NovelToon NovelToon
Dendam Putri Pengganti

Dendam Putri Pengganti

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Bullying dan Balas Dendam / Putri asli/palsu / Balas dendam pengganti / Romansa / Mengubah Takdir
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: eka zeya257

Asa terkejut saat membuka matanya semua orang justru memanggilnya dengan nama Zia Anggelina, sosok tokoh jahat dalam sebuah novel best seller yang menjadi trending topik paling di benci seluruh pembaca novel.

Zia kehilangan kasih sayang orang tua serta kekasihnya, semua terjadi setelah adiknya lahir. Zia bukanlah anak kandung, melainkan anak angkat keluarga Leander.

Asa yang menempati raga Zia tidak ingin hal menyedihkan itu terjadi padanya. Dia bertekad untuk melawan alur cerita aslinya, agar bisa mendapat akhir yang bahagia.

Akankah Asa mampu memerankan karakter Zia dan menghindari kematian tragisnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eka zeya257, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 11

Semilir angin malam menerbangkan tirai di kamar Zia, memberikan ketenangan yang seharian ini tidak di temukan olehnya. Zia menopang dagu di meja balkon kamarnya, tatapan gadis itu menengadah ke arah langit yang mendung.

"Apa gue bisa balik ke dunia asal gue, ya?"

Pikiran itu mendadak melintas, ia ingin kembali ke dunianya dan bertemu dengan orang-orang yang menyayangi dirinya tanpa pamrih.

"Gue nggak suka ada di tubuh ini."

Zia menghela napas panjang, ia meraih ponsel dan menyalakan musik. Angin yang berhembus menerbangkan helaian rambutnya yang tergerai, Zia memejamkan mata meresapi alunan musik dari ponselnya.

Saat ia terhanyut dalam musik tersebut, sesuatu mengenai kepalanya. Zia membuka mata, ia menunduk dan melihat batu kerikil berukuran kecil tergeletak di lantai.

"Siapa yang berani nimpuk kepala gue?"

"Zia!" panggil seseorang dari bawah balkon.

Zia beranjak dari posisi duduknya, ia mencondongkan tubuh ke depan untuk melihat siapa orang yang sudah berani melemparkan batu padanya.

Detik itu juga Zia menyipitkan mata saat melihat sosok pemuda yang sedang melambaikan tangan padanya, pemuda yang tadi siang ingin ia tendang dari kediamannya.

"Leonis?" kata Zia.

Leon tersenyum tipis. "Turun dong, gue mau bicara sama lo."

"Nggak!" Zia menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Pergi dari rumah gue."

Leon justru tertawa pelan, seolah tak peduli dengan penolakan itu. "Wah, calon tunangan sendiri disuruh pergi dari rumahnya. Gak sopan banget, Zia Angelina." Suaranya naik setengah oktaf, penuh nada menggoda.

"Calon tunangan apaan? Gue gak pernah setuju sama perjodohan absurd itu," balas Zia ketus, alisnya terangkat tinggi.

"Yah, tapi nyatanya nama gue udah nempel di surat perjanjian keluarga kita," sahut Leon santai sambil menyandarkan tubuhnya ke mobil hitam yang terparkir di bawah balkon. "Kalau gak percaya, turun sini. Gue kasih lihat."

"Gue gak tertarik!"

Leonis tersenyum lebih lebar, kali ini dengan gaya seenaknya. "Yakin? Gue punya banyak waktu, loh. Kalau lo gak mau turun, ya gue naik aja ke atas."

Zia menatap tajam, "Berani coba!"

"Lo pikir gue gak bisa manjat balkon sempit gitu?" Leon mengedipkan sebelah matanya, lalu dengan santainya mulai memanjat pagar samping yang tersambung ke balkon Zia.

"Eh, gila! Jangan naik ke sini!" seru Zia panik, tapi pemuda itu malah tertawa kecil sambil memanjat seperti anak kecil yang sedang main petak umpet.

Beberapa detik kemudian, kepala Leon sudah nongol di pinggir balkon. Napasnya sedikit tersengal, tapi senyumnya malah semakin tengil. "Gue udah bilang, lebih gampang dari yang lo pikirin."

Zia melangkah mundur dengan wajah kesal. "Lo tuh gak punya malu, ya?"

"Punya. Tapi buat lo, kayaknya bisa gue tinggal di rumah," balas Leon santai. Ia melangkah masuk ke area balkon tanpa permisi dan menatap pemandangan kamar Zia. "Hm, kamar lo lucu juga. Cocok banget buat calon istri gue."

Zia mendengus kesal, meraih bantal dan melemparkannya ke arah Leon. "Mimpi!"

Leon menangkap bantal itu dengan mudah, lalu menjatuhkannya ke kursi terdekat. "Kalo mimpi bareng lo, kayaknya gue rela deh gak bangun-bangun."

Zia memutar bola matanya. " Gue gak ngerti gimana bisa orang setengil lo bisa jadi calon gue? "

Leon menyeringai, lalu mendekat satu langkah. "Namanya juga jodoh rahasia Tuhan, wajar aja lo yang setengah begi nggak ngerti."

Zia menatapnya tajam, lalu tanpa di duga ia menendang tulang kering Leonis hingga pemuda itu kesakitan. "Ngaco. Gue bahkan pengen lempar lo dari balkon sekarang juga. Bisa-bisanya lo ngatain gue bego?"

"Jangan galak-galak dong, nanti mukanya keriput." Leon bersandar di pagar balkon sambil mengusap kakinya yang di tendang oleh Zia.

Zia menatapnya dengan campuran kesal dan tidak percaya. "Lo tuh kenapa sih? Dateng malam-malam, ngomong gak jelas, manjat balkon orang. Normal dikit bisa gak?"

Leon mengangkat bahu ringan. " Gue cuma pengen kenalan lebih baik sama calon istri gue. Lagian, siapa suruh lo cantik banget kalau lagi kesel? Gue jadi gak tahan pengen ganggu."

Zia mendengus, lalu berbalik hendak masuk ke kamar. "Udah ah, gue gak mau buang waktu buat badut malam-malam begini."

Leon cepat-cepat menahan pintu balkon dengan tangannya, ekspresinya berubah sedikit lebih serius. "Gue tahu lo gak suka dijodohin, Zia. Tapi gue gak akan pergi dulu sebelum lo tahu satu hal."

Zia menatapnya dengan alis terangkat. "Apa?"

Leon tersenyum tipis, kali ini tanpa nada menggoda. "Gue... Gemes lihat wajah lo."

"Bangsat!" Umpat Zia dan mendorong tubuh Leonis menjauh. "Pergi dari kamar gue."

Leon tertawa, ia menyeka sudut bibirnya yang berair lalu beranjak dari balkon kamar itu. Setibanya di bawah, Leon mendongak melihat kamar Zia yang sudah gelap.

"Zia Angelina... Selamat datang di hidup gue," gumamnya seraya menyunggingkan senyum tipis.

***

Keesokan paginya, Zia yang sudah mengenakan pakaian rapi menuruni anak tangga. Ia berniat untuk sarapan, tapi langkahnya seketika terhenti di pertengahan saat melihat suasana meja makan yang tampak sangat harmonis tanpa keberadaannya.

"Gini amat jadi antagonis, di kucilin mulu."

Zia mendengus sebal, tak ayal ia tetap melanjutkan langkahnya menuju meja makan. Di sana sudah tersaji berbagai makanan, tanpa pikir panjang Zia meraih piring dan sendok lalu mengambil nasi goreng udang ke atas piringnya.

Tatapan ayah dan ibunya terlihat aneh, mereka mengamati porsi makan Zia yang jauh berbeda dari biasanya.

"Kamu nggak jadi diet, Zi?" Tanya Amanda penasaran.

Zia yang sedang mengunyah nasi goreng hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban, namun hal itu justru menjadi bumerang karena sang ayah langsung menegurnya.

"Kamu nggak sopan sekali, Zia. Di tanya malah cuma geleng kepala aja!" Tegur Damian.

Meski malas berdebat, Zia menelan nasi gorengnya lalu mengambil air putih dan menatap ayahnya dingin. "Aku lagi makan, mana bisa jawab, Pi."

"Alasan, kamu aja yang kurang ajar."

Zia meletakkan sendoknya perlahan, suara dentingan logam beradu dengan piring memecah keheningan di meja makan. Tatapan tajam Damian menyorotnya, sementara Amanda pura-pura sibuk dengan roti di tangannya, enggan terlibat dalam pertengkaran ayah dan anak itu.

"Kalau aku diem, dibilang nggak sopan. Kalau aku jawab, nanti dibilang ngelawan," ucap Zia dengan nada datar tapi menusuk. "Jadi sebenarnya aku harus gimana, Pi? Makan sambil debat biar dianggap sopan?"

Nada sinisnya membuat Damian membulatkan mata, jelas tidak terbiasa dipertanyakan balik oleh putrinya yang selama ini selalu diam dan menuruti.

"Jangan ngomong seenaknya!" bentaknya. "Kamu itu perempuan, harus tahu sopan santun!"

Zia terkekeh kecil, menatap ayahnya dengan pandangan yang tenang namun penuh ironi. "Sopan santun? Lucu juga dengarnya, Pi. Kalau sopan santun itu cuma berlaku buat aku, sementara orang lain boleh semena-mena, ya jelas aku nggak mau main di aturan sepihak itu."

Amanda menoleh cepat, suaranya lirih namun tegas. "Zia, jangan bicara seperti itu pada ayahmu."

"Tapi kan aku cuma bilang yang sebenarnya, Tan." Zia menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Kenapa setiap aku ngomong sedikit aja langsung salah? Apa karena aku Zia, anak angkat yang nggak boleh punya suara di rumah ini? Aku harus diam dan patuh meski posisiku di salahkan?"

Kalimat terakhir itu membuat suasana meja makan berubah tegang. Damian memukul meja, membuat cangkir di atasnya bergoyang.

"Jaga mulutmu, Zia!"

"Kenapa? Takut kalau aku ngomong lebih banyak, semua orang tahu siapa yang sebenarnya nggak adil di rumah ini, Pi?" balasnya tanpa gentar.

Damian membuang napas kasar dan berdiri dari kursinya, jelas tak mampu menahan amarah. Amanda mencoba menenangkan, tapi Zia sudah lebih dulu bangkit. Ia menatap kedua orang itu dengan senyum sinis, matanya berkilat tajam.

"Tenang aja, aku nggak akan bikin drama pagi-pagi. Aku cuma lapar dan pengin sarapan. Kalau itu salah, ya biar aku aja yang pergi toh masakan itu nggak seenak makanan warungan."

Amanda terdiam kaku, ia yang memasak nasi goreng itu merasa tersindir. Namun ia tak bisa bersuara karena tahu Zia lebih suka memberontak.

"Kak, jangan kayak gitu. Mami yang masak pagi-pagi buat kita sem–"

"Gue nggak nanya," balas Zia pada Gaby.

Tanpa menunggu balasan, Zia melangkah pergi sambil membawa piringnya ke dapur. Di belakangnya, Damian hanya bisa menatap punggung gadis itu dengan rahang mengeras, sementara Amanda memejamkan mata lelah.

Zia tahu, mulai hari itu ia tidak akan lagi diam ketika disalahkan. Dunia mungkin sudah memutuskan dirinya sebagai antagonis, tapi ia tidak akan membiarkan siapa pun memperlakukan dirinya seperti figuran dalam hidupnya sendiri.

"Makin hari anak itu makin berani," ujar Damian lelah.

Amanda menyentuh lengan suaminya. "Sabar, Mas. Sebentar lagi Zia keluar dari rumah ini, kita nggak boleh gegabah ngusir dia apa lagi di belakangnya ada keluarga Leonis."

"Kamu benar, setidaknya anak itu masih berguna." Damian menoleh ke arah Gaby. "Lanjutkan makanmu, Gabriella."

"Pi, kenapa bukan aku aja yang tunangan sama Leon?" Tanya Gaby menatap Damian penasaran. "Aku lebih pantas buat Leon dari pada Kakak, kan?"

1
kriwil
jalang maruk🤣 semau laki mau di embat
Rossy Annabelle
no coment 🤧huhu
Heni Mulyani
lanjut author 💪
Murni Dewita
double up thor
Zee✨: bsk² yak hehe
total 1 replies
Murni Dewita
👣👣
Wahyuningsih
kpn thor zia bahagia 🤔🤔kan kasihan q jdi males mau baca soalnya zia d tindas mulu haaaaaaaaaah
Zee✨: sabar belum jg pertengahan kak😄
total 1 replies
Heni Mulyani
lanjut author
Heni Mulyani
lanjut
Sribundanya Gifran
lanjut💪💪💪💪
Sribundanya Gifran
lanjut
Dewiendahsetiowati
part yang bikin nyesek
Wahyuningsih
thor buat mereka yg menyakiti zia menyesal d buat segan matipun tk mau n buat gaby terpuruk n menderita oran g kok manipulatif gedek q sebel banget d tnggu upnya thor yg buanyk n hrs tiap hri sehat sellu thor jga keshtn tetp 💪💪💪💪💪💪
Heni Mulyani
lanjut
Wahyuningsih
thor perasaan novel author yg lain blm pd tamat trus anda jga jrng up kk udah ada novel bru yg lma gimna d tamti dlu lah thor jgn d gantung syg klau gk d lanjutin 🤔🤔🤔🤔
Zee✨: itu udh tamat kak, sengaja di bikin gantung buat season 2 nanti hehe
total 3 replies
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Sribundanya Gifran
lanjut up yg bnyak thor💪💪💪💪
Zee✨: Siappp, tungguin yakk
total 1 replies
Heni Mulyani
lanjut author
Zee✨: okeee
total 1 replies
Heni Mulyani
lanjut 💪
Heni Mulyani
lanjut
Heni Mulyani
lanjut 💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!