Dicerai saat jahitan bekas operasi sesar belum kering, Yunda juga mendapat penolakan dari keluarganya karena malu memiliki anak seorang janda.
Yunda pun pergi dari kotanya dan pindah ke kota besar. Berbekal ijasah S1, Yunda pun mencari pekerjaan di kota besar. Yunda pun bertemu dengan Gandhi, pria beristri yang ternyata adalah bos-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Na_Les, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DSDKDSO BAB 11
Setelah Rio pergi, Yunda pun masuk ke dalam rumah.
"Yun, kamu sama Nak Rio gak lagi berantem kan?" tanya Bu Ambar sambil mengekori Yunda menuju kamarnya.
"Gak Bu. Kan tadi Mas Rio udah bilang Yunda lagi sakit." jawab Yunda.
"Masa cuma gara-gara itu kamu di bawa ke sini sih? Kan bisa aja Nak Rio pekerjakan ART untuk jaga kamu." Bu Ambar masih tidak percaya.
Seandainya Mas Rio punya pemikiran seperti itu, Bu, gak mungkin aku diantar ke rumah ini. Jangankan mempekerjakan ART, beli susu dan popok anaknya aja Mas Rio perhitungan. jawab Yunda dalam hati.
Oweeek... Oweeek...
Bayi Yunda menangis.
"Apa anak cantik? Haus yah? Lapar yah? Sebentar yah Ibu buatin susu dulu." ucap Yunda pada bayinya seolah-olah bayinya itu bisa mengerti perkataan Yunda.
"Bu, tolong pegang anak Yunda bentar yah, Yunda mau bikinin susunya dulu." Yunda pun memberikan bayinya pada Bu Ambar lalu bergegas menuju dapur sambil membawa botol susu dan kotak susu.
Tak lama Yunda menemui bayinya yang saat ini sedang berada di ruang tamu sekaligus ruang keluarga bersama dengan kedua orangtua dan adik Yunda.
Orangtua dan adik Yunda terlihat senang bermain dengan bayi perempuan yang sampai sekarang belum di beri nama.
Melihat itu, ada rasa haru dan juga perih dalam hati Yunda. Terharu karena akhirnya anaknya bisa merasakan kasih sayang selain darinya dan merasa perih karena Rio, Bu Marni dan keluarga Rio yang lainnya tidak pernah melakukan bayi Yunda seperti itu.
"Ini Bu susunya." Yunda memberikan botol susu pada Bu Ambar.
"Nama anak mu siapa Yun?" tanya Pak Yoto.
Yunda terdiam.
"Belum punya nama Pak." jawab Yunda sambil menundukkan kepalanya.
"Loh kok belum dikasih nama?" tanya Pak Yoto.
"Um... Mas Rio belum kepikiran nama yang cocok buat anak kami." jawab Yunda berbohong. Padahal jangankan memberi nama, membelikan keperluan anaknya saja Rio berat hati.
"Terus kapan mau di aqiqah?" tanya Bu Marni.
"Yunda juga gak tau, Bu. Kami belum membicarakan itu." jawab Yunda.
"Oh... Paling juga nanti bulan depan." balas Bu Marni.
Semoga. Jawab Yunda dalam hati.
"Sssh... Ah..." Tiba-tiba Yunda merasa nyeri pada bagian jahitannya. Efek obat penghilang rasa nyeri yang Yunda minum sebelum pergi sepertinya sudah habis makanya rasa nyeri itu datang lagi.
"Kenapa kamu?" tanya Pak Yoto.
"Jahitan Yunda nyeri Pak. Yunda istirahat dulu yah ke kamar." jawab Yunda.
"Ya sudah sana istirahat, biar anak kamu Bapak dan Ibu yang urus." Jawab Pak Yoto.
Yunda pun jalan ke kamarnya dengan sangat pelan sambil memegangi perutnya.
Sesampainya di kamar, ia mencari obat pereda nyeri dan demamnya. Tapi obat itu tidak ada dalam tasnya.
"Astaga kayaknya obatnya ketinggalan deh di meja kamar." pekik Yunda.
"Aduh gimana ini? Malah nyeri banget ini." ringis Yunda.
Sangking sakitnya menahan perih, Yunda sampai keringat dingin.
"Bu... Ibu..." panggil Yunda dengan suara lemah.
Bukan Bu Ambar yang datang melainkan Arfan.
"Kenapa Mbak?" tanya Arfan.
"Fan, tolong ambilin air hangat satu gelas dan satu botol." ucap Yunda.
"Untuk apa Mbak?" tanya Arfan.
"Jangan banyak tanya dulu Fan, langsung kerjain aja. Perut Mbak sakit banget ini." Jawab Yunda.
"Iya Mbak, iya Mbak." balas Arfan. Arfan pun cepat-cepat ke dapur untuk mengambilkan yang Yunda butuhkan.
Melihat Arfan berlarian ke dapur, Bu Ambar dan Pak Yoto yang penasaran jadi berdiri dari duduknya lalu masuk ke kamar Yunda.
"Kenapa Yun?" tanya Pak Yoto.
"Perut Yunda sakit banget Pak, tapi Yunda lupa bawa obat." jawab Yunda lemah.
"Tunggu biar Bapak telepon Nak Rio dulu biar dia anter obat kamu." ucap Pak Yoto.
"Gak usah Pak, gak usah." tolak Yunda. Bisa ngamuk nanti Rio kalau disuruh balik lagi hanya untuk mengantar obat.
"Lah terus kamu gimana Nak? Kamu kan baru operasi, pasti sakit banget." tanya Pak Yoto.
"Bapak bisa beliin obat di apotik aja gak?" tanya Yunda.
"Memang bisa beli di apotik gak pake resep?" Pak Yoto balik bertanya.
Yunda hanya menganggukkan kepalanya.
Sedangkan Rio saja membeli obat generik di apotik dan resep obat yang di kasih dari rumah sakit tidak Rio tebus padahal obat yang di berikan dari rumah sakit harganya tak sampai tiga ratus ribu.
"Nama obatnya apa?" tanya Pak Yoto.
"Bilang aja obat demam dan pereda nyeri." jawab Yunda.
Pak Yoto pun keluar dari kamar tapi tak lama balik lagi ke kamar Yunda.
"Yun, uangnya?" minta Pak Yoto.
💋💋💋
Bersambung...
paling ujung " nya
bahas kaum pelangi
jadi oon terus...