Devan Ganendra pergi dari rumah, karena iri dengan saudara kembarnya yang menikah dengan Dara. Karena dia juga menyukai Dara yang cantik.
Ia pergi jauh ke Jogja untuk sekedar menghilangkan penat di rumah budhe Watik.
Namun dalam perjalanan ia kecelakaan dan harus menikahi seorang wanita bernama Ceisya Lafatunnisa atau biasa dipanggil Nisa
Nisa seorang janda tanpa anak. Ia bercerai mati sebelum malam pertama.
Lika-liku kehidupan Devan di uji. Ia harus jadi kuli bangunan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bersama Nisa.
Bagaimana penyelesaian hubungan keluarga dengan mantan suaminya yang telah meninggal?
Atau bagaimana Devan memperjuangkan Nisa?
Lalu apakah Devan menerima dengan ikhlas kehadiran Dara sebagai iparnya?
ikuti kisah Devan Ganendra
cusss...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon si ciprut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pak Mertua
Hari Minggu pagi hari, di depan rumah mas Hasan terlihat begitu ramai. Entah ada apa di depan rumah tersebut.
Nisa kembali tertidur setelah sholat subuh tadi. Ia kelelahan karena pertempuran panasnya dengan Devan sang suami.
Devan yang mendengar, seperti adu mulut di depan rumah mas Hasan pun keluar kamar.
"itu mas Hasan dengan siapa?, pagi-pagi sudah berantem!" Dengus Devan sebal, karena tidur nyenyak nya terganggu.
Devan sedang menikmati indahnya tidur berpelukan dengan istrinya itu. seakan sudah ga mau di ganggu.
Devan akhirnya melihat siapa gerangan pagi-pagi sudah adu mulut.
"Nah ini nih!, katanya menantu tapi mertuanya engga di anggep!" Celoteh seorang lelaki tua, berkisar usia kepala enam.
Devan tahu jika itu ayah mertuanya, kemudian mendatanginya bermaksud untuk berjabat tangan takzim selayaknya menantu terhadap mertua.
"Ngopo!" Suaranya sangat ketus, mengabaikan tangan Devan yang sudah maju ke depan. Devan pun cuma garuk-garuk kepalanya.
"Harusnya kamu sebagai menantu itu kasih sesuatu terhadap mertuamu ini. Jangan cuma ambil anaknya tanpa meninggalkan sesuatu ke mertuanya!" Ucap pak Sabar Mustafa kepada Devan.
"Maksudnya apa ya pak?" Tanya Devan tidak mengerti.
"Wes Van, rasah di gugu. Emang begitu orangnya. Ga usah di denger!" Ucap Mas Hasan kepada Devan.
Mungkin maksudnya sang mertua itu minta duit Van, jadi bilangnya begitu.
"Kamu sudah ambil anak perempuanku. Sekarang kamu harus kasih uang kepada mertuamu ini!"
"Berapa pak?" tanya Devan memang kalau hal kayak gini begitu polos. Apalagi orang di depannya adalah mertua. Ayah Nisa.
"Lima juta!" ucapnya lebih keras daripada sebelumnya.
"Jenengan adol anak pak?" tanya Mas Hasan kepada pak Sabar, bapaknya.
"Yo enggak!, Nisa kan sudah di nikahin sama dia. Yo dianya ini harus setor ke bapaknya. Jangan cuma ambil-ambil saja!" Teriaknya kembali.
Sehingga perkataan itu membangunkan Nisa yang tertidur pulas.
"Oh aku masih di anggap anak pak?" Ketus Nisa yang baru keluar dari pintu rumah.
"Weladalah!, anak ga tahu di untung!" Ucap Pak Sabar. "Coba kamu itu jadi istrinya Wondo. Bapak engga bakal miskin!, lah kamu malah mau-maunya kawin sama cah cilik kayak gini. Mau dikasih makan apa kamu?" Ucapnya ketus.
"Lima juta kurang engga pak?" Devan mencegah omongan bapak mertuanya dengan mengalihkan pembicaraan.
"Lha kamu lima juta aja engga punya kok, masih bilang kurang apa engga!" Ucapnya.
Devan yang mendengar itu bergegas masuk ke dalam rumah, namun di cegah oleh Nisa.
"Mas!, ga usah di denger!, orang paling juga habis buat main judi!" Ucap Nisa, namun Devan mengabaikannya. kemudian masuk ke dalam rumah.
Entah filling apa yang Devan rasakan. Semalam bisa-bisanya ambil uang sepuluh juta di ATM. Tapi memang kepikiran sepedanya Nisa yang rusak dan ingin membelikannya.
Namun berhubung orang yang mengaku mertua itu minta uang, Devan mengurungkan niatnya untuk membelikan sepada untuk Nisa.
Devan kembali keluar rumah. Kemudian menyerahkan uang sepuluh juta kepada mertuanya itu. Devan engga mau ribut masalah beginian. Hingga tetangga pada dengar apalagi pagi-pagi begini.
"Mas!" Panggil Nisa kepada Devan.
"Van, jangan turutin!" Ucap mas Hasan.
Namun Devan tetep kekeh memberikan uangnya kepada sang mertua.
"Iki Piro?" Ucapnya tanpa melihat tebalnya uang yang diterima.
"Sepuluh juta cukup?" Tanya Devan kepada mertua.
"Lah sugih men Kowe le?, Nyolong dimana?" Ucapnya.
"Engga nyolong pak!, itu tabungan saya buat Nisa!, pakai aja pak. Terserah mau buat apa?" Ucap Devan kemudian mengajak Nisa pindah dari halaman rumah.
"Maling ya kamu!" Teriaknya kepada Devan, namun bapak mertuanya itu bergegas pergi meninggalkan rumah Mas Hasan.
Mas Hasan menggelengkan kepala, apalagi melihat Devan sangat royal kepada bapaknya.
"Van!, Van. Di bilangin jangan di kasih. Paling buat main judi di pasar!" Ucap mas Hasan kepada Devan.
Devan tidak menggubris. Sebab uang segitu mah tidak ada apa-apanya bagi Devan.
"Sesekali mas!" ucap Devan. "Aku belum kenal baik sama bapak. Misal buat judi semoga itu judi terakhir!" ucapnya santai.
Tentu saja mas Hasan tak menyangka dengan ucapan dari Devan. Ada suatu hal yang mungkin belum pernah ia lakukan kepada bapak kandungnya itu. Kadang ucapan adalah doa, bertobat.
.
.
Nisa jalannya agak beda pagi ini, membuat mbak Jannah sejak tadi menatap Nisa.
"Nis!, Hayoooo....!!"
Mbak Jannah sepertinya paham hal ini. Namun ia menggoda terus, Nisa.
"oposih mbak?" Sahut Nisa kemudian duduk di bangku ruang makan.
"Wes ya?" Tanya Mbak Jannah.
"Apanya yang udah?" Tanya Nisa polos, seakan-akan engga paham dengan ucapan kakaknya, dan menghindari pertanyaan lanjutan mbak Jannah.
"Tuh!, jebol!"
"Hais!, Ojo sero-sero!" Sahut Nisa sambil menunduk malu. Benar memang perkataan mbak Jannah. Cuma mau mengakuinya itu yang tidak bisa di ungkapkan.
"Enak Yo?" Ucap mbak Jannah sambil melirikkan matanya yang sangat maut.
"Opo sih mbak?" Sahut Nisa masih menahan senyum. Malu lah, jika bicara blak-blakan kepada mbak Jannah. Apalagi mbak Jannah orangnya ga bisa ngerem omongan.
"Berapa kali!" Tanyanya lagi.
Haisss, sampai tanya berapa kali. Kan lebih bingung menjawab.
"Berapa Nis?, empat kali atau lima. Apa cuma sekali kamu nyerah." Ucapnya sambil mengulum senyum.
"ga yaaaa...!" Sahut Nisa kini sudah mode jengkel, matanya melirik ke arah mbak Jannah. Tapi pipinya langsung memerah.
"Tebakanku empat kali!"
"Hais apa coba!, sampai dihitung segala!" Sahutnya malu.
"Malem ah-uh kok, berapa kali tuh?, tiga. Terus pagi sekali!, Hayoooo...!!"
"Mbak...!!"
"Ughhh....ah..mas..!" Goda mbak Jannah membuat Nisa melotot karena ucapan mbak Jannah.
"Males ahh sama mbak!" ucap Nisa kemudian berdiri dan meninggalkan mbak Jannah.
"ughhh...ahh..mas...ihhh...!!"
"MBAK JANNAHHH.....!!!"
"Mlakune megal-megol begitu. Habis di antup tawon ganas!"
"MBAKKKK JANNNAAAHH....!!"
Teriak Nisa malu. Ternyata mbak Jannah mendengarnya semalam. Duh Nisa, Nisa!
Mbak Jannah tertawa terbahak-bahak melihat adik iparnya yang habis ia kerjain.
"Oh ya Nis!, mbak mau tanya?" Teriak mbak Jannah agar di dengar oleh Nisa yang sudah masuk kamar.
"Apalagi sih?" Ketus Nisa sambil menyembulkan kepalanya dari balik pintu.
Mbak Jannah menghampiri Nisa.
"Itu Evan punya duit segitu dari mana?" Tanya mbak Jannah kepada Nisa.
"Semalam kan ambil di ATM!" Sahut Nisa.
"Banyak banget!"
"Ga tahu!" Sahut Nisa sambil mengangkat kedua bahunya.
"Wah jangan-jangan suamimu itu orang kaya Nis!, yang nyamar jadi kuli bangunan!"
"Kebanyakan baca novel online ya begitu mbak. Di banding-bandingin." Sahut Nisa ketus.
"Serius ini Nis!, coba pikir sendiri ya?, kalau di ATM engga bisa ngambil uang sepuluh juta dalam sehari, apalagi kalau seperti kita-kita gini. Itu berarti kartunya beda!" Jelas mbak Jannah kepada Nisa.
"Iya ya!"
"Nah Yo!, jangan-jangan!" ucap mbak Jannah Nisa malah kini penasaran dengan ucapannya mbak Jannah.
" Ga tahu juga sih, kemarin aku pingin ketemu sama budhenya di Jogja. Biar kenal sama keluarganya gitu. Tapi dia belum mau!" ucap Nisa.
Sebenarnya hati Nisa masih banyak ingin tahu tentang Devan. Mungkin harus sabar dulu. Apalagi Nisa sudah menyerahkan seluruh hidupnya untuk Devan.
.
.
.
BERSAMBUNG
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
ibu tirinya, Nisa???
lanjut thor ceritanya
lanjutkan
jadi semangat bacanya deh
kog bisa2nya kek gitu
kan mayan ada devan yg jadi jaminan
cwek tuh perlu bukti ucapan juga lhooo
pokoknya yg bilang habiskan semua nya 😅😅😅😅