Angkasa Lu merupakan seorang ceo yang kaya raya, dan juga Arogan. Karena traumanya dia membenci wanita. Namun, karena permintaan sang kakek terpaksa dia melakukan kawin kontrak dengan seorang perempuan yang bernama Hana. Dan begitu warisan sudah ia dapatkan, maka pernikahan dia dengan Hana pun selesai. Akan tetapi belum sempat Angkasa mendapatkan warisan itu, Hana sudah pergi meninggalkan pria itu.
Lima tahun kemudian, secara tidak sengaja Angkasa di pertemukan dengan Hana, dan juga kedua anak kembarnya. Pria itu tidak tahu kalau selama ini sang istri telah melahirkan anak kembar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
Hana dan Zaka berdiri di depan rumah tua yang sudah reot, peninggalan kedua orang tuanya. Mata mereka berkaca-kaca, menyimpan kenangan indah yang pernah mereka jalani bersama di masa kecil dulu. Mereka tidak pernah menyangka, setelah menghadapi badai kehidupan yang begitu dahsyat, mereka akan kembali ke tempat ini.
"Ini lumah ciapa, Mommy?" tanya Ciara, sambil menatap rumah sederhana yang ada di hadapannya. Bangunan itu kotor dan tidak terawat, terlihat jelas sudah lama tidak berpenghuni.
"Ini rumah masa kecil Mama sama om Zaka. Dulu mama tinggal di sini waktu masih kecil" jawab Hana dengan suara serak menahan tangis, mengingat momen indah bersama orang tuanya dulu.
Mereka pernah tertawa dan menangis bersama di rumah itu, sebelum terpaksa meninggalkannya untuk mencari kehidupan yang baru.
Hana dan Zaka melangkah mendekati rumah itu, hati mereka berdebar kencang. Setiap langkah mereka seolah membuka kembali kenangan lama yang sempat terkubur. Mereka menatap setiap sudut rumah, mengingat kembali kisah yang pernah terjadi di sana.
"Kita harus merawat rumah ini lagi, kak. Banyak kenangan kita bersama papa, dan mama" ucap Zaka sambil menatap Hana.
Tangis Hana pecah, ia tak mampu menahan air mata yang menggenang di matanya. Mereka berjanji akan merawat rumah peninggalan kedua orang tuanya.
Ia menatap pintu rumah yang sudah kosong selama empat tahun, menatap anak-anaknya yang tampak lelah setelah perjalanan panjang yang mereka lalui. Debu dan sarang laba-laba sudah pasti tersebar di setiap sudut rumah, membuat Hana merasa perlu membersihkan terlebih dahulu sebelum mereka tempati.
"Kalian di luar dulu ya, mama sama om Zaka mau bersih-bersih dulu," ucap Hana kepada kedua anaknya.
"Kita akan bantu mom." ucap Xander.
Hana menggelengkan kepalanya, "Tidak usah sayang, kalian pasti capek setelah perjalanan panjang tadi. Lebih baik kamu dan Liora istirahat saja." ucapnya sambil menunjuk ke arah kursi yang berada teras rumah, menyuruh anak-anaknya untuk beristirahat disana.
Xander dan Liora patuh dengan pengaturan mommy nya, mereka duduk di kursi teras sambil menikmati angin sore yang sejuk. Hana pun memasuki rumah bersama Zaka, membawa beberapa alat pembersih yang sudah disiapkan sebelumnya.
Di dalam rumah, Hana dan Zaka mulai menyapu debu yang menumpuk di lantai, mengelap jendela yang penuh sarang laba-laba, dan menyemprotkan cairan pembersih di sudut-sudut yang kotor. Mereka bekerja sama memastikan tidak ada debu yang tertinggal agar anak-anaknya nanti bisa masuk dengan nyaman.
Sementara itu, di luar, Xander dan Liora mulai merasa mengantuk. Mereka tertidur pulas di kursi teras, menunggu Hana dan Zaka selesai membersihkan rumah. Hana sesekali melihat ke arah mereka dari balik jendela, tersenyum melihat anak-anaknya yang tidur dengan nyenyak
Tulit tulit
Tulit tulit
Tulit tulit
Suara keras pedagang es doger yang lewat di depan rumahnya membuat Liora langsung terbangun dari tidurnya. Matanya terbelalak kaget, ia segera beranjak dari tempat tidurnya.
"Beli bang, beli!" teriak Liora penuh semangat sambil berlari menghampiri pedagang es doger yang telah berada beberapa meter dari rumahnya.
Hana, menggelengkan kepala melihat kelakuan putrinya yang langsung berlari tanpa membawa uang. Dengan langkah cepat, ia menyusul putrinya yang sudah berhasil mengejar pedagang es doger tersebut.
"Es nya 4 pak," ucap Hana sambil mengeluarkan uang dari dompetnya.
Liora menoleh dan tersenyum lebar melihat sang mommy yang telah menyusulnya. "Lain kali kalau mau jajan, ambil uang dulu, jangan main kabur aja" tegur Hana lembut kepada putrinya.
"Maap, Mommy, Liola takut abangnya kabul," jawab Liora dengan wajah polosnya.
Setelah pesanan mereka jadi, Hana dan Liora kembali ke rumah. Hana memanggil adiknya untuk ikut bergabung menikmati segarnya es doger yang mereka beli.
Vira langsung meminum es cendol tersebut dengan mata berbinar, menikmati setiap tegukannya. "Segalnya... Cepelti hidup di pegunungan" celoteh Liora sambil menggelengkan kepalanya kesana kemari, mengekspresikan betapa lezatnya sensasi dingin yang membasahi kerongkongannya.
Rasa manis dan segarnya es doger benar-benar membuat hari mereka semakin sempurna.
Hana tersenyum melihat kebahagiaan putrinya, ia tahu betul bahwa es doger adalah salah satu kebahagiaan sederhana yang bisa ia berikan kepada buah hatinya. Hana dan Zaka beristirahat sebentar ikut meminum es tersebut. Mereka sengaja tidak membagunkan Xander yang masih terlelap, biarkan dia akan memberikan es nya nanti setelah dia bangun.
*******
Gya tidak mau pulang, ia bersih keras ingin berada di kampung tersebut ikut dengan Angkasa. Angkasa yang sudah tidak tahan dengan keberadaan gadis itu lebih memilih pulang ke Jakarta, dan menyerahkan masalah Hana kepada orang suruhannya.
"Kita pulang Vic, kita akan mengurus masalah Hana nanti. Biarkan orang kepercayaan kita menanganinya terlebih dahulu." ucap Angkasa
Belum sempat Victor menjawab, tiba-tiba terdengar suara Gya yang muncul dari belakang Angkasa, "Siapa Hana?" tanyanya dengan wajah penasaran, dia tidak sengaja mendengar obrolan Angkasa dengan Victor.
Angkasa mendesah kasar, lupa dengan keberadaan Gya. Dia yakin wanita itu mendengar obrolan dirinya dengan Victor. Angkasa menoleh ke belakang melihat Gya yang sedang menatapnya, menunggu jawaban darinya.
"Hana, teman saya yang menghilang di kampung ini, nona. Saat ini saya dan tuan Angkasa sedang mencari dia" jawab Victor cepat, berusaha menjelaskan situasi agar Gya tidak curiga.
Wajah Gya berubah, dia berempati dengan kejadian yang menimpa teman Victor. "Kapan menghilangnya? Siapa tahu aku bisa ikut membantumu" ucap Gya.
Angkasa dan Victor saling pandang, "Tidak perlu nona, saya sudah meminta detektif untuk mencari keberadaan teman saya" tolak Victor.
Pasalnya sampai sekarang keluarga besar Lu, masih merahasiakan pernikahan kontrak Angkasa dengan Hana, di hadapan Gya dan keluarganya. Kakek Lu tidak ingin hal itu merusak rencananya untuk menjodohkan Angkasa dengan wanita tersebut.
Gya mengangguk mengerti."Yasudah kalau begitu, semoga temanmu cepat di ketemukan," ucap Gya dengan suara lembut tanpa merasa curiga.
"Terima kasih, nona," ucap Victor dan menghela nafas lega.
Mereka bertiga, masuk ke dalam mobil yang sudah menunggu di lobby hotel.Mesin dihidupkan, dan mobil melaju menuju ke sebuah bandara yang lumayan jauh dari kampung tersebut. Sepanjang perjalanan, suasana di dalam mobil tersebut terasa hening, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Tanpa terasa mobil yang membawa mereka tiba di bandara. Angkasa dan yang lain segera turun dari mobil dan melangkah masuk kedalam bandara.
Setelah melakukan cek in tiket, mereka bertiga pun masuk dan berjalan menuju ke pesawat. Sebab, sebentar lagi pesawat mereka akan segera take off.
"Sayang, kenapa dari tadi kamu diam saja? Kamu masih marah padaku?" tanya Gya setelah duduk di dalam pesawat.
"Kau capek Gya, aku mau tidur" ucap Angkasa dan memejamkan matanya menghindari pertanyaan dari Gya. Dia sangat malas meladeni wanita itu.
Ngakak aku dari tadi... 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣