Kyra Malaika seorang gadis yang sangat cantik harus merasakan pahitnya kehidupan karena tidak memiliki orang tua dan harus merawat adiknya yang menderita penyakit jantung bawaan, adiknya bernama zahila berumur 12 tahun.
Kyra harus bekerja part time di berbagai tempat demi membiayai pengobatan adiknya dan sekolahnya. Karena wajah cantiknya sehingga membuatnya lebih mudah mendapatkan pekerjaan. Dan karena itu juga lah dia tidak disukai oleh para gadis karena dia mampu mencuri perhatian cowok - cowok disekolahnya.
Suatu hari dia tidak sengaja bertemu dengan seorang cowok sombong dan angkuh bernama Aditya Sinatria karena kesalahpahaman membuat mereka saling bertentangan.
Bahkan Kyra harus berurusan dengan ibu Aditya yang memaksanya untuk menikah dengan anaknya.
Bagaimanakah kisah mereka selanjutnya.....Nantikan kisahnya.
By Dewi mutia
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Mutia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11 Beautiful Romance
Kediaman Sinatria, Nyonya Sintya terlihat berlari masuk ke rumahnya setelah mendengar salah satu pelayannya menelfon jika Nyonya besar sedang pingsang dikamar mandi. Wajahnya terlihat sangat khawatir. Saat ia ditelfon tadi, ia tengah berada di perkumpulan teman – teman arisannya.
Ia berlari menaiki beberapa anak tangga didalam rumahnya, saat sampai dikamar ibu mertuanya. Ia langsung masuk dan sudah melihat ibu mertuanya terbaring di tempat tidur. Ia berjalan kedekat ibu mertuanya yang masih memejamkan matanya. Disampingnya berdiri seorang perawat yang menjaga ibu mertuanya. Ia langsung datang dan menampar perawat itu dengan keras.
Plak.......perawat itu langsung menunduk setelah ditampar Nyonya Sintya.
“Apa sih yang kamu kerjakan sampai kamu tidak menjaga ibuku?” Tanya Nyonya Sintya.
“Maaf nyonya.....saya tadi pergi mengambil makanan untuk nyonya besar. Saat saya kembali, nyonya besar sudah pingsang.” Balasnya sambil menunduk.
“Kamu itu dibayar untuk menjaga ibuku. Kamu kan bisa minta pelayan yang lain.” Teriak Nyonya Sintya marah –marah.
“Maaf nyonya. Itu kesalahan saya.”
Tiba – tiba ibu mertua Nyonya Sintya terbangun karena mendengar suara keras Nyonya Sintya.
“Hei.....diamlah. Kamu itu tidak usah marah – marah seperti itu pada Susan. Dia itu tidak salah.”
“Ibuuuu....” Panggil Nyonya Sintya dengan keras. “Ibu baik – baik saja kan. Kenapa ibu bisa pingsang lagi?” Tanya Nyonya Sintya sambil menangis keras.
“Hei..hentikan tangisanmu itu. Aku ini masih hidup belum meninggal.” Balasnya dengan nada kesal.
“Ibu....kenapa ibu bicara seperti itu. Aku kan sayang pada ibu makanya aku menangis apalagi mendengar ibu pingsang?” Tanya Nyonya Sintya sambil memegang tangan ibu mertuanya.
“Hummphh” sambil melepaskan tangannya dari Nyonya Sintya dan membalikkan badannya membelakangi Nyonya Sintya. “Jangan bicara padaku sebelum kamu membawa calon untuk Aditya.”
“Ibu.....Aditya itu tidak ingin menikah muda. Dia masih ingin bebas bu.”
“Aku juga tidak bisa hidup selamanya Sintya.” Ucapnya dengan nada keras.
“Ibu....jangan bicara seperti itu.”
“Apa kamu tidak ingin melihatku bahagia disaat – saat terakhirku?” Tanya Nyonya Besar sambil membalikkan badannya menghadap Nyonya Sintya. “Aku hanya ingin melihat cucuku satu – satunya menikah. Jadi saat tuhan memanggilku nanti, aku bisa pergi dengan tenang.”
“Ibu...tolong jangan bicara tentang kematian bu.”
“Ibu juga tidak ingin mati cepat Sintya tapi kita tidak tahu masa depan nanti seperti apa. Mungkin saja besok ibu akan meninggal, tidak ada yang tahu kan.”
“Ibuuuuuu.” Panggilnya.
“Ibu hanya ingin melihat Aditya menikah dan memiliki seorang anak tapi jika tuhan menghendaki ibu bisa hidup sampai Aditya menikah, tidak apa – apa ibu bisa pergi dengan senyuman bahagia.”
“Apa ibu bahagia jika Aditya menikah?” Tanya Nyonya Sintya.
“Tentu saja bahagia jika ibu bisa menyaksikan dia menikah. Kamu dan Agung dulu kan menikah muda juga jadi ibu tidak terlalu khawatir yang penting gadis yang Aditya nikahi adalah gadis baik - baik.”
Haaaaaaa.......Nyonya Sintya menghela nafasnya dengan panjang didepan ibu mertuanya lalu berbicara kembali pada ibunya itu.
“Aku sudah menemukan gadis yang baik untuk Aditya tapi dia bukan kalangan atas bu. Apa ibu bersedia menikahkan Aditya dengan gadis biasa seperti itu?” Tanya Nyonya Sintya.
Ibu mertua Nyonya Sintya yang sering dipanggil Nyonya besar itu terdiam melihat Nyonya Sintya. Nyonya Sintya mulai bergumam sendiri dalam hatinya.
“Pasti ibu tidak setuju dengan gadis yang telah kupilih karena Kyra bukan gadis kaya seperti yang ibu inginkan. Kalau gadis kaya raya dan berpendidikan sih banyak tapi jarang sekali ada gadis sebaik Kyra yang kukenal. Semua gadis yang kutemui adalah gadis baik – baik tapi mereka semua gadis manja tidak seperti Kyra yang mandiri dan bertanggung jawab.” Dalam hati Nyonya Sintya.
“Sintya” Panggil Nyonya besar membuyarkan lamunannya.
“Ia bu”
“Apa dia gadis yang baik menurutmu?” Tanya ibu mertuanya.
“Ia bu.....dia adalah gadis yang baik hati dan bertanggung jawab. Aku sudah menyelidikinya dan mencoba dekat dengannya. Dia itu mencari uang sendiri untuk membiayai adiknya yang sekarang dirumah sakit dan membiayai sekolahnya. Aku yakin sekali jika dia adalah gadis yang cocok untuk Aditya.” Jelas Nyonya Sintya.
Ibu mertua Nyonya Sintya hanya terdiam mendengar ucapan Nyonya Sintya. Sedangkan Nyonya Sintya mulai khawatir melihat ibunya hanya diam saja.
“Ibu diam begini bukan berarti ibu tidak suka dengan gadis pilihanmu jadi jangan memasang wajah khawatir begitu.”
“Maksud ibu.” Sambil memasang wajah kaget didepan ibu mertuanya.
“Ibu setuju dengan gadis pilihanmu itu.”
“Maksud ibu....ibu setuju dengan gadis biasa yang aku pilih itu tapi dia kan bukan gadis kaya yang ibu inginkan.”
“Haaaaaaa” Ia menghela nafasnya. “Apa karena aku selalu menyebutkan didepanmu jika calon istri Aditya harus dari kalangan atas jadi kamu berpikiran jika aku tidak setuju dengan semua gadis termasuk gadis biasa – biasa saja. begitu?”
“Jadi maksud ucapan ibu....ibu setuju.” Ucapnya dengan antusias.
“Ia tentu saja....ibu tidak pernah memikirkan asal muasal seseorang selama dia berhati baik, ibu akan suka. Dan tidak selamanya gadis yang berpenampilan anggun dan sopan didepan kita itu punya hati yang baik, Sintya. Itu hanya kedok untuk menutupi sifat aslinya.”
“Wah....ibu ternyata tahu juga cara membaca wajah orang.” sambil tersenyum.
“Huh....aku ini sudah lama hidup, Sintya. Jadi tahu setiap wajah seseorang.”
“Tapi kenapa ibu langsung setuju dengan pilihanku sebelum bertemu dengannya.”
“Itu karena, kamu sudah tahu jelas sifat gadis itu kan. Kamu tidak mungkin mengatakan kalau dia gadis baik hati sebelum kamu mengenalnya. Setiap gadis yang baru pertama kali kamu temui pasti hanya bilang kalau dia gadis yang sopan tapi kali ini kamu bilang kalau dia gadis baik hati dan bertanggung jawab. Jadi ibu bisa yakin dengan pilihanmu itu.”
“Jadi ibu setuju meskipun dia hanya gadis miskin yang tidak memiliki orang tua.”
“Ibu setuju Sintya. Mendengar ceritamu tentang gadis itu, ibu bisa tahu jika dia benar – benar gadis baik – baik. Buat apa kita pilih gadis dari kalangan atas kalau sifatnya tidak baik” Jelasnya.
“Ibu.....terima kasih karena sudah menyetujui pilihanku” Ucapnya sambil memeluk ibunya.
“Ia...ibu yang seharusnya senang karena kamu sudah berusaha mencari gadis yang baik untuk Aditya. Kapan – kapan kamu bawa dia bertemu ibu ya?”
“Apa....” Ucapnya dengan kaget.
Ia tiba – tiba melepaskan pelukannya dari ibu mertuanya itu dan langsung memasang wajah kaget.
“Kenapa kamu kaget begitu?” Tanya Ibu mertuanya.
“Maaf bu....aku belum mengatakan pada gadis itu tentang niatku yang sebenarnya apalagi kan dia baru kenal aku.”
“Kenapa?”
“Tidak masuk akal dong bu kalau aku tiba – tiba bilang padanya kalau aku ingin dia menikah dengan anakku. Pasti gadis itu berpikiran aku ini orang aneh.”
“Memangnya kamu kenal dia dimana sih?” Tanya Ibu mertua Nyonya Sintya.
“Aku tahu gadis itu dari Manda. Manda bilang kalau Aditya bawa pacarnya saat mereka kencan buta. Lalu aku suruh si Mustang untuk mencari tahu dia dan aku juga pernah bertemu dia. Bahkan waktu itu aku ingin mengetesnya untuk mengetahui kalau dia mendekati Aditya hanya karena uang tapi apa ibu tahu, dia itu langsung bicara jujur didepanku kalau dia tidak ada hubungan dengan Aditya. Kalau saja dia gadis matre, mungkin saja dia tidak jujur dan memanfaatkan Aditya. Ya kan.” Jelas Nyonya Sintya.
“Dari ceritamu, dia memang gadis baik – baik Sintya tapi kalau menunggu gadis itu mau menikah dengan Aditya, sampai kapan. Sampai ibu meninggal, begitu. Lebih baik kamu cari gadis yang lain saja, yang bersedia menikah dengan Aditya.”
Haaaaa.......ia menghela nafasnya lagi sambil menunduk lemas. “Baiklah bu.”
“Ya sudah....pergilah. Ibu ingin istirahat sebentar.”
“Apa ibu tidak mau ke Rumah Sakit dulu?” Tanya Nyonya Sintya.
“Buat apa ke Rumah Sakit. Ibu hanya diperiksa saja kan, tidak bisa menyembuhkan penyakit ibu. Lagian ibu sudah diperiksa kemarin dan diberi obat. Sudahlah....kamu pergi saja, disini ada perawat yang jaga ibu”
“Baiklah.....aku pergi bu.” Ucapnya sambil mencium tangan ibu mertuanya. “Mba Susan....tolong jaga ibuku baik – baik ya. Jangan sampai dia pingsang seperti tadi” sambil menegok ke arah Mba Susan.
“Baik nyonya.....saya tidak akan mengulangi kesalahan saya lagi.”
“Eeemm”
Pergilah Nyonya Sintya meninggalkan ibu mertuanya dalam pengawasan Susan seorang perawat yang ia pekerjakan itu.
Bersambung.
cantik dan ganteng2...