Awalnya pura-pura, lama-lama jadi cinta. Aku, Renata Priyanka, menghadapi kenyataan hidup yang tidak terduga setelah calon suamiku memutuskan hubungan satu minggu sebelum pernikahan.
Untuk memperbaiki nama baik keluarga, kakek mengatur pernikahanku dengan keluarga Allegra, yaitu Gelio Allegra yang merupakan pria yang terkenal "gila". Aku harus beradaptasi dengan kehidupan baru dan konflik batin yang menghantui.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Balita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memperebutkan Posisi Mempelai Pria Pengganti
28 Maret 2025, di hari yang sama.
Gian Allegra, putra kedua keluarga Allegra juga mendapatkan kabar yang sama. Tangan kanannya yang bernama Malio datang dengan kabar permohonan pernikahan itu.
"Tuan Muda! Gerd memberikan kabar jika keluarga Priyanka telah mengirimi kita surat permohonan pernikahan," kata Malio.
"Apa? Apa? Coba kau ulangi lagi!" Gian tiba-tiba bersemangat.
"Keluarga Priyanka mengirimi permo-"
"Mana? Kau punya foto nya?" Gian langsung memotong penjelasan Malio setelah dia menyuruhnya mengulangi perkataannya.
"Siapa?"
"Ya calon istriku lah! Makek nanya!"
Malio sudah terbiasa dengan sikap tuannya itu yang blak-blakan dan menjengkelkan. Tapi, dengan sabar dia selalu siap melayani pria itu. Dia mencarikan beberapa foto ku melalui media sosial milikku yang kubuka untuk publik.
"Ini Tuan..."
"Gila! Cantik sekali! Aku akan menikahinya, Gelio terlalu tua untuk menikahi gadis yang masih sangat belia itu!" kata Gian yang langsung berdiri bersiap pergi menuju rumah.
"Semoga beruntung Tuan, saya mendukung anda! Jika anda berhasil menikah dengan satu-satunya cucu perempuan keluarga Priyanka saat ini, saya jamin anda bisa masuk ke dalam kandidat pewaris klinik farmasi keluarga anda saat ini," Malio memberikan dukungan.
Gian semakin bersemangat. "Kau tahu kan kalau aku bersahabat dekat dengan Rain Priyanka? Kami seumuran, jadi ya kami sangat akrab," kata Gian (sebenarnya mah ga akrab).
"Iya iya, ini adalah kesempatan yang sangat bagus Tuan! Dimana lagi anda mencari kesempatan yang tak akan datang dua kali ini?" Malio semakin memprovokasi.
"Gas kan! Mari kita ke rumah utama! Aku akan berbicara dengan ayah, siapa lagi kalau bukan aku? Aku kaya, tampan, dan juga berpendidikan! Wanita mana yang tidak mau denganku? Regina, gadis itu sangat cocok dengan diriku! Hahahaha aku sangat bangga dengan diriku sendiri!" dengan penuh percaya diri Gian terus memuji dirinya sendiri. Didukung oleh Malio yang semakin membuat Gian menjadi-jadi.
...----------------...
Singkat waktu, beberapa puluh menit kemudian. Akhirnya Gian dan Malio sampai di rumah utama keluarga Allegra. Gian berjalan dengan tegap, dan sombong. Di dalam pikirannya, dia merasa sudah memenangkan pertandingan, merasa lebih unggul dan lebih pantas mendapatkan perhatian dari ayahnya.
Semasih ada Gelio, Gian tidak akan pernah bisa merasakan apa itu puncak kebanggaan keluarga Allegra. Gian selalu kalah dari Gelio, apapun masalahnya. Hingga Gairo sudah tidak berharap apapun lagi dari putra keduanya itu.
Dan sudah sejak 5 tahun yang lalu, Gian disingkirkan dari kandidat calon pewaris semua bisnis milik keluarga Allegra. Walau masih bekerja dengan keluarganya, namun Gian belum pernah merasakan posisi Direktur barang sebentar saja.
Tapi kini, secercah harapan bersinar tepat di depan matanya. Cahaya masa depan menyinari dirinya. Sebuah kesempatan dalam wujud pernikahan. Pria itu tidak perduli, apapun yang terjadi. Jangankan sekedar pernikahan, kehilangan satu organ tubuhnya pun dia rela, selama ayah yang sangat dia kagumi itu mau mengakui dirinya.
"Anda sudah pulang Tuan Muda Gian?" sambut Gerd begitu Gian muncul di hadapannya.
"Ya ya, aku sudah pulang. Dimana ayah? Aku ingin berbicara dengannya!" sahut Gian.
"Sepertinya Tuan Muda Gian mendengar kabar terkini dari Malio," kata Gerd melirik Malio yang berdiri di belakang Gian.
"Benar, Malio ku bekerja dengan sangat baik! Hahaha aku bangga dengan nya!" puji Gian menepuk pundak Malio dengan keras.
"Terimakasih Tuan Muda," Malio membungkuk.
Gerd mengantar Gian menemui ayahnya di ruang kerjanya di rumah itu. Tapi, sesaat sebelum sampai, Gian dan Malio merasa sangat terkejut begitu melihat sosok Mon Dain berdiri tegap di depan pintu ruang kerja Gairo.
"Mon Dain? Sial, keparat itu sudah mendahului ku!" Gian mengumpat begitu matanya bertemu dengan Mon Dain yang sedikit membungkuk kepadanya.
Malio juga ikut berdecak kesal, melihat Mon Dain sudah berdiri di sana. Itu artinya Gelio sudah berada di dalam dan sedang berbicara dengan Gairo. Entah dia menolak atau menerima permohonan pernikahan dari keluarga Priyanka, tidak ada yang tahu selain Gelio dan Mon Dain yang tampak terlihat sangat lesu.
BRAK!
Gian mendobrak pintu dengan keras. Dia merasa sangat marah dan kesal saat melihat Gelio sudah terduduk santai mengobrol dengan sang ayah.
"Ayah!" Gian berteriak.
"Keluarlah! Semuanya telah selesai," kata Gairo yang sontak membuat Gian amat sangat merasa terkejut.
Mendengar respon itu, Gian tahu jika dirinya lagi-lagi telah kalah dari sosok Gelio yang amat sangat dia benci. Sebenarnya dia tidak membenci kakaknya itu, tapi selama ini Gelio selalu merebut apa yang Gian inginkan. Gian tidak pernah mendapat apapun yang dia inginkan.
Dan Gelio sendiri, dia tidak ingin mengalah sedikitpun meski itu untuk adiknya. Makanya, disaat dia mendengar nama Gian (di bab sebelumnya), Gelio langsung bersemangat dan memutuskan untuk menerima pernikahan.
Gelio tersenyum penuh kemenangan begitu melihat adiknya marah besar. Pria itu sangat licik, sifatnya yang mengamati dan tanpa banyak cocot langsung bertindak memenangkan pertandingan. Dia layak disebut seekor binatang buas yang tidak pandang bulu.
"Apa yang ayah katakan? Semuanya telah selesai? Apanya?" tanya Gian.
"Aku akan menyelesaikan pembuatan obat A13 yang belum pernah tercipta sama sekali. Tapi itu akan terjadi jika ayah mengizinkan ku menerima permohonan pernikahan dari keluarga Priyanka," jelas Gelio menjawab pertanyaan Gian saat itu.
"Obat A13? Apa itu? Terdengar seperti tipe smartphone," kata Gian yang membuat Gelio tersenyum sinis mendengar pertanyaan Gian yang dianggap bodoh itu.
Gairo tidak menjawab, Gelio juga hanya bisa tersenyum. Gian memang bodoh dalam hal itu, tapi jika masalah kerja lapangan dia adalah ahlinya.
Tidak ada yang bisa mereka bicarakan lagi, keputusan sudah bulat dengan Gelio yang akan menjadi mempelai pria ku. Keduanya pun keluar dari ruangan, meninggalkan Gairo bersama dengan Gerd saja yang masih berada di sana.
...----------------...
28 Maret 2025, siang hari.
"Apa tidak apa-apa membiarkan Priyanka melakukan hal yang mereka inginkan seperti ini? Anda benar-benar tidak merasa curiga dengan semua ini?" Gerd kembali mempertanyakan keputusan Gairo membiarkan Gelio menikah dengan ku.
"Apa kau sudah mencari tahu apa yang sudah ku perintahkan tadi?" tanya Gairo.
"Tentu, saya telah mencari informasinya. Dan ini yang saya dapatkan," Gerd memperlihatkan hasil pencariannya.
"Apa itu?" tanya Gairo.
"Ini, 2 Minggu yang lalu, Priyanka sudah menyewa jasa dekorasi pernikahan untuk tanggal 4 April. Ini bukti pembelian cincin berlian di toko XXXX, pemesanan katering sebanyak 200 tamu, pemesanan dress pernikahan di desainer SSS, semuanya sudah direncanakan dengan sangat baik. Dengan melihat semua bukti ini, apa anda masih tidak memiliki kecurigaan sedikitpun dengan Priyanka?" Gerd kembali menegaskan.
"Maksud mu... Priyanka menggunakan Allegra sebagai mempelai pria pengganti?" tanya Gairo.
Gerd terdiam mendengar pertanyaan itu. "Saya tidak berani berpendapat tentang itu Tuan, tapi menurut logika pria mana yang tidak mau menikah dengan cucu keluarga Priyanka? Bahkan Tuan Muda Gelio dan Tuan Muda Gian sampai memperebutkan gadis Priyanka itu," kata Gerd.
Gairo terbatuk-batuk saat mendengar Gerd mengatakan kedua putranya sampai memperebutkan ku. Dan itu memang benar, baru saja keduanya putranya pergi setelah bertengkar mengenai pernikahan itu. Gairo berfikir keras, dia menerka-nerka apa yang sebenarnya telah Priyanka lakukan?
"Karena Priyanka tahu tidak ada pria yang akan menolak cucu perempuan nya itu, makanya dia berani melakukan ini," kata Gairo.
"Saya mengerti apa yang anda pikirkan Tuan,"