Di tahun 1523 Syeran adalah seorang Ratu yang memilih untuk mengakhiri hidupnya sendiri, karena dia sadar dia dinikahi oleh sang Raja hanya untuk mencetak keturunan. Tak ada cinta dan hidupnya begitu menderita.
Dia kira semuanya akan berakhir setelah dia meninggal, namun siapa sangka dia justru bertransmigrasi di tahun 2023, Syeran yang hidup dengan miskin dan kemudian dijual oleh sang ayah pada orang paling berpengaruh di kota Servo.
Pernikahan telah terjadi dan kini saatnya penandatanganan kontrak.
"Aku hanya butuh keturunan dari mu, jadi jangan berharap lebih," ucap Zeon dengan suaranya yang terdengar begitu dingin.
Syeran putus asa, bahkan di kehidupannya yang kedua nasibnya tetap sama.
Namun seketika harapan Syeran muncul saat tanpa sadar dia punya kekuatan untuk menghentikan waktu.
"Aku harus merubah surat kontrak itu!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TMMW Bab 11 - Turunkan Pandanganmu
Pagi datang.
Cahaya matahari mulai menerobos masuk dari jendela kaca di kamar utama.
Syeran sudah terbangun namun kini hanya melamun dan menatap kosong ke arah depan.
Tubuhnya masih polos dan hanya dia tutupi dengan kain sprei.
Semalam banyak sekali Syeran menghentikan waktu, namun tetap saja pada akhirnya dia dan tuan Zeon menyatu.
Syeran kira penyatuan itu hanya akan terjadi satu kali, tapi ternyata tidak. Dia tidak tau berapa banyak penyatuan itu terjadi.
Tuan Zeon seperti hewan buas yang baru saja mendapatkan mangsa.
Kini tubuhnya remuk redam, namun kesunyian ini membuat hatinya terasa lebih sakit.
Dessahan yang semalam bersahut membuat Syeran berharap.
Mungkin pagi ini suamiku akan tetap ada di sini.
Mungkin suamiku akan tetap tinggal setelah tau bahwa aku masih suci.
Karena harapan itulah kini rasa sakit di hati Syeran terasa lebih jelas, karena nyatanya saat dia membuka mata Syeran hanya mendapati dirinya seorang diri.
Tok Tok Tok!
Pintu kamar ada yang mengetuk.
Susah payah Syeran turun, kini bukan hanya kakinya yang terluka, namun inti tubuhnya pun terasa begitu nyeri.
Tubuhnya terasa begitu kotor.
Syeran tak sempat memakai baju, jadi dia hanya menggunakan handuk kimono yang ada di dalam lemari pakaian.
Tertatih, Syeran pun membuka pintu tersebut.
Dilihatnya seorang wanita berdiri di sana, terlihat rapi dan cantik.
"Perkenalkan Nona, nama saya adalah Diena. Saya adalah salah satu pelayan Tuan Zeon, dan mulai sekarang saya akan jadi pelayan pribadi Anda," terang gadis itu.
Dia memperkenalkan dirinya sebagai pelayan, namun kemudian langsung masuk begitu saja ke dalam kamar tanpa permisi lebih dulu. Seolah posisi wanita itu di rumah ini lebih tinggi.
Syeran bahkan sontak mundur agar tidak tertabrak oleh wanita itu.
Kejadian seperti ini mengingatkannya pada masa lalu, bagaimana beraninya seorang selir pada Ratu di kerajaan Atera.
Selir kesayangan Raja Lorry yang berani mengangkat wajah dan membalas tatapannya.
Mengingat itu ada harga diri Syeran yang terluka.
Entah sudah berapa kali dia mengatakan ini, Tapi semua yang telah terjadi di masa lalu sungguh dia tak ingin terulang lagi di masa kini.
"Siapa nama mu?" tanya Syeran dengan suara yang lirih, meski tenaganya belum pulih tapi dia ingin menunjukkan bahwa dia adalah yang berkuasa di sini.
Dia adalah istri tuan Zeon.
Dan saat mendengar pertanyaan Nona Syeran tersebut, membuat Diena memicingkan matanya.
Semua orang di rumah ini jelas tau bahwa pernikahan Syeran dan Zeon hanya sebatas nikah kontrak, Syeran hanyalah anak pria miskin yang Zeon beli. Syeran hanya diharuskan untuk segera memiliki anak.
Hanya itu saja, bukan yang lain, bukan pula bersikap layaknya Nyonya utama di rumah ini.
Bagaimana para pelayan di rumah ini bisa tau tentang surat kontrak pernikahan itu?
Alasannya adalah Zeon sangat mempercayai para anak buahnya, lagipula jika ada satu anak buahnya yang berkhianat dia tak akan segan untuk langsung membuatnya matti.
"Diena, nama saya adalah Diena Nona," jawab sang pelayan.
"Kamu akan jadi pelayan pribadi ku?"
"Benar."
"Kalau begitu ketahui batasan mu, jangan asal menerobos masuk ke dalam kamar ku seperti ini," hardik Syeran.
"Dan turunkan pandanganmu, menatap mataku seperti itu sangat tidak sopan."
Diena terdiam seribu bahasa, bagaimana bisa anak orang miskin berbicara seperti itu? Harusnya dia tak berani membalas ucapannya dan hanya selalu menjawab baik, baik, baik.