, pria yang membuat Ikmal penasaran itu menggosok telinga kirinya yang panas. “Siapa yang sedang membicarakan ku?” gumam William.
Bersambung…
tapi di cintai sama bos gaskeun lah 😍