Kisah sepasang CEO yang merintis bisnis mereka dari nol dan pernah berkecimpung di dunia bawah, keduanya memiliki masalah dengan keluarga dan hubungan toxic mereka masing masing sehingga mereka sulit untuk mempercayai orang orang di sekitar mereka.
Mereka menggunakan dua nama, nama untuk di dunia bisnis sebagai CEO dan nama untuk kehidupan pribadi mereka. Mereka juga memilih hidup sederhana dan mengerjakan pekerjaan yang menjadi hobi mereka. Namun keduanya ternyata tinggal di sebuah apartemen dan unit mereka persis bersebelahan.
Tanpa mereka sadari, mereka ternyata klik dan saling jatuh cinta, namun mereka memakai identitas kehidupan pribadi mereka, tanpa mengetahui sisi kehidupan bisnis mereka satu sama lain walau perusahaan mereka bekerja sama. Walau saling mencintai, keduanya menyimpan rahasia terhadap satu sama lain sampai terbongkar suatu hari nanti.
Akankah mereka bahagia atau malah sebaliknya ?
Genre : Urban, fiksi, komedi, drama, sedikit action, psikologi
100% dewasa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 11
Sofia duduk di depan Ethan, selama beberapa saat mereka tidak bicara apa apa, Sofia terlihat grogi sedangkan Ethan terlihat santai sambil menoleh melihat keluar jendela. Sofia membuka kacamata hitam nya dan mengambil tas tangannya, dia membukanya kemudian menarik keluar sebuah amplop uang berwarna coklat dari dalam tas nya. Dia menaruhnya di meja kemudian mendorongnya ke depan Ethan yang sekarang sudah melihat ke arah Sofia.
Ethan mengambil amplop nya kemudian membukanya, di dalam ada dua buah foto, pertama foto seorang gadis cantik berambut hitam sebahu yang memakai setelan blazer dan foto kedua seorang pemuda tampan dengan setelan jas putih berdasi biru dan senyum yang bisa membuka selangkangan wanita dengan cepat. Selain kedua foto itu, ada juga selembar cek dengan nilai $ 50.000,-.
“Aku ingin kedua orang di foto itu di enyahkan, cek itu adalah uang muka untuk pekerjaan mu,” ujar Sofia.
“Hmm sebelum aku menerima pekerjaan ini, tolong jelaskan motif anda kenapa anda ingin mengenyahkan kedua orang ini,” ujar Ethan sambil menyalakan recorder smartphone yang dia letakkan di kursi dan tidak terlihat Sofia.
Sofia langsung mengatakan kalau foto gadis cantik itu adalah anak angkat nya yang bernama Lily Chen dan foto pemuda tampan itu adalah tunangan nya yang bernama Brady Herrison. Alasan dia ingin mengenyahkan kedua orang itu karena dia ingin membalas dendam atas kematian suaminya yang menurut nya di bunuh oleh tunangan sang anak angkat yang merupakan seorang mafia atas permintaan sang anak angkat karena ingin menguasai harta ayah nya untuk biaya pernikahan mewah nya.
Sofia bercerita sambil pura pura menangis dan memperlihatkan kalau dirinya sedang di landa duka yang mendalam karena kehilangan suami tercinta. Ethan hanya menatap kedua foto yang di angkat nya dengan santai dengan wajah tanpa ekspresi,
“Saya mengerti, nama suami anda Anthony Chen ? CEO perusahaan kontraktor dan commercial real estate yang meninggal dua bulan lalu ?” tanya Ethan.
“Benar, mereka yang membunuh suami saya dan menyamarkan nya sebagai kecelakaan di tempat kerja seperti yang di sampai kan di berita,” jawab Sofia.
“Hmm begitu,” balas Ethan.
Ethan terdiam sejenak dan membuat Sofia yang duduk di depannya semakin grogi. Tapi setelah itu, Ethan kembali memasukkan kedua foto dan cek yang ada di meja ke dalam amplop, kemudian dia mendorong kembali amplopnya ke hadapan Sofia yang sekarang terlihat bingung,
“Apa maksud anda ? anda tidak mau mengerjakan permintaan saya ?” tanya Sofia.
Tanpa bicara apa apa, Ethan mengambil smartphone nya dan membuka email dari Brad yang di kirim oleh Brad sebelumnya, dia menyodorkan smartphone nya ke depan Sofia agar Sofia membacanya. Wajah Sofia langsung berubah menjadi pucat pasi karena ketakutan, Ethan dengan santai menjulurkan lengannya dan menggeser email, dia memperlihatkan kepada Sofia kalau dirinya lah yang mengirim email kepada Sofia menawarkan jasa hitman untuk membunuh kedua orang yang menjadi target nya. Sofia langsung berdiri tergesa gesa, tapi “sreeek,” tiba tiba seluruh jendela di dalam restoran tertutup dengan tirai.
Sofia menoleh ke arah pintu dan melihat sang pelayan dengan santai menarik tali tirainya agar menutup sekaligus membalik tanda di pintu nya. Sofia yang ketakutan langsung melihat Ethan di depannya,
“Apa maksud semua ini, kamu menjebak.....” ucapan Sofia terhenti karena melihat Ethan sudah mengarahkan pistol ke keningnya.
“Dub,”
“Bruaaaaak,”
Belum sempat Sofia bereaksi, peluru sudah melubangi keningnya dan tubuhnya langsung ambruk menimpa meja kemudian jatuh ke lantai. Sofia pun tergeletak tidak bergerak lagi, Ethan kembali duduk dengan santai, sang pelayan datang membawa nampan berisi makanan berupa burger besar, kentang goreng, mac and cheese dan segelas minuman bersoda, dia meletakkan nya di meja dan menoleh melihat Ethan sambil tersenyum,
“Silahkan di nikmati hon,” ujar sang pelayan.
“Terima kasih,” balas Ethan tersenyum.
Ethan langsung mengambil kentang gorengnya dan melihat tubuh Sofia yang tergeletak di bawah nya,
“Lain kali tolong jujur bu Sofia, motif mu yang sebenarnya adalah mengambil perusahaan dan harta warisan nya, tapi tidak bisa karena surat wasiat nya mengatakan kalau suami mu yang kamu bunuh menggunakan racun ikan buntal dan menyamarkannya sebagai kecelakaan di tempat kerja dengan meletakkan jasadnya di bawah tumpukan batu bata, memberikan semua warisan nya kepada anak perempuannya, di tambah calon menantu mu adalah mafia yang berkuasa di kota ini dan sudah jelas tidak mau mendengarkan bualan mu, benar kan bu Sofia, (sadar) ngapain juga aku ngomong sama orang mati,” ujar Ethan santai sambil mulai makan siang nya.
Tak lama kemudian beberapa pria bertubuh besar yang memakai pakaian seperti petugas kebersihan dan memakai masker, masuk melalui pintu belakang. Mereka langsung memasukkan tubuh Sofia ke dalam kantung mayat dan membawanya, beberapa orang langsung membersihkan lantai seluruh restoran dengan tergesa gesa. Seorang pria membersihkan meja di depan Ethan yang terciprat oleh tetesan darah ketika peluru masuk ke kening sampai Ethan harus mengangkat nampan makanan nya sebentar dan menaruhnya kembali.
“Tap,” seseorang memegang pundak Ethan kemudian duduk di sebelahnya, Ethan menoleh melihat siapa yang duduk di sebelahnya,
“Tugas beres,” ujar Ethan.
“Sip, makasih ya, sekarang aku dan Lily bisa menikah dengan tenang,” ujar Brad.
“Ya, selamat atas pernikahan nya,” balas Ethan santai.
Brad mengangkat tangannya kepada pelayan, sang pelayan pun mengangguk dan mengangkat ibu jari nya ke atas. Setelah itu dia menghilang masuk ke dalam dapur,
“Aku berencana memajukan tanggal pernikahan nya jadi dua minggu lagi, kamu datang ya,” ujar Brad.
“Malas, dari lima bulan maju menjadi 2 minggu, drastis,” balas Ethan sambil mengunyah.
“Yah, aku sudah tidak punya orang tua, sekarang Lily pun sama, jadi mau apa lagi, kenapa kamu malas datang ? ga ada pasangan ya, cari dong, punya duit buat apa,” ujar Brad meledek.
“Kamu kan tahu tahu aku baru saja mengalami apa, tolong deh jangan meledek,” balas Ethan.
“Ya aku tahu, kamu masih sakit hati dan belum bisa move on, tapi ga boleh gitu juga kan,” balas Brad.
“Bukannya ga bisa move on, tapi mau sendirian dulu sebentar, baru aja bebas, lagian surat cerai nya belum final kan,” ujar Ethan.
“Hmm...surat cerai kan hanya surat nya saja, kamu sudah bercerai, gimana kalau sama bu Emily yang kemarin itu saja, dia teman Lily dan sangat mandiri, tidak seperti wanita lain, menurut Lily dia juga masih single, pernah menikah dan bercerai juga,” ujar Brad.
“Hah...mana bisa begitu, kita bekerja sama secara profesional, aku tidak mau mencampuri urusan bisnis dan pribadi,” ujar Ethan.
“Loh bukannya malah kuat ya kalau berbisnis bersama sama, aku dan Lily juga begitu, dia punya kantor pengacaranya sendiri dan aku punya perusahaan logistik sendiri, kita saling bantu dan perusahaan warisan ayah nya yang mau di ambil perempuan tadi, kamu tahu kan aku dan Lily sudah bertunangan selama 9 tahun, sejak awal, kita berdua klik dalam segala situasi,” balas Brad sambil menepuk nepuk pundak Ethan.
“Hmm tidak lah, aku lebih suka menjaga hubungan profesional dengan dia dan jangan bandingkan aku dengan kalian berdua,” ujar Ethan.
“Haaah...ya sudah, terserah kamu, aku sudah menganggap kamu sebagai adik ku sendiri, jadi sebagai kakak yang baik, aku hanya ingin memberi nasihat kepada kamu, Ethan...eh sori Eric,” ujar Brad.
“Ya ya, terima kasih kakak ku yang bawel, Lily mana ?” balas Ethan bertanya.
“Dia di kantornya, dia bilang terima kasih sama kamu dan dia juga mau mengajak kamu minum kapan kapan,” balas Brad.
“Hmm ya sudah, kapan kapan,” ujar Ethan.
“Dia juga sedih tahu kalau teman nya sedang mengalami patah hati yang mendalam hehe,” ujar Brad.
“Hah...siapa juga yang patah hati, fase itu sudah lewat,” balas Ethan.
“Trek,” Brad menoleh melihat sang pelayan menaruh nampan berisi makanan yang sama dengan Ethan. Kemudian keduanya mulai menikmati makanan dengan tenang sementara petugas kebersihan yang sebenarnya adalah anak buah Brad, membersihkan sisa sisa nya. Ethan melirik Brad yang sedang makan di sebelahnya,
“Yah...kalau dia memang maksa aku untuk datang ke pesta pernikahan nya, aku ajak Elena saja, mudah mudahan dia mau,” gumam Ethan di hati nya.