NovelToon NovelToon
Untuk Aldo Dari Tania

Untuk Aldo Dari Tania

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Diam-Diam Cinta / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:649
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah A

Berawal dari pertemuan singkat di sebuah mal dan memperebutkan tas berwarna pink membuat Aldo dan Tania akhirnya saling mengenal. Tania yang agresif dan Aldo yang cenderung pendiam membuat sifat yang bertolak belakang. Bagaikan langit dan bumi, mereka saling melengkapi.

Aldo yang tidak suka didekati Tania, dan Tania yang terpaksa harus mendekati Aldo akhirnya timbul perasaan masing-masing. Tapi, apa jadinya dengan Jean yang menyukai Aldo dan Kevin yang menyukai Tania?

Akhirnya, Aldo dan Tania memilih untuk berpisah. Dan hal itu diikuti dengan masalah yang membuat mereka malah semakin merenggang. Tapi bukan Aldo namanya jika kekanak-kanakan, dia memperbaiki semua hubungan yang retak hingga akhirnya pulih kembali.

Tapi sayangnya Aldo dan Tania tidak bisa bersatu, lantaran trauma masing-masing. Jadi nyatanya kisah mereka hanya sekadar cerita, sekadar angin lalu yang menyejukkan hati.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Belum Resmi

Saat ini perbincangan yang paling seru dan hangat adalah tentang Tania yang memaksa ingin ikut OSIS. Kevin yang notabenenya teman dekat Tania saja tidak menyangka jika gadis itu ingin masuk OSIS. Padahal Tania adalah tipikal orang malas dan sembrono. Dia takut sewaktu-waktu Tania melakukan tugasnya dengan sembrono dan hasilnya menyusahkan banyak orang.

"Gue nggak nyangka serius sama si Tania," ujar Nico dari tempat duduknya.

Keadaan kelas yang sepi karena sebagian siswa-siswi sudah pulang ke rumah membuat Nico bisa bercerita dengan begitu excited.

"Kenapa?" tanya Bima di sampingnya.

"Dia masuk OSIS," ujar Nico.

"Apa? Tania masuk OSIS?" tanya Bima tidak percaya.

Nico mengangguk kuat. "Iya, tanya aja sama si Aldo," ujar Nico menunjuk Aldo dengan dagunya.

Menyadari beberapa tatapan tertuju padanya membuat Aldo mendongak dan menatap teman-temannya satu per satu dengan tatapan bingung.

"Tania masuk OSIS?" tanya Jean.

"Iya," jawab Aldo.

"Terus lo nggak merasa terbebani, Do?" tanya Bima.

Aldo menatap Bima. "Kenapa gue? Harusnya lo yang merasa terbebani," ujar Aldo.

"Dia nggak akan bisa bebanin gue. Karena gue yang akan bebanin dia," ujar Bima dengan tekad yang kuat.

"Nggak akan bisa, keburu lo ditampol sama dia," ujar Nico.

"Udahlah, bukan masalah juga Tania masuk OSIS. Mungkin aja dia mau berubah, 'kan?" tanya Jean menengahi.

"Iya udah, ayo pulang," ujar Aldo menarik lengan Jean.

"Lho, katanya mau ambil flashdisk dulu di ruang OSIS?" tanya Jean.

"Iya, habis itu kita pulang," ujar Aldo.

Jean tersenyum mengangguk sebagai jawaban. Aldo lantas menarik tangan Jean untuk segera keluar, meninggalkan Nico dan Bima berdua di dalam keheningan kelas.

"Gitu ya, kalau udah sama dia yang di sini dilupain. Jahat lo, Do!" ujar Bima.

Alih-alih dia mendapat persetujuan yang sama dari Nico, dia justru melihat pria itu berjalan begitu saja.

"Lo mau ke mana, Nic?" tanya Bima.

Nico menoleh. "Menurut lo?" tanya Nico balik.

"Ketemu Amanda?" tebak Bima.

Nico mengangkat kedua bahunya lalu berjalan meninggalkan Bima. Dia tidak ingin memberikan jawaban yang pasti kepada sahabatnya itu.

"Yaelah, dasar. Mentang-mentang gue jomblo. Lihat aja, besok gue berangkat bareng sama Robby dan Nina," ujar Bima merutuki dirinya.

Dia mendengus kesal. Kedua temannya itu selalu saja memamerkan kemesraan kepada dirinya yang jomlo ini. Bima selalu meratapi nasibnya sendiri.

...******...

"Lo langsung pulang?" tanya Amanda saat dia, Tania, dan Nabilla sedang berkemas untuk pulang.

Tania menggeleng. "Enggak, gue mau ke ruang OSIS dulu," jawab Tania.

"Hah? Ngapain?" tanya Nabilla.

"Gue 'kan sekarang jadi anggota OSIS. Jadi, gue harus sering-sering dong ke ruang OSIS," ujar Tania. "Kali aja 'kan ada info penting," lanjutnya lalu berdiri dengan menggendong tasnya.

"Tapi Tania, lo belum resmi," ujar Amanda.

Tania mengibaskan tangannya seolah tidak peduli. "Ah, tapi Ibu Jihan udah izinin. Gue pergi dulu ya. Dadah," ujar Tania seraya melambaikan tangannya dan bergegas pergi ke luar kelas.

Amanda dan Nabilla sama-sama memperhatikan Tania. Sejak kabarnya yang diterima di OSIS langsung oleh Ibu Jihan, saat itulah Tania tidak henti-hentinya tersenyum pada semua orang.

Belum sempat semenit Tania pergi meninggalkan kelas, gadis itu sudah kembali lagi dengan menampakkan setengah batang hidungnya pada daun pintu.

"Eh, nanti sore pulangnya gue nebeng. Oke?" ujar Tania seraya mengacungkan jempolnya. Lantas tidak ada tanda-tanda Tania yang akan balik lagi karena derap langkah gadis itu terdengar kian menjauh.

Amanda melirik Nabilla yang ada di belakangnya. "Menurut lo apa yang akan terjadi dengan Tania?" tanya Amanda.

"Menurut gue dia bakal dipermalukan," ujar Nabilla.

Amanda mengangguk setuju. "Hm, doakan saja semoga Tuhan memberikan kekuatan hati pada Tania," ujar Amanda.

"Amin."

...******...

Tania berjalan dengan begitu riang. Tidak henti-hentinya dia menebarkan senyumnya, bahkan beberapa orang yang berjalan pulang di lorong menganggap Tania sudah kehilangan akal. Bagaimana tidak, semenjak istirahat dan sampai sekarang gadis itu terus tersenyum riang. Rasanya sangat menyedihkan jika senyum tulus nan riang itu harus pupus karena sebuah kenyataan pahit.

Ruang OSIS di depan mata. Tania bisa mencium aura-aura organisasi kekeluargaan yang merekat. Dia melihat Kevin ada di depan ruang OSIS, berbicara dengan seseorang. Tania mempercepat langkahnya lalu berdiri di depan Kevin setelah orang yang berbicara dengannya berlalu masuk ke dalam ruangan.

"Kak Kevin!" Tania mengentakkan kakinya membuat Kevin terkejut dan refleks menoleh padanya. Kevin sendiri bingung kenapa Tania berada di sini. Terlebih dengan senyumnya yang merekah itu.

"Tania, ada apa?" tanya Kevin.

"Gue 'kan anak OSIS, jadi kenapa Kak Kevin tanya?" ujar Tania percaya diri.

Kevin terkejut mendengar pernyataan itu. Dia harus merespons apa?

"Gue udah jadi anak OSIS, 'kan, Kak? Gue bakal sering ketemu sama Kakak 'kan di sini? Gue udah resmi, 'kan?" tanya Tania beruntun.

Bukan hanya Kevin yang bingung dengan maksud Tania, seluruh anggota OSIS uang

ada di dalam ruangan juga ikut bingung sekaligus terkejut mendengar ujaran Tania.

Kevin menggaruk belakang kepalanya saat melihat puppy eyes Tania. Gadis itu sudah salah tanggap.

"Gini Tania," ujar Kevin. Dia akan berusaha menjelaskannya secara detail. Walaupun itu menghilangkan senyum di bibir Tania.

"Gimana? Gue udah boleh langsung kerja, 'kan?" tanya Tania.

"Lo belum diterima masuk OSIS Tania," celetuk Bima dari dalam.

Tania menoleh tajam. "Gue nggak tanya sama lo. Gue tanya sama kak Kevin," ujar Tania.

"Tapi itu jawaban kak Kevin nantinya," ujar Bima.

"Gue nggak mau denger suara yang jelek lo," ujar Tania seraya mengangkat satu tangannya ke udara. Dia beralih menatap Kevin dan mengabaikan ucapan Bima. "Gue diterima, 'kan, Kak?" tanya Tania.

Kevin menggaruk belakang kepalanya. "Gini Tania," ujar Kevin. "Lo ... belum resmi diterima di OSIS," jelas Kevin.

"Apa?! Kok bisa? 'Kan kata Ibu—"

"Benar 'kan apa kata gue? Lo belum resmi," ujar Bima memotong ucapan Tania.

Tania langsung melotot tajam. "Gue nggak mau dengar suara jelek lo!" ketusnya.

Dia menatap Kevin untuk meminta penjelasan.

Kevin jadi tidak tega. Karena dia senyum tulus nan riang itu harus musnah. "Gini lho, lo emang udah diizinkan sama Ibu Jihan, tapi lo belum resmi. Karena apa? Sebentar lagi gue mau purna, dan bakal digantikan sama ketua yang baru. Dan lo, masuk keanggotaan OSIS yang baru," jelas Kevin.

"Jadi gue nggak termasuk angkatan Kakak?" tanya Tania.

Kevin menggeleng.

"Gue nggak akan kerja sama Kakak?" tanya Tania.

Kevin menggeleng lagi.

"Dan gue bakal masuk angkatannya Aldo?" tanya Tania.

Kevin lagi-lagi mengangguk.

"Kenapa bisa gitu?" tanya Tania.

"Karena itu sudah aturannya, Tania," jawab Aldo.

Tania menurunkan bibirnya, merasa kecewa oleh fakta yang diterimanya. Dia melirik ke dalam ruangan. Bima sedang tertawa sedangkan anak-anak lain menatapnya prihatin. Bukannya malu, dia justru kesal pada dirinya sendiri.

"Iya udah, gue pulang aja," ujar Tania.

"Sama siapa?" tanya Kevin.

"Kak Kevin nggak mau pulang?" tanya Tania balik.

"Gue mau kerja kelompok sama Tari," ujar Kevin.

Tania menghela napas pasrah. Mungkin ini bukan jodohnya bersama Kevin. Tania harus menerima hal ini. "Iya udah, gue sendirian. Bye." Tania melenggang pergi. Tidak ada lagi senyum riang yang ditebarkan, melainkan wajah murung nan memprihatinkan.

Kevin jadi merasa bersalah dan tidak tega melihat Tania berjalan lunglai. Dia melirik Aldo dan Jean yang berada di dalam ruangan. "Do," panggilnya.

"Kenapa, Kak?" tanya Aldo.

"Lo mau pulang 'kan sama Jean?" ujar Kevin.

"Iya," jawab Aldo.

"Bisa sekalian tebengin Tania?" tanya Kevin membuat Aldo langsung melotot terkejut.

"Kok gue?" tanya Aldo menunjuk dirinya.

"Gue cuma percaya sama lo," ujar Kevin.

Aldo mendengus kesal. "Iya deh, nggak apa-apa 'kan, Jean?" Dia menatap Jean dan gadis itu mengangguk setuju.

"Nggak apa-apa, kok. Ayo, keburu Tania jauh," ujar Jean.

Kevin bernapas lega. Setidaknya ada Aldo dan Jean yang menjaga Tania. Kedua remaja itu keluar ruangan setelah berpamitan.

"Hati-hati diterkam, Jean!" teriak Bima.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!