Vania dan Basir terpaksa harus meninggalkan kampung tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan. Kampung itu sudah tidak beres, bahkan hal-hal aneh sudah mulai terlihat.
Basir pun mengajak adiknya untuk pindah ke kota dan menjalankan kehidupan baru di kota. Tapi, siapa sangka justru itu awal dari perjalanan mereka. Terlahir dengan keistimewaan masing-masing, Vania dan Basir harus menghadapi berbagai macam arwah gentayangan yang meminta tolong kepada mereka.
Akankah Vania dan Basir bisa menolong para arwah penasaran itu? Lantas, ada keistimewaan apa, sehingga membuat para makhluk astral sangat menyukai Vania?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 11 Ada Apa Dengan Hana? Part III
Sesampainya di kantor, Hana disambut oleh Dasep dan Gala yang langsung menghampirinya. "Pagi, cantik!" sapa Gala.
"Pagi juga," sahut Vania.
"Kamu sudah sarapan belum? ini aku punya roti," ucap Dasep sembari memberikan roti kepada Vania.
"Wah, terima kasih Mas," sahut Vania.
"Busyet, ngasih kok sama Vania doang, buat aku mana?" seru Vanessa.
"Beli aja sendiri sana, jangan manja," ketus Dasep.
Vanessa menoyor kepala Dasep dengan gemasnya. "Awas ya, kalau akhir bulan kamu minta ditraktir," ancam Vanessa.
Dasep langsung menutup mulut Vanessa. "Yaelah, malah buka aib lagi," kesal Dasep.
"Lepasin, tangan kamu bau," ucap Vanessa sembari menghempaskan tangan Dasep.
Vania tertawa melihat tingkah Vanessa dan Dasep. "Kalian itu gak pernah akur, jangan-jangan kalian jodoh lagi," ledek Vania.
"Ih, jangan sembarangan kamu Van, tipe cowok aku itu minimal mirip Sehun lah. Amit-amit aku dapat jodoh ondel-ondel kaya dia, pokoknya aku gak mau tahu mau minta sama Allah jangan jodohkan aku sama dia," kesal Vanessa.
"Hai, aku juga mirip Sehun kok, orang tampan kaya gini," sahut Dasep tidak mau kalah.
"Bukan Sehun, tapi Bihun kamu mah," ledek Vanessa.
"Maaf ya, Van, mereka memang kaya gitu kalau di pagi hari berisik banget," seru Gala.
Vania bukanya marah, dia malah tertawa karena menurut dia mereka sangat lucu. Tidak lama kemudian, pintu ruangan terbuka dan Hana masuk ke dalam ruangan itu. Seketika semua orang menoleh ke arah Hana, tapi Hana seolah tidak peduli dan langsung duduk di meja kerjanya.
"Si Hana serem amat sih auranya," bisik Gala.
"Sttt... jangan sembarangan ngomong, kamu mau celaka ya," sahut Dasep dengan berbisik pula.
Vania mengerutkan keningnya, dia bingung dengan ucapan Gala dan Dasep. "Maaf, maksud kalian apa? kok bisa celaka?" tanya Vania penasaran.
"Van, percaya tidak percaya setiap orang yang mendekati dia khususnya cowok pasti akan berakhir tragis. Terus, jika ada yang ngomongin dia buruk pasti orang itu akan celaka, entah celaka ringan atau pun celaka berat," sahut Dasep dengan berbisik.
"Hah, masa sih?" seru Vania tidak percaya.
"Pokoknya kamu harus hati-hati sama Hana, yang diomongin Dasep benar makanya gak ada yang mau deketin dia karena takut," bisik Vanessa.
Jam kerja pun dimulai, semua orang duduk di meja kerjanya masing-masing. Vania masih memikirkan ucapan Vanessa dan yang lainnya, dia tidak percaya dengan apa yang mereka ucapkan. "Masa sih, seperti itu?" batin Vania.
"Van, kamu tahu gak si Hana itu penganut ilmu hitam makanya semua cowok yang mendekati dia bakalan dibuat mati, dia itu hanya ingin memeras harta si cowok saja setelah habis dia campakkan dan dibuat mati," bisi Nurma yang duduk di sebelah Vania.
"Hah, masa sih? kok aku gak percaya, Kak Hana sepertinya anak baik-baik," sahut Vania.
"Wajahnya memang polos tapi buktinya banyak yang celaka setelah mendekati dia. Yogi saja dibuat gila dan akhirnya meninggal," bisik Nurma.
Hana menoleh ke arah dirinya dan Nurma, sepertinya dia mendengar pembicaraan keduanya. Nurma ketakutan, dia pun segera kembali ke pekerjaannya sedangkan Vania membalas tatapan Hana. Hana memalingkan wajahnya dan kembali bekerja.
"Semua orang sudah mulai curiga kepadaku, tapi aku tidak punya ilmu hitam, kenapa mereka berpikir aku punya ilmu hitam," batin Hana sedih.
Pada saat semuanya sedang fokus bekerja, tiba-tiba terdengar teriakan dari Nurma. Vania kaget bahkan semua orang langsung menoleh ke arah Nurma. "Ada apa, Nurma?" tanya Vanessa yang berlari menghampiri Nurma.
"Tangan aku kamu Bu, gak bisa digerakin," sahut Nurma panik.
Vania kaget melihat tangan kanan Nurma kaku. "Kok bisa sih?" tanya Vanessa panik.
"Gak tahu Bu, aku lagi ngetik kerjaan tadi tiba-tiba tanganku begini. Sakit Bu, tolong," ucap Nurma dengan deraian air mata.
"Kita ke klinik sekarang." Vanessa langsung membawa Nurma ke luar.
Semua mata langsung tertuju kepada Hana dan Hana seketika menunduk. Orang-orang yang dekat dengan Nurma menyangka ini perbuatan Hana karena tadi Nurma sempat bilang kalau Hana punya ilmu hitam kepada Vania. Dua orang teman Nurma menghampiri Hana dan mendorong tubuh Hana sampai punggung Hana terbentur dinding.
"Ini pasti kerjaan kamu 'kan? kembalikan Nurma, jangan kamu buat sakit!" bentak Santi.
"Aku gak ngelakuin apa-apa," sahut Hana.
"Alah, jangan bohong kamu. Kamu itu penganut ilmu hitam 'kan? makanya setiap orang yang mendekati dan ngomongin kamu pasti akan celaka!" bentak Santi kembali.
Vania bangkit dari duduknya dan berusaha memisahkan Santi. "Sudah Mbak, Kak Hana sepertinya tidak melakukan apa-apa, Mbak jangan suudzon dulu," ucap Vania.
"Kamu tidak tahu Van, bahkan Yogi sampai meninggal gara-gara pacaran sama dia," sahut Santi penuh emosi.
Hana menangis, hingga tanpa diduga-duga seperti ada seseorang yang mendorong Santi membuat Santi terpental ke belakang. Vania melotot, dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Tadinya Vania ingin membela Hana, tapi seketika Vania melihat sekelebat bayangan hitam menubruk tubuh Santi.
"Sudah-sudah, kembali bekerja jangan deketin Hana. Pokoknya kalau kalian mau selamat, jangan pernah dekat dengan orang itu," ucap Dasep dengan kesalnya.
Akhirnya Santi pun dibantu temannya bangkit dan kembali ke meja kerjanya. Hana hanya bisa menangis dengan tuduhan-tuduhan yang dilontarkan oleh teman-temannya. Di dalam hatinya, dia begitu sangat marah kepada yang selama ini menguasai jiwanya membuat Hana tidak bisa berbuat apa-apa.
***
Waktu istirahat pun tiba....
Kali ini Hana tidak pergi ke kantin, dia duduk di meja kerjanya karena hari ini dia membawa bekal dari rumah. "Kalian duluan saja, nanti aku nyusul," ucap Vania sembari membereskan meja kerjanya.
"Ok, jangan lama-lama," seru Vanessa.
"Ok."
Semua orang sudah keluar dari ruangan itu, tinggal Vania dan Hana. Dengan ragu-ragu Vania menghampiri Hana membuat Hana kaget dan hendak pergi. Vania menahan lengan Hana tapi Hana menghempaskan tangan Vania.
"Aku sudah bilang jangan deketin aku, aku tidak mau kamu celaka," ucap Hana penuh penekanan.
"Percaya tidak percaya, aku anak indigo Kak. Aku tahu sosok yang selama ini berada di dekat kakak, sebenarnya apa yang terjadi? aku hanya ingin menolong Kakak, semoga saja aku bisa membantu," ucap Vania.
Hana terdiam, dia menatap Vania tidak percaya. "Kamu bisa lihat sosok yang ada di dekat aku?" tanya Hana.
"Iya, apa dia yang sudah membuat semua orang celaka?" tanya Vania penasaran.
Hana kembali terdiam dan menunduk, dia pun duduk dengan wajah penuh emosi dan sedih. "Aku capek, aku lelah, aku ingin lepas dari makhluk itu," lirih Hana.
Vania mengerutkan keningnya, Hana sudah mulai mau terbuka kepada dirinya. Vania menggeser kursi dan duduk di samping Hana. "Kalau Kak Hana mau, Kak Hana bisa cerita sama aku setidaknya mudah-mudahan beban Kak Hana bisa berkurang jika mau curhat sama aku," ucap Vania dengan nada hati-hati.
Hana menatap Vania, lalu menghela napas panjang. Hana terlihat sekali sangat berat untuk menceritakan semuanya, dia takut Vania juga kena masalah dan celaka.