NovelToon NovelToon
GLOW UP : SAYONARA GADIS CUPU! (MISI MEMBUATMU MENYESAL)

GLOW UP : SAYONARA GADIS CUPU! (MISI MEMBUATMU MENYESAL)

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Crazy Rich/Konglomerat / Mengubah Takdir / Aplikasi Ajaib
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Kde_Noirsz

Hancurnya Dunia Aluna Aluna Seraphine, atau yang akrab dipanggil Luna, hanyalah seorang siswi SMA yang ingin hidup tenang. Namun, fisiknya yang dianggap "di bawah standar", rambut kusut, kacamata tebal, dan tubuh berisi, menjadikannya target empuk perundungan. Puncaknya adalah saat Luna memberanikan diri menyatakan cinta pada Reihan Dirgantara, sang kapten basket idola sekolah. Di depan ratusan siswa, Reihan membuang kado Luna ke tempat sampah dan tertawa sinis. "Sadar diri, Luna. Pacaran sama kamu itu aib buat reputasiku," ucapnya telak. Hari itu, Luna dipermalukan dengan siraman tepung dan air, sementara videonya viral dengan judul "Si Cupu yang Gak Tahu Diri." Luna hancur, dan ia bersumpah tidak akan pernah kembali menjadi orang yang sama.

Akankah Luna bisa membalaskan semua dendam itu? Nantikan keseruan Luna...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kde_Noirsz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 2 : SATU-SATUNYA TANGAN YANG MENGGENGGAM

Hujan tidak menunjukkan tanda-tanda akan mereda. Suaranya yang menghantam atap seng bangunan sekolah terdengar seperti ribuan peluru yang menghujam bumi. Di bawah payung hitam besar milik Xavier, Luna berjalan dengan langkah yang terseret. Jaket Xavier yang tersampir di bahunya terasa berat, namun kehangatan yang meresap ke dalam kulitnya adalah satu-satunya hal yang mencegah Luna untuk tidak jatuh pingsan saat itu juga.

Adonan tepung di rambutnya mulai mengering dan mengeras, memberikan rasa gatal dan berat yang memuakkan. Bau apek dari seragamnya yang basah berbaur dengan aroma tanah, menciptakan sensasi yang membuat Luna ingin menghilang dari muka bumi.

"Kenapa kamu melakukan ini, Xavier?" suara Luna nyaris tidak terdengar di antara deru hujan. "Kamu lihat sendiri kan? Mereka... mereka bisa menghancurkan siapa saja. Kalau mereka melihatmu membantuku, besok kamu akan menjadi target mereka selanjutnya."

Xavier tidak menoleh. Matanya tetap lurus menatap jalanan aspal yang tergenang air di depan mereka. Langkah kakinya stabil, tidak terburu-buru, seolah-olah badai di sekeliling mereka bukanlah ancaman.

"Target?" Xavier akhirnya bersuara. Nada suaranya datar, tanpa emosi, namun entah kenapa terdengar sangat kokoh. "Mereka hanya sekumpulan anak kecil yang bermain dengan api, Luna. Api tidak akan membakar orang yang sudah terbiasa hidup di dalam baranya."

Luna mengernyit. Kalimat Xavier selalu terdengar terlalu dewasa, terlalu filosofis untuk seorang murid SMA yang baru pindah sebulan lalu. "Tapi Reihan... ayahnya adalah donatur terbesar sekolah. Selin... ibunya punya jaringan butik terkenal. Mereka punya segalanya untuk membuat hidup kita seperti neraka."

Xavier menghentikan langkahnya tepat di bawah lampu jalan yang remang-remang. Ia menoleh ke arah Luna. Cahaya lampu yang kuning pucat terpantul di lensa kacamatanya yang tebal, menyembunyikan tatapan matanya yang sebenarnya.

"Segalanya?" Xavier mendengus pelan, suara yang hampir terdengar seperti tawa sinis. "Uang dan popularitas hanyalah istana pasir, Luna. Satu ombak besar datang, dan mereka tidak akan menyisakan apa-apa selain debu. Kamu tidak perlu takut pada orang yang hanya berani berteriak di dalam kelompok."

Mereka sampai di depan gang sempit menuju rumah kontrakan Luna. Rumah kecil itu tampak suram di balik tirai hujan. Luna menghentikan langkahnya dan mencoba melepaskan jaket Xavier untuk mengembalikannya.

"Jangan," cegah Xavier singkat. "Pakai saja sampai kamu masuk ke dalam. Aku tidak butuh jaket itu untuk sekarang."

"Tapi kamu akan kedinginan..."

"Aku sudah biasa dengan dingin," potong Xavier. Ia memberikan payungnya ke tangan Luna yang gemetar. "Bawa ini juga. Aku bisa lari ke halte depan."

Sebelum Luna sempat memprotes atau mengucapkan terima kasih, Xavier sudah berbalik. Ia berjalan menembus hujan deras tanpa perlindungan apa pun. Namun, anehnya, punggung Xavier tidak tampak seperti punggung orang yang sedang kedinginan atau terburu-buru. Ia berjalan dengan tenang, tegak, dan sangat terkendali, hingga sosoknya hilang di telan kegelapan gang.

Malam itu, Luna tidak bisa tidur. Setelah menghabiskan waktu dua jam untuk mencuci rambutnya yang kaku karena tepung dan menangis di bawah pancuran air, ia duduk di meja belajar kecilnya. Di depannya, ponsel retaknya terus bergetar tanpa henti.

Luna ragu untuk membukanya, namun rasa ingin tahunya lebih besar. Saat layar menyala, hatinya seolah dijatuhkan kembali ke jurang yang paling dalam.

Grup chat angkatan "Pelita Bangsa 2025" sedang meledak.

[VIDEO : 0:45 detik] - Diunggah oleh Kevin.

Video itu menunjukkan momen Luna menyodorkan kado, suara tawa Reihan yang menghina, hingga detik-detik Selin menyiramkan tepung. Kualitas videonya sangat jernih, menangkap setiap tetes air mata dan wajah Luna yang terlihat sangat menyedihkan.

Komentar-komentar berdatangan bak air bah :

Maya : "Gila, bau tepungnya sampai berasa ke sini! Hahaha!"

Dion : "Gue denger syalnya itu hasil rajutan dari benang bekas ya? Kasihan banget pengen jadi Cinderella tapi malah jadi upik abu."

Vanya : "Besok kita bawa telur yuk? Biar adonannya lengkap, tinggal goreng!"

Reihan : (Hanya mengirimkan emoji tertawa)

Tangan Luna bergetar. Ia men scroll ke bawah, mencari apakah ada satu saja orang yang membelanya. Namun tidak ada. Ratusan siswa hanya tertawa atau sekadar menjadi penonton diam yang menikmati pertunjukan tersebut.

Hingga sebuah akun dengan nama 'X' (tanpa foto profil) mengirimkan pesan singkat di grup yang sedang ramai itu.

X : "Menertawakan orang lain tidak akan membuat kalian terlihat lebih tinggi. Itu hanya menunjukkan seberapa rendah kualitas moral kalian."

Suasana grup tiba-tiba hening selama beberapa detik. Lalu, ledakan makian tertuju pada akun tersebut.

Bima : "Siapa nih? Berani-beraninya sok bijak di sini!"

Selin : "Oh, paling si Cupu Xavier itu. Dasar sampah harusnya emang temenan sama sampah!"

Luna mematikan ponselnya. Ia memeluk lututnya di atas tempat tidur, menatap jaket Xavier yang tergantung di kursi. Jaket itu masih lembap, tapi wanginya campuran antara kayu cendana dan hujan entah kenapa membuat Luna merasa sedikit lebih aman.

Keesokan paginya, neraka yang sebenarnya baru dimulai.

Saat Luna berjalan melewati gerbang sekolah, ia merasa setiap pasang mata tertuju padanya. Beberapa siswa secara terang-terangan melemparkan gumpalan kertas ke arahnya. Ada yang sengaja berbisik cukup keras agar ia mendengar kata "Gadis Tepung".

Luna terus menunduk, mencoba menjadi sekecil mungkin agar tidak terlihat. Namun, saat ia sampai di depan lokernya, ia membeku.

Loker itu telah dicoret-coret dengan cat semprot merah. Tulisan "MATI SAJA KAU!" dan "TIDAK TAHU DIRI" menghiasi pintu loker yang kini sudah penyok. Di bawahnya, tumpukan sampah sisa makanan kantin berserakan.

"Kenapa? Kamu nggak suka dekorasi barunya?" suara Selin terdengar dari belakang.

Selin berdiri di sana bersama Maya dan Vanya, masing-masing memegang segelas jus jeruk dingin. Reihan dan gengnya berdiri tidak jauh dari sana, bersandar di dinding sambil menonton dengan senyum mengejek.

"Selin... tolong berhenti," bisik Luna dengan suara parau.

"Berhenti? Kami baru saja mulai, Luna!" Selin maju dan hendak menyiramkan jus jeruk itu ke wajah Luna.

Namun, sebelum cairan itu sempat mengenai Luna, sebuah tangan dengan cepat menangkap pergelangan tangan Selin. Gelas itu tetap tegak, tidak setetes pun tumpah ke arah Luna.

Itu Xavier.

Dia muncul entah dari mana. Wajahnya masih setenang kemarin, tersembunyi di balik kacamata tebalnya. Ia memegang pergelangan tangan Selin dengan kekuatan yang membuat gadis itu meringis.

"Lepasin! Sakit, Cupu!" jerit Selin.

Bima yang melihat pacarnya disakiti langsung maju dan mendorong bahu Xavier. "Heh! Berani lo nyentuh cewek gue?!"

Xavier tidak bergerak sedikit pun saat didorong. Ia justru menatap Bima dengan tatapan yang sangat tajam, membuat Bima yang tadinya mau melayangkan pukulan tiba-tiba terhenti. Ada sesuatu yang sangat intimidatif dari Xavier, seolah-olah dia adalah predator yang sedang menyamar jadi mangsa.

"Kebersihan sekolah adalah tanggung jawab bersama," ucap Xavier dengan nada datar. Ia menunjuk ke arah coretan di loker Luna. "Menghapus ini akan memakan waktu. Dan kalian... akan membantu menghapusnya."

Reihan tertawa keras dari kejauhan. "Lo bercanda? Lo pikir lo siapa, Xavier? Berani-beraninya nyuruh kita?"

Xavier tidak menjawab Reihan. Ia hanya menatap Selin dan Bima bergantian, lalu melepaskan tangan Selin dengan sentakan kecil.

"Aku tidak suka mengulang kata-kataku," ucap Xavier pelan.

Suasana di koridor itu menjadi sangat tegang. Geng Reihan merasa terhina karena ditantang oleh seorang murid pindahan yang mereka anggap rendah. Namun, sebelum keributan fisik pecah, suara bel masuk berbunyi sangat nyaring.

"Urusan kita belum selesai, Cupu. Lo dan Luna... bakal dapet balasan yang jauh lebih parah dari ini," ancam Reihan sebelum memimpin gengnya pergi.

Luna menatap Xavier dengan tatapan khawatir. "Xavier, kamu nggak seharusnya melakukan itu. Sekarang mereka bener-bener akan mengincarmu."

Xavier hanya memperbaiki posisi tasnya. Ia melirik loker Luna yang hancur, lalu menatap Luna.

"Biarkan mereka mencoba," ucapnya singkat. "Ayo masuk kelas. Jangan terlambat hanya karena sampah-sampah itu."

Luna mengikuti Xavier dari belakang. Di dalam hatinya, ia bertanya-tanya: siapa sebenarnya Xavier? Kenapa dia begitu berani? Dan kenapa, di balik penampilannya yang cupu, dia terlihat seperti seseorang yang bisa menghancurkan seluruh sekolah ini jika dia mau?

Luna belum tahu, bahwa penderitaannya baru saja mencapai puncaknya, dan Xavier adalah satu-satunya alasan ia masih bisa berdiri tegak menghadapi badai yang akan datang.

1
Ayu Nur Indah Kusumastuti
😍😍 xavier
Ayu Nur Indah Kusumastuti
semangat author
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!