NovelToon NovelToon
Skenario Cinta : Kisah Setelah Patah Hati

Skenario Cinta : Kisah Setelah Patah Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Vampir / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Persahabatan / Harem
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Katsumi

Mengisahkan kehidupan seorang siswa laki-laki yang telah mengalami patah hati setelah sekian lamanya mengejar cinta pertamanya. Namun, setelah dia berhenti ada begitu banyak kejadian yang membuatnya terlibat dengan gadis-gadis lain. Apakah dia akan kembali ke cinta pertamanya, atau akankah gadis lain berhasil merebut hatinya?

Ini adalah kisah yang dimulai setelah merasakan patah hati 💔

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Katsumi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Huft~

Ferdi berjalan keluar dari kelas dengan perasaan kesal yang masih menggantung, sekaligus dihantui rasa bersalah karena telah membentak Yuka.

"Huft~ aku beneran bilang gitu..." gumamnya, merasa tak percaya dengan dirinya sendiri.

Langkahnya terus melaju menyusuri lorong sekolah, dan saat ia hampir sampai di kantin—

"Oi! Sini, Fer!" teriak Fino dari salah satu meja di pojokan kantin.

Ferdi menoleh dengan ekspresi muram, lalu melangkah ke arah mereka. Entah kenapa, justru semakin dia mendekat, perasaannya malah makin keruh.

"Wah, masih idup lu. Tadi gimana?" Aldi langsung nyeletuk, seperti biasa dengan nada usilnya.

"Hah?" Ferdi memelototinya dengan tatapan tajam dan malas.

"Nggak jadi..." Aldi langsung menunduk dan fokus lagi ke makanannya.

Ferdi duduk di kursi kosong, lalu mengetuk-ngetukkan jarinya ke permukaan meja, seolah berusaha menetralisir semua emosi yang masih menempel di kepalanya.

Teman-temannya saling pandang, ragu untuk buka suara. Mereka tahu ada yang terjadi, tapi enggan asal bicara.

"Fer, tadi gimana?" Akhirnya Fino memberanikan diri bertanya, meskipun suaranya sedikit ragu.

Ferdi bersandar di kursinya, menopang dagu dengan tangan. Ia menghela napas pelan. "Nggak apa-apa... cuma ngeluarin unek-unek aja."

Adit memiringkan kepalanya. "Unek-unek? Tadi lu ngegas banget, sampe satu kelas diem semua. Itu sih bukan unek-unek, itu bom waktu."

Ferdi mendesah. "Ya... mungkin gue kebawa emosi. Tapi dia tiba-tiba marah, nyalahin gue karena deket sama cewek lain. Padahal... dia sendiri yang selalu jaga jarak sama gue, nolak gue mentah-mentah. Sekarang gue deket sama orang lain, malah jadi masalah."

"Wah..." Bayu hanya bisa mengangguk. "Berarti udah lumayan dalem ya obrolan tadi."

"Enggak juga," Ferdi tersenyum miris. "Gue cuma ngomong apa yang udah gue tahan lama banget. Gue capek. Kayak... selama ini gue yang ngejar, gue yang peduli, tapi dia terus ngejauh."

Aldi bersandar sambil mengunyah gorengan, "Mungkin sekarang baru dia sadar perasaannya. Tapi dia bingung cara ngungkapinnya."

"Terserah dia deh," Ferdi menatap kosong. "Gue cuma pengen hidup tenang. Gak dikejar bayangan orang yang gak pernah mau terbuka."

Mereka semua terdiam. Fino menepuk pundak Ferdi pelan. "Santai, Fer. Kita temen lu bukan cuma buat ketawa-ketawa, tapi juga buat dengerin."

"Thanks, bro," balas Ferdi, akhirnya tersenyum sedikit.

Mereka lanjut makan, suasana sedikit mencair meski masih ada sisa-sisa ketegangan. Ferdi menatap ke luar jendela kantin, langit sudah cerah. Tapi di dalam hatinya, badai baru saja berlalu... dan entah kapan datang lagi.

"BTW, kok lu pada bisa tau gue tadi ngegas di kelas?" Ferdi menatap mereka curiga. "Bukannya kalian kabur duluan ke kantin?"

Adit cengengesan. "Ahaha… tadi kita nanya ke anak kelas lu yang dateng belakangan."

"Hah…" Ferdi menghela napas berat. "Hebat ya, gosip menyebar lebih cepat dari kecepatan cahaya."

Belum sempat suasana tenang, Aldi langsung nyeletuk, "Eh, Fer. Jadi gimana tuh cewek tadi pagi?"

"Iya, yang barengan jalan ke sekolah," sambung Adit, matanya menyipit curiga.

Namun tiba-tiba Fino mengangkat tangan, memberi isyarat, "Oi, diem bentar!" bisiknya lirih. "Liat ke samping, pojok kantin."

Mereka semua menoleh secara refleks mengikuti arah pandangan Fino.

Tampak seorang gadis dengan rambut hitam yang dikuncir kuda duduk tak jauh dari mereka. Mata ungunya yang jernih seperti amethyst tampak berkilau saat terkena pantulan cahaya dari jendela. Auranya tenang, tapi jelas berbeda. Terlalu mencolok untuk tidak diperhatikan.

"Oi… itu cewek yang bareng lo tadi pagi, kan, Fer?" bisik Fino dengan nada penasaran.

Ferdi ikut menoleh.

Dan saat itu juga, Lisa yang merasa dirinya sedang ditatap ikut menengok ke arah mereka. Begitu tatapannya bertemu dengan mata Ferdi, wajahnya langsung memerah. Seketika ia memalingkan muka, pura-pura sibuk dengan makanannya.

"WOI, woi woi woi!" Aldi langsung menepuk meja. "Itu apa barusan?!"

"Gue liat sendiri tuh! Mukanya merah kayak kepiting rebus!" Adit ikut heboh.

"Eh, Fer, semalem lo apain dia?!" Fino ikut menekan.

Ferdi sudah mulai memijat pelipisnya, merasa otaknya mendidih oleh pertanyaan-pertanyaan tak berkesudahan.

"BERISIK!" bentaknya akhirnya. "Nggak ada apa-apa! Titik!"

Seketika ketiga temannya terdiam, kaget dan sedikit meringis.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Ferdi langsung berdiri, dan pergi dari kantin dengan langkah cepat dan ekspresi kesal. Meja mereka mendadak terasa kosong, bukan karena Ferdi pergi, tapi karena atmosfernya ikutan ditarik keluar bareng dia.

Fino menatap dua temannya, "Yah... kita kebanyakan bacot."

Adit garuk-garuk kepala. "Tapi... curiga banget sumpah."

Aldi mengangguk pelan. "Gue yakin... ada sesuatu."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Lisa menatap punggung Ferdi yang menjauh dari kantin, langkahnya cepat dan terlihat jelas, dia sedang kesal.

Tangan Lisa sedikit gemetar. Hatinya ikut berdebar, bukan karena takut... tapi karena bingung.

Kenapa aku merasa bersalah?

Padahal, dia tak berkata apa-apa. Hanya memalingkan muka karena malu. Tapi entah kenapa, wajah Ferdi tadi... terlihat begitu lelah. Seperti seseorang yang sedang mencoba menahan sesuatu agar tidak pecah di depan orang lain.

Lisa menunduk, menggenggam tangan di pangkuannya.

Apa gara-gara aku... semuanya jadi tambah rumit?

Matanya menatap piring di hadapannya, makanan yang sejak tadi belum disentuh. Nafsu makannya hilang. Suara di sekitarnya memudar, hanya suara pikirannya sendiri yang makin nyaring.

Aku... cuma numpang berteduh.

Tapi kenapa rasanya jadi seperti ini?

Lisa menghela napas pelan, mencoba mengusir segala gejolak yang membelenggu dadanya.

Namun, satu hal yang dia tahu pasti, satu kalimat yang tak bisa dia bohongi pada dirinya sendiri:

"Aku tidak ingin melihat dia pergi dengan perasaan seperti itu."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Sementara itu, Ferdi melangkah keluar dari kantin, melewati koridor yang kini mulai dipadati siswa. Suaranya ramai, tapi kepalanya... sepi.

"Apa aku terlalu keras tadi?" gumamnya, setengah pada diri sendiri.

Ia berhenti sejenak di pinggir koridor, menatap ke luar jendela.

Angin sepoi menerpa wajahnya, sedikit membantu meredakan panas di dada. Tapi itu tak cukup.

Hari ini, pikirannya benar-benar kacau.

Yuka... Lisa... teman-temannya... semua terasa membebaninya di waktu yang sama.

Kenapa semuanya terasa berat hari ini?

Lalu ia menyandarkan kepala ke dinding, menutup mata.

Dan dalam kesunyian sesaat itu, bayangan wajah Lisa yang memerah karena malu... lalu suara Yuka yang menahan tangis... semuanya berputar lagi di pikirannya.

"Huft..."

Ferdi berdiri lagi. Kepalanya masih berat, tapi setidaknya... sekarang dia tahu satu hal.

Dia harus bicara baik-baik. Dengan mereka berdua.

Tapi... dia juga tahu, itu tak akan semudah yang dia kira. Akhirnya ia berjalan menuju ke taman untuk menenangkan diri sambil menerima tiupan lembut angin.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di kantin, Lisa tiba-tiba berdiri dari kursinya.

"Eh? Kenapa, Lis?" tanya salah satu temannya dengan alis terangkat, kaget melihat gerakan mendadak itu.

"Maaf, aku ada perlu bentar," ucap Lisa singkat, sebelum langsung berbalik dan berjalan keluar dari kantin.

Kedua temannya saling berpandangan. Keheningan singkat di antara mereka hanya bertahan satu detik sebelum salah satunya berkata,

"Mencurigakan, gak sih?"

Entah telepati, insting pertemanan, atau keahlian membaca drama remaja, mereka berdua langsung mengangguk bersamaan.

Tanpa satu kata lagi, keduanya langsung bangkit dari tempat duduk dan mulai menguntit Lisa diam-diam dari belakang.

.

.

.

Sementara itu, di sisi lain kantin, para sahabat Ferdi juga memperhatikan gerak-gerik itu.

"Eh! Liat tuh!" Aldi menunjuk ke arah pintu keluar, matanya menyipit. "Itu kan si cewek tadi! Lisa, ya?"

"Dan itu... dua temennya ngikutin dari belakang! Wuih, ini kayak adegan film!" Adit ikut berseru, matanya berbinar-binar.

"Kayaknya bakal ada drama nih!" tambahnya, semakin antusias.

"Udah, tunggu apa lagi? Gas kita juga ikut!" Fino langsung berdiri dari kursi, semangat membara seperti wartawan infotainment yang mencium bau gosip panas.

Namun tiba-tiba Bayu, si paling kalem dan logis di antara mereka, angkat suara, "Bukannya lebih baik kita nggak ganggu dia sekarang?"

Aldi menoleh dengan ekspresi skeptis. "Halah, kau juga penasaran, kan, Bay?"

Bayu mendesah, tapi tak menyangkal. "Yah... penasaran juga sih. Tapi aku ga ikutan kali ini. Si Ferdi kayaknya butuh ruang sendiri."

"Yaaa udah, kita aja yang pergi, tunggu apalagi?!" Fino udah nggak sabar, dia melangkah duluan keluar dari kantin.

Dan seperti sudah diatur alam semesta, satu persatu dari mereka ikut juga, rombongan bocah SMA yang haus akan drama pagi hari.

1
Saiful Anwar
jadi Ferdi itu vampir. tunggu, jika dia vampir, apa itu setengah vampir/vampir murni?? tapi kok Ferdi baik" ajah saat terkena sinar matahari.
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
asekk di ulti
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
ini ilusnya pake ai kan? gimana caranya biar kek gtu?
Katsumi: yah di ketik di prompt
total 1 replies
Saiful Anwar
kalau Yuka tau si Ferdi udh punya tunangan bisa marah+cemburu=patah hati
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
oh wow, akhirnya ada pov 1🗿
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
pake nanya🗿
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
jdi keinget yg di yumemiru🗿
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊: tpi bagus sih, bikin keinget jdi pen nonton ulang 🗿
total 1 replies
ꪱׁׁׁׅׅׅᥴհíᥒ᥆ׅ꯱ꫀׁׅܻ݊
dari ferisu jadi ferdi🗿suka bet huruf 'f' keknya
Katsumi: Gak tau, pengen aja
total 1 replies
Saiful Anwar
darling??
kayaknya bertambah saingannya
Mizuki
Temen w yang namanya ferdi terakhir kali bilang gini ke cwek random hasilnya malah kena gampar
Katsumi: wkwkwkw
total 1 replies
Mizuki
scene ngompori temen dari dulu emang jadi template banget😑
Mizuki
Menyelam sedalam Palung Mariana demi Loli
Mizuki
masih menyelam
Mizuki
Langsung saja, yandere, loli, ama tsundere bab berapa?
Mizuki: btw, ini si Yuka gak ada di cover gak sih, w baca di awal-awal gak ada deskripsinya, kek npc banget daripada penggerak plot awal🗿
total 1 replies
bysatrio
jadi, mulai masuk fantasinya? vampir? mereka berlima? apa sama cewek²nya juga nanti?
Katsumi: iya masuk kayak siluman, iblis dan malaikat
total 1 replies
Saiful Anwar
lah ini baru prolog nya? gua kira udah mulai.
Katsumi: iya masih prolog itu v;
total 1 replies
Saiful Anwar
Hhmm saya mencium aroma misteri
bysatrio
apakah ada konflik lain yang sempat terlupa,
Saiful Anwar
dari alurnya hina dan Ferdi kayaknya teman masa kecil
ラマSkuy
nah kan udah kaya ibu ibu aje ngerumpi, akhirnya didatangin langsung sama yang dirumpiin kan🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!