"umurku 26 tahun, jika ingin melakukan seks knpa memang walau hanya main main, Tak semua seks itu dengan perasaan serius" sahut Jovanka ketus. Sean cukup tercekat mendengarnya, bahkan terdiam, hanya tangannya semakin erat mencengkram pinggang Jovanka tanda bahwa emosinya mulai terpancing. "Kau telat sekali ingin memulai di umur 26 tahun" ejek Sean, . "Tidak ada yang telat jika menyenangkan" ucap Jovanka seolah membalas ejekan sean. "Jadi kau senang melakukan nya dengan ku?" tanya Sean dengan wajah yang sangat menyebalkan Skak, jovanka tidak Bisa berkata-kata lagi, " Bukan begitu jugaa" sahut jovanka gugup mengalihkan pandangannya ke arah lain. **** "Astagaaaaaaa aku juga akan menjalani kontrak pernikahan" teriak Jovanka tak terima. "Jovanka, siapa tahu saat berjalannya waktu kalian bisa saling jatuh cinta" ucap Vivian ibunya dengan lembut. "Itu lebih tak mungkin lagi,! teriak jovanka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lian14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
flashback bertemu kakak
Flashback on
“Dokter Jo, ada yang mencarimu di lobi” lapor seorang perawat pada Jovanka yang baru keluar dari ruang operasi,
"Siapa?" tanya nya sambil melepas penutup kepala operasinya.
" Tidak tahu, 2 lelaki memakai stelan jas rapi, mereka sangat tampaaan" ucap perawat itu memujinya dengan mata berbinar
Deggg, jantung Jovanka mulai berdetak kencang, Aku melakukan penarikan uang nya di tempat yang jauh dari sini apa mungkin mereka menemukan ku fikirnya sambil berjalan takut ke arah lobi masih menggunakan setelan baju operasinya.
“jika benar dia bagaimana” ucapnya bermonolog Sampai tiba di lobi,matanya menatap punggung lebar 2 sosok lelaki yang sangat di kenalnya sejak kecil.
Dua orang laki laki berpostur tubuh tinggi atletis Dengan stelan jas hitam rapi, mata mereka mengedar melihat lihat ruangan Lobi rumah sakit yang terlihat sederhana itu sampai pandangan mereka bertemu dengan gadis yang berdiri mematung tak jauh dari mereka.
Morgan kakaknya, dia Datang dengan sekertarisnya Samuel Alexander. “Benar diaaa” gumam Jovanka berjalan sambil menundukkan kepala sesekali tangannya meremas ujung seragam operasi nya
"Kakak " panggilnya pelan dengan kepalanya yang terus menunduk.
"Hai" ucap Morgan lembut, kakinya melangkah mengambil duduk di kursi tamu, "disini kau selama ini" ucapnya, terdengar dingin dan menusuk di telinga Jovanka yang masih tetap diam tak bergeming
"Duduk" titahnya pada Jovanka yang berjalan mendekat mengambil duduk di samping Morgan, tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh dari duduk kakaknya itu.
"Ada masalah" tanya Morgan dingin.
"Tidak kak" jawab Jovanka pelan masih terus menunduk
"Jika tidak kenapa kau mengambil uang ratusan juta dari rekeningmu" tanya Morgan dingin pada Jovanka yang kembali hanya diam, "Kau tidak akan menarik uang jika tidak terpaksa kan, kau tahu persis aku bisa menemukan mu dengan itu" ucap Morgan santai tapi terdengar menakutkan.
"Ada pasien, tetangga ku, dia harus operasi dan tidak ada uang, Operasinya urgent jadi ku ambil uang dari rekeningku untuk membantunya " ucap Jovanka menjelaskan dengan lirih
"Tetangga?" Tanya Morgan.
"Iyaa,aku mengontrak rumah di samping rumahnya" jelas Jovanka.
"Ngontrak" ulang Morgan tak percaya.
"Iyaa" sahut Jo masih menunduk.
"Kontrakan Rumah mu besar?" Tanya nya.
"Hanya 1 rumah dengan 1 kamar" ucap Jovanka menjelaskan.
"Gilaaa" ucap Morgan tak percaya."Kau bahkan tidak pernah tinggal di apartemen biasa Jo" sergahnya terdengar kesal tapi jovanka hanya diam dan masih terus menunduk
"Kau jadi dokter disini" tanya Morgan memperhatikan setelan baju jovanka.
"Dokter spesialis bedah umum" sahut jovanka
"Dengan mental mu itu? “ Tanya Morgan sanksi.
"Aku sudah di nyatakan sembuh 6 bulan lalu" sahut Jovanka pasti. Membuat Morgan mengangguk tanda paham
”Bagaimana mama dan maira“ tanya Jovanka lembut Tapi Morgan malah tersenyum sinis mendengarnya,
” masih ingat kau dengan ibu dan adikmu“ ucap nya sinis dan tajam
“ Aku tidak pulang kan bukan berarti lupa” sahut jovanka mulai berani.
“ Ku fikir malah kau lupa punya keluarga” tajam Morgan lagi membuat Jovanka kembali diam seribu bahasa
“Baik baik saja, mereka selalu merindukan mu” sambung Morgan menghela nafas
“Ira dan Lucas?“ tanya Jovanka lagi.
“Baik baik saja” sahut Samuel lembut.
Jovanka membuka mulutnya kembali lalu mengurungkannya namun Morgan menangkap pertanyaan adiknya yang tak tersampaikan itu.
“Dia bertunangan dengan perempuan lain Minggu lalu, Jadi kau tidak perlu memikirkan nya lagi” ucap Morgan pada jovanka.
“Aku tau, aku lihat beritanya” sahut Jovanka pelan,membuat Morgan menghela nafasnya.
"Aku tunggu disini, kemasi barang mu kita pulang sekarang " titah Morgan masih sangat dingin, setelah mendengar itu, Jovanka mulai berani mengangkat kepalanya menatap Morgan,
"tidak" sahutnya singkat, hingga membuat Morgan menatapnya nyalang, jawaban tidak adalah hal yang paling tidak di sukainya saat memberi perintah,
"Kakak, beri aku waktu ucap Jovanka terbata" menunduk setelah menangkap sorot mata marah dari kakaknya itu
"Kau sudah mengambil banyak waktu jovanka" tekan morgan pada adiknya yang hanya menunduk,
"aku tidak ingin pulang“ lirihnya membuat Morgan menggusar kasar rambutnya tanda kemarahannya mulai terpancing.
"Lalu kau ingin apa? Hidup miskin sebatang kara disini?" Tanya Morgan kesal.
"I am oke for that" sahut Jovanka pelan
"I am not okay "sahut Morgan marah,
"Kau adik ku, cucu keluarga wijaja yang terhormat, Dan kau tinggal terperosok di ujung dunia, tak berdaya dan miskin ,Seriously jovanka?"Bentaknya.
"Aku tidak miskin, aku punya gaji" sahut Jovanka menentang
"Berapa gaji mu yang kau banggakan itu?Bahkan membeli rumah kau tak mampu"ejek Morgan dengan sinis, lagi lagi Jovanka hanya diam, tak menjawab apapun
"3 bulan, kuberi kau waktu hanya 3 bulan, Setelah itu kembali pulang" ucap Morgan sinis pada Jovanka yang hanya diam tak menjawab,
"Kau tuli" bentak nya lagi, membuat Jovanka terhenyak mendengar bentakan nya. .
"Tidak" sahut Jovanka lirih. .
"Jika tidak jawab aku, atau kau bisu?"sergahnya emosi
"Jika bisu Aku tidak menjawab dari tadi" sergah Jovanka tak kalah kesal.
"3 bulan" hentak Morgan lagi.
"Iyaaa" sahut Jovanka lesu.
"Aku pulang" ucap Morgan berdiri dengan kasar dari duduknya.
"Iya" sahut Jovanka lagi
Morgan mendekat mencium pucuk kepala adiknya, walau sering membuat nya naik darah, tapi dia memang sangat menyayangi Adik adiknya. , "aku menyayangi mu " ucapnya lembut."Jaga diri baik baik" sambungnya.
Ada perasaan sedih di hati Jovanka,sudah sangat lama kakaknya Morgan tidak mengatakan " aku menyayangimu" Sudah sangat lama, tidak mendengar kalimat itu dari mulut orang lain lirih Jovanka dalam hati.
"Aku juga menyayangimu" sahut Jovanka lirih.
Samuel, sekertaris morgan mendekat,Menarik pucuk kepala Jovanka dan ikut menciumnya juga,
"Jaga dirimu baik baik, adik ku" ucapnya sangat lembut, Samuel adalah orang yang dingin dan kaku Tapi tidak jika bersama Jovanka, dia menganggap jovanka sudah seperti adik nya sendiri mereka tumbuh bersama di bawah wijaja grup dan arahan William Alexander ayah Samuel sekaligus sekertaris kepercayaan tuan wijaja kakek jovanka dan morgan, Sebelumnya bahkan Samuel dan jovanka pernah menjalin hubungan perjodohan selama 4 tahun.
Flashback off
Jovanka menghela nafasnya lalu bangkit dari duduknya, hari ini jam kerjanya sudah berakhir, dan langsung menuju ruang ganti nya untuk bersiap pulang, dia juga harus mengajukan surat cuti untuk bisa pulang menemui keluarganya di kota