Berfokus pada Kaunnie si remaja penyendiri yang hanya tinggal bersama adik dan sang mama, kehidupannya yang terkesan membosankan dan begitu-begitu saja membuat perasaan muak remaja itu tercipta, membuatnya lagi dan lagi harus melakukan rutinitas nyeleneh hanya untuk terbebas dari perasaan bosan tersebut.
tepat jam 00.00, remaja dengan raut datar andalannya itu keluar dan bersiap untuk melakukan kegiatan yang telah rutin ia lakukan, beriringan dengan suara hembusan angin dan kelompok belalang yang saling sahut-sahutanlah ia mulai mengambil langkah, Kaunnie sama sekali tidak menyadari akan hal buruk apa yang selanjutnya terjadi dan yang menunggunya setelah malam itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yotwoattack., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BI BAB 11 - Intel dadakan.
Aku berangkat ke sekolah dengan raut satu kali lebih datar dari biasanya. Dengan jaket pink kebanggaan dan dengan botol Tupperware berwarna senada, benar-benar penampilan biasa ketika aku berangkat ke sekolah.
Alisku berdiri tegak dengan sorot penuh tekad, oke! Sudah ku putuskan bahwa aku akan membantu pria tinggi besar itu.
"Dee!! Kakak berangkat duluan," ujarku sembari mengeluarkan sepeda. Ah iya, aku berangkat jauh lebih pagi dari biasanya, ada sesuatu yang harus ku pastikan.
Di perjalanan aku tidak henti-hentinya memikirkan si pria tinggi besar. Apa yang terjadi padanya? Entahlah, namun sepertinya ia sangat perlu bantuan. Kenapa aku mau-mau saja membantunya? Ada dua alasan. Alasan pertama karena aku dilibatkan didalam mimpi, Alasan kedua karena ia anak orang kaya.
Tidak, aku tidak matre.
Aku hanya sedikit... mengharapkan imbalan?
'stoberi mangga lemon, harus berhasil dong come on!!~'
Setelah menempuh perjalanan yang tidak terlalu lama, akhirnya sepedaku mulai berhenti di depan sebuah rumah mewah yang berdiri begitu bergengsi ditengah-tengah rumah lainnya.
Ah, ini seperti bukan hanya sebuah rumah melainkan.. RUMAH? Entahlah, intinya ini bangunan terluas dan terbesar diantara rumah-rumah biasa lainnya.
'bener ini rumahnya?'
Tadi malam aku sudah sedikit mengorek informasi tentang latar belakang si pria tinggi besar tersebut. Beberapa puluh menit setelah aku mengalami mimpi yang ku yakini itu bukan mimpi biasa melainkan sebuah pertanda, aku mulai menjadi Intel dadakan.
Kucari segala informasi tentang si pria tinggi besar yang ternyata ia adalah anak seorang pengusaha terkemuka. Bakal lumayan nih.
Hoho~
Ipan Sebastian Clop. Nama si pria tinggi besar. Ia anak satu-satunya di keluarga Clop. Alias, ia adalah anak sulung.
Sedikit informasi tentang keluarga Clop, keluarga Clop adalah keluarga entah berantah yang sejak beberapa tahun terakhir nama keluarganya selalu tersohor juga menjadi sorotan. Entahlah, yang jelas mereka orang kaya baru.
Eh, sebenarnya tidak terlalu baru-baru amat juga si.. lima tahunan itu masih bisa dibilang orang kaya baru gak?
Au ah! Orang kaya baru atau orang kaya lama sama saja. Seng penting orang kaya!
Ku pandangi cukup lama gerbang setinggi sepuluh kaki yang berdiri begitu kokoh di depanku. Aku tidak berniat nekat untuk masuk tapi aku akan mengamati situasi dulu.
"Ngapain kamu." Seseorang berwajah sangar dengan seragam hitam mengejutkanku dengan kemunculannya yang tiba-tiba.
Cepat-cepat aku merubah mimik wajahku yang datar menjadi melas. "Rumahnya besar sekali pak, aku mau banget punya rumah besar kayak gini.." ujarku pelan.
Walaupun bodoh di pembelajaran, aku sangat pintar dalam bersandiwara.
Aku jagonya akting.
Pria berseragam dengan wajah tegas itu memandangku lamat sebelum membuka mulutnya untuk berkata. "Kamu Kaunnie?"
Deg!
Pertanyaan itu sontak membuatku terbelalak. Bagaimana si panjul ini bisa tahu?!!
"Kaunnie siapa pak? Nama saya Sekar." Ujarku sangat natural berakting.
Pria berseragam dengan wajah tegas mendatarkan wajahnya. Ia mengeluarkan aura yang seolah-olah ingin menelanku hidup-hidup. Kampret. "Jangan berbohong. Nametag mu saja Kaunnie." Ujarnya yang langsung membuatku menepuk dahi.
Goblok!
...(( MissThor : hadeh ))...
Aku berusaha untuk tetap tenang walau didalam sana sedang dag dig dug serr bak acara dangdutan dengan sepuluh biduan. "Yasudah kalau gitu saya permisi dulu pak, mari." Ujarku dengan nada sedikit gemetar.
Aku hampir mengayuh sepeda untuk beranjak dari sana namun si pria berseragam mencekal lenganku.
"Ikut saya." Ujarnya mutlak.
Emoh! Urusanku bukan kepada penjaga sangar ini melainkan pada Sebastian.
Aku berusaha melepaskan cekal an yang sepertinya hampir mematahkan lenganku yang kurus. Aku meringis, aduh.. aku benci pria tua yang kasar.
Aku hampir berdiri dari sepeda namun suara bentakan pria yang familiar menghentikan aksiku.
"LEPASIN DIA!!"
Rama keluar dari mobil lalu berteriak penuh emosi. Baru kali ini aku mendengarnya berteriak semengerikan itu. Ia melotot garang lalu ia pandang tajam pada tangan si pria berseragam yang mencekal lenganku.
Rama turun dari mobil lalu menghampiri kami dengan langkah cepat. Ia menyentak tangan si pria berseragam lalu menarik ku untuk berlindung ke belakangnya.
"Siapa kamu? Jangan ikut campur." Ujar si pria berseragam yang membuat nafas Rama semakin memburuh karena amarah.
"Dia adik saya." Ujar Rama penuh penekanan. Tangannya melingkar posesif di bahuku.
Pria berseragam terdiam. Ia menatapku lalu kembali menatap Rama datar. "Jaga dia, sekali lagi saya melihatnya berada di kawasan keluarga Clop. Ia akan tamat. Saya sendiri yang akan menghabisinya." Ujar pria berseragam enteng seolah nyawa manusia adalah kuaci seribuan.
Waduh.. mendapati Rama yang semakin emosi tentu membuatku semakin kelabakan. Kupeluk punggung Rama dari belakang dengan kedua kaki yang sedang berjuang mati-matian untuk menahan pria jangkung itu.
Rama hampir meledak, kupegang lengannya lalu kutatap ia sembari menggelengkan kepala ribut. Aku hanya tidak ingin si guru pjok kesayangan sekolahku ini terlibat perkelahian yang akan membuat wajah tampannya bonyok.
Rama mendengus, ia sempat menatapku agak sinis sebelum membuang nafas panjang. "Siapa menghabisi siapa. Anda tidak akan bisa berbuat apa-apa. Dan kalau anda senekat itu, maka saya sendiri yang akan duluan menghabisi anda." Tajamnya dengan pandangan yang bergulir pada pria tua Bangka kasar. Huh, beres.