Takdir hidup memang pilihan, lalu bagaimana kalau takdir itu yang memilihmu?
"Disaat takdir sudah memilih mu, aku sudah siap dengan segala resikonya!"
Bekerja sebagai pengasuh anak berkebutuhan khusus, membuat Mia harus memiliki jiwa penyabar yang amat besar.
Bagaimana reaksi Mia, saat anak yang diasuhnya ternyata pria berusia 25 tahun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SA BAB 11 Genius
Masalah onderdil sudah terselesaikan, walaupun jawaban Mia tidak detail dan membuat Januar terus saja mencecarnya- tapi setidaknya Mia bisa menanganinya dengan baik.
'Onderdil cowok itu, benda pusaka yang enggak boleh di lihatin sama siapa pun!' begitulah jawaban yang Mia lontarkan.
'Benda pusaka? itu apa?'
'Intinya Janu enggak boleh buka handuk sembarangan, apa lagi di depan Mia sama cewek lain, ya. Janu ngerti kan? Janu pinter pasti ngerti ucapan Mia!' Mia semakin frustasi.
'Iya, Janu enggak boleh buka handuk. Tapi kalau buka celana bolehkan, Mia? soalnya Janu enggak bisa pakai celana sama bukanya,' dan akhirnya Mia tenggelam di dasar bak mandi.
Begitulah percakapan antara Januar dan Mia tadi. Mia sampai speechless di buatnya. Terus apa bedanya handuk sama celana? kalau sama sama bisa menampilkan onderdil original milik Januar.
Mia mengompres keningnya menggunakan air es. Setelah selesai dengan Januar, Mia segera turun ke lantai bawah bersama anak asuhnya. Eyang Nyonya memintanya untuk membawa Januar untuk sarapan bersama dengannya.
Awalnya Januar menolak, tapi saat Mia membawa nama Eyang- pria itu segera bergegas. Sepertinya Januar sangat menyayangi Eyangnya, dan tidak ingin melihat wanita tua itu bersedih karenanya.
Dan sekarang Januar tengah menikmati sarapan bersama Eyangnya serta Nyonya Arsita- ibunya. Sementara pria muda yang ada di sisi Nyonya Arsita, Mia baru melihatnya pagi ini.
Mia yang nota bene orang baru belum mengenal semua penghuni rumah besar Rajendra. Mia baru mengenal Eyang, Nyonya Arsita, Puri dan Januar pastinya.
Sepertinya Mia harus lebih bisa mengenal siapa saja yang tinggal di kediaman Rajendra. Gadis itu memejamkan kedua matanya, merasakan dinginnya air es yang menyegarkan otak serta hatinya.
"Aku mau bicara sama Mama!"
Arsita menoleh, wanita setengah baya itu menaikan satu alisnya pada pria muda yang duduk di sebelahnya.
"Kamu mau bicara apa, Lian?"
Wanita yang sudah rapih dengan blazer putih gading membalut tubuhnya, kembali melahap roti isi yang baru saja di siapkan oleh pelayan.
"Apa kita tidak bisa bicara di kantor saja?" tuturnya lagi.
Pria muda itu meletakan sendok serta garpu nya, kedua matanya menatap lekat pada wanita yang sudah melahirkannya.
"Ma, Julian mau bicara sama Mama sekarang!"
Arsita menoleh, bahkan wanita itu menghentikan kunyahan nya- saat mendengar suara tidak sabaran putranya.
"Bicaralah dengan Julian, Arsita. Biar ibu yang menemani Janu di sini!" Eyang akhirnya angkat bicara.
Wanita sepuh itu tidak ingin ada keributan di meja makan pagi ini. Eyang ingin menikmati sarapan paginya bersama Januar.
"Oke! ikut Mama!" Arsita bangkit, setelah dia meletakan garpu serta pisau kecilnya.
Namun langkahnya terhenti, saat Arsita melewati Januar yang tengah menikmati roti isi sayurnya.
"Habiskan sarapannya! Mama mau bicara dulu sama Kakak kamu,"
Cup!
Arsita mengecup pucuk kepala Januar, sebelum dia meninggalkan pria muda itu. Sementara Julian, dia hanya menghela napas kasar sembari melengos pergi mendahului Sang Mama.
"Habis kan rotinya, nanti kalau Janu mau lagi- Eyang minta sama Mia."
Januar mengangguk tanpa bersuara, pria berkaos hitam itu lebih menikmati roti isi sayur buatan Pengasuhnya, dari pada memperdulikan sekitar.
🍭
🍭
🍭
"Mama stop paksa Januar ikut campur di perusahaan! Mama enggak kasihan lihat Janu harus begadang tiap malam, untuk mantau data data penting perusahaan kita!"
Arsita menaikan sebelah alisnya, wanita itu melipat kedua tangannya di dada. Menatap malas pada putranya, hanya sekejap- karena Arsita kembali mengalahkan pandangannya ke arah lain.
"Lalu, siapa yang bisa menjaga data base perusahaan kita selain Januar, kamu?" Arsita menatap remeh pada putra sulungnya.
Julian memang pintar dalam berbisnis, tapi Julian sering kecolongan data data penting perusahan keluarga Rajendra. Hingga membuat perusahaan hampir oleng, kalau saja Januar tidak bergerak dan meretas kembali situs milik pesaing perusahaan mereka.
Karena yang bisa memantau penyusup di perusahan Rajendra hanya Januar. Mungkin sebagian orang mengira kalau Januar hanya pria autis yang tidak bisa apa apa, kerjanya hanya bermain rubik dan bersembunyi didalam kamarnya.
Tapi bagi Arsita, Januar adalah pelindung terkuat bagi perusahaan almarhum suami nya, ayah kandung Januar.
Julian dan Januar merupakan saudara tiri. Arsita menikah dengan Ayahnya Januar saat pria itu masih berusia satu tahun. Januar kehilangan Mama kandungnya saat wanita itu melahirkannya.
Datanglah Arsita bersama Julian yang usianya satu tahun lebih tua dari Januar. Tuan Rajendra menikahi Arsita, dan merubah hidup mereka. Bahkan ternyata Arsita lebih menyayangi Januar, membuat Julian selalu iri di buatnya.
Hingga kejadian itu terjadi- sesuatu yang membuat Januar kecil harus mengalaminya sampai saat ini. Di cap sebagai manusia bodoh, tidak berguna, idiot, dan di sepelekan. Padahal, semua tuduhan mereka tidak ada yang benar tanpa mereka ketahui.
Januar memang bersikap seperti anak kecil saat manja. Januar butuh teman bermain untuk menyegarkan otaknya, dan Arsita atau pun Julian tidak bisa melakukan hal itu. Maka dari itu, Arsita memberikan pengasuh untuk putra tirinya. Namun Arsita mengendalikannya lewat cinta dan kasih sayang yang dia berikan.
Dan tanpa di sadari oleh siapa pun, saat Januar serius- auranya akan membuat siapa saja tidak berani mengangkat kepala.
"Ma, Lian masih mampu! jadi tolong Mama ja-,"
"Mama tidak mau di bantah Julian! kamu jalankan saja tugas kamu sebagai Direktur perusahaan. Janu biar Mama yang urus!" tukas Arsita tajam.
Wanita itu melenggang pergi meninggalkan Julian yang tengah mengepalkan kedua tangannya.
"Januar Januar Januar! selalu saja Januar, Mama dari dulu cuma sayang sama Januar!" ucapnya pelan, namun sarat akan emosi.
JUL MAIN YOK, AKU BAWA KELERENG NIH 😘😘😘
jadi pengasuh malah 🤗