NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Tetangga Tampan

Mengejar Cinta Tetangga Tampan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Murni / Romansa / Idola sekolah
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Story Yuu

Kiara dan Axel berteman sejak kecil, tinggal bersebelahan dan tak terpisahkan hingga masa SMP. Diam-diam, Kiara menyimpan rasa pada Axel, sampai suatu hari Axel tiba-tiba pindah sekolah ke luar negeri. Tanpa memberitahu Kiara, keduanya tak saling berhubungan sejak itu. Beberapa tahun berlalu, dan Axel kembali. Tapi anak laki-laki yang dulu ceria kini berubah menjadi sosok dingin dan misterius. Bisakah Kiara mengembalikan kehangatan yang pernah mereka miliki, ataukah cinta pertama hanya tinggal kenangan?

*
*
*

Yuk, ikuti kisah mereka berdua. Selain kisah cinta pertama yang manis dan menarik, disini kita juga akan mengikuti cerita Axel yang penuh misteri. Apa yang membuatnya pindah dan kembali secara tiba-tiba. Kenapa ia memutus hubungan dengan Kiara?.

MOHON DUKUNGANNYA TEMAN-TEMAN, JANGAN LUPA LIKE, DAN KOMEN.

Untuk menyemangati Author menulis.

Salam Hangat dari tanah JAWA TENGAH.❤️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Story Yuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2 Canggung Di Antara Kerinduan

“Kami masuk dulu ya mba Desy,” ujar Widia, sambil menggandeng putranya.

Desy mengangguk cepat, “Iya, silakan. Axel juga pasti lelah,” sahutnya mempersilakan.

“Mari Om, Tante,” ucap Axel singkat, namun tetap menyiratkan kesopanan.

Saat masuk kerumah, betapa terkejutnya Axel disambut oleh foto Kiara yang terpampang segede gaban di ruang tamu rumahnya.

“Astaga!” ujarnya kaget, matanya terbelalak.

“Kenapa sayang?” tanya Widia, menatap wajah putranya yang ternganga.

Axel mengangkat alisnya, “Apa ini, Ma?” tanyanya dengan wajah bingung, menunjuk foto Kiara.

Widia tertawa kecil. “Ini Kiara, manis bukan?” jawabnya bangga memuji anak tetangganya.

Axel memiringkan kepalanya, menatap lekat foto yang sebesar banner terpampang di dinding rumahnya. “Kenapa ada foto Kiara dirumah kita?” tanyanya heran.

Widia mendekati foto itu, mengelusnya dengan lembut. “Fotonya bagus, lihat, Kiara sangat Manis difoto. Mama suka, jadi Mama cetak saja,” jawabnya santai, sambil tersenyum lebar.

Axel menggeleng pelan, seolah tak percaya dengan sikap ibunya. Ia lalu melangkah maju dan membuka lemari sendal, matanya membelalak lagi. "Astaga, apalagi ini?" gumamnya mengerutkan kening, melihat seisi lemari hanya di penuhi dengan sendal wanita.

Sendal berbentuk Hiu, Kodok dan lainya, berjejer rapi di sana. Semuanya tampak tersenyum seolah menyambut kepulangan Axel.

“Ma!...”

Widia yang sedang menyusun barang bawaan putranya, sontak menoleh mendengar suara Axel. “Iya. Nak,” sahutnya buru-buru mendekat. Begitu tiba, ia malah tertawa, kemudian berkata: “Ini sendal-sendal Kiara, kamu pakai sendal Papa saja dulu. Besok Mama belikan.”

Axel mengangkat alisnya, mendengar ucapan ibunya. “Kenapa banyak sekali sendal Kiara?” cetusnya heran, “Apa dia anak SD? Kenapa selera sendalnya seperti ini.”

Widia langsung membungkam mulut Axel, “Hus, jangan bicara seperti itu” potongnya cepat, melarang putranya mengolok-olok Kiara.

Axel memutar bola matanya. “Huhh...” ia hanya bisa menghela napas berat.

Widia langsung menarik tangan Axel, menuntunnya untuk segera naik ke lantai atas. “Sana kekamar dulu, Mama siapkan makan.”

Masih dengan wajahnya shocknya, Axel menyeret langkahnya menuju kamar. “Iya Ma,” jawabnya singkat.

****

Sementara itu, Dirumah sebelah. Kiara tampak masih tercengang seolah tak percaya.

Dia duduk mematung diranjangnya, “Dia... benar Axel, kan?” gumamnya masih belum yakin.

Matanya tiba-tiba berbinar, sudut bibirnya terangkat, senyum lebar muncul di wajahnya. “Kenapa semakin tampan! Aaa...” rengeknya merebahkan diri kekasurnya.

“Cinta pertamaku... kembali?” bisiknya malu, wajahnya memerah.

Ia terbangun tiba-tiba, “Tapi... tatapan apa itu tadi? Dia menatap dingin kearahku, dia tidak mengenaliku?”

Kiara langsung bediri di depan cermin, “Memang wajar kalau dia pangling, yang dulunya gendut! Kini, aku sudah tumbuh jadi gadis yang cantik,” ujarnya bangga, memuji diri sendiri.

Senyum merekah diwajahnya, meski ia berubah karena sudah tak gendut lagi, tapi perasaannya masih sama, ia masih memuja Axel di hatinya. Kiara merasa senang bertemu kembali dengan cinta pertamanya.

****

Namun, berbeda dengan Axel. Ia terlihat sangat berubah, anak laki-laki yang dahulu ceria. Kini sorot matanya tampak dingin dan tak banyak bicara.

Malam harinya. Di kamarnya, Axel berbaring di atas ranjang. Ia menatap kosong ke arah langit-langit kamarnya, “Akhirnya aku pulang, tapi kenapa aku merasa hampa?” gumamnya pelan, tak mengerti akan perasaannya yang tak menentu.

Ia duduk, lalu melangkah ke arah jendela dan membukanya, matanya langsung tertuju ke jendela kamar Kiara, ia menatap lekat “Jendela itu... masih sama.”

Tiba-tiba kedua pasang matanya menangkap sosok Kiara yang mendekat ke jendela, Axel buru-buru menutup jendela lamarnya. Napasnya memburu, jantungnya deg-degan, ia duduk dibawah jendela.

“Kenapa aku sembunyi?” gumamnya sambil memiringkan kepala.

“Axel! Turun Nak, Makannya sudah siap!” suara Widia memanggil dari lantai bawah.

Axel sontak mengangkat wajahnya. “Iya Ma,” sahutnya masih gemetar, lalu melangkah pelan keluar dari kamar.

Dimeja makan, Widia sudah menyiapkan banyak menu hidangan.

Axel mengangkat alisnya lagi. “Banyak sekali menunya, Kita hanya makan berdua,” ucapnya heran, melihat meja makan di penuhi oleh menu hidangan.

“Benarkan, terlalu banyak. Jadi Mama mengundang Kiara dan orang tuanya untuk makan bersama.”

“Hah?!”

“Kenapa? Apa kamu tidak merindukan Kiara?” tanya Widia menatap lekat wajah putranya.

Axel menggaruk tengkuknya, “Aku...”

“Kamu lihat tadi, dia kabur saat melihatmu. Lucu sekali,” ujar Widia terkekeh, mengingat tingkah konyol Kiara siang tadi.

Tok, tok,

“Itu, pasti mereka. Tolong bukakan pintunya,” titah Widia, sambil menyusun piring-piring di atas meja.

Axel melangkah ke arah pintu.

“Om, Tante, silakan masuk,” ujarnya menyapa Adam dan Desy.

“Terima kasih, Nak,” balas Adam sambil menepuk bahu Axel.

Mata Axel langsung tertuju pada Kiara yang berdiri di belakang Adam, Dia... berbeda, dimana pipi bakpaonya yang dulu? batinnya heran melihat Kiara yang sudah sangat berubah.

Kiara menunduk malu, wajahnya tampak merona. Kenapa dia terus menatapku? Jantungku bisa-bisa meledak ini. gumam hatinya, tangannya terus meremas ujung bajunya.

“Masuk mba Desy, mas Adam... aaa Kiara sayang,” sambut Widia senang, menghampiri mereka.

Kiara mengangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk tak berani menatap Axel. “Tante...” balasnya, memeluk Widia.

****

Axel dan Kiara duduk berhadapan, Kiara diam-diam mencuri pandang. Matanya terus tertuju pada pria tampan di depanya, Kenapa dia jadi pendiam? Dimana Axel yang dahulu ceria? batinnya bertanya-tanya.

Sementara Axel tampak merasa tak nyaman, tangannya terus meremas lututnya, sesekali melirik Kiara. Namun dengan cepat juga ia mengalihkan pandanganya. Kenapa sangat canggung, aku... harus bagaimana? pikirnya gelisah.

“Ada apa dengan kalian? Canggung sekali” tanya Desy, yang menyadari gerak-gerik keduanya.

“Iya, Kiara... kenapa jadi pendiam?” timpal Widia.

“Wajar, mereka sudah lama tidak bertemu. Mungkin malu-malu,” sahut Adam, sambil tertawa kecil.

“Benarkah? Emm... kalian berdua masih saja menggemaskan,” ujar Widia sambil tertawa.

Kiara mendongak dengan cepat, "Oh, nggak tante. Kiara... anu," jawabnya kikuk, tak tahu harus bilang apa.

Kiara menunduk lagi, memejamkan matanya sejenak. Rasa canggung membuatnya salah tingkah, jantungnya masih terus berdebar.

Para orang tua terlihat asyik bernostalgia, mengingat dan bercerita tentang masa kecil Axel dan Kiara. Sementara anak-anak terlihat kikuk dan sesekali tersenyum kaku.

Canda dan tawa terdengar seru malam itu, semua orang tampak gembira menikmati makan malam bersama, kecuali Axel.

Ia terdiam menatap lurus piringnya, lalu menoleh ke arah kursi kosong di sebelahnya. Papa... benar-benar tidak datang? pikirnya gusar.

Kiara yang duduk di seberangnya, menyadari raut wajah Axel yang tampak murung. Berniat mencairkan suasana, ia langsung menyodorkan botol berisi jus. “Axel, mau minum jus?” ucapnya dengan wajah berbinar.

Axel mengangkat wajahnya, menatap Kiara sejenak. “Tidak perlu,” jawabnya datar hanya menggeleng pelan.

“Oh,” Kiara langsung duduk, dan menarik kembali botolnya.

Ucapanya... dingin sekali. Pikirnya sedih, pelupuk matanya memerah.

“Kiara, tante mau dong jusnya” ujar Widia langsung menyodorkan gelas kosong di tangannya.

“Oh iya, tante. Silakan” jawab Kiara, menyerahkan botolnya.

Namun, tangannya yang gemetar tidak memegang botol dengan erat. Alhasil botolnya tumpah ke arah Axel.

Tumpahan jus menyadarkan lamunan pemuda itu, Axel sontak berdiri “Astaga!” ujarnya kaget. Ia menatap tajam Kiara, rahangnya mengeras. “Apa yang kamu lakukan?!"

Kiara membelalak, menutup mulutnya dengan kedua tangan. “Maaf, aku tidak sengaja Axel,” sahutnya panik, lalu mendekat menyeka baju Axel.

Axel menahan napas, rahangnya menegang, setiap helaan napas terasa seperti api yang membara di dalam dada. “Apa kamu bodoh?!” bentaknya lantang, di depan Kiara.

Semua orang terkejut, Adam bangkit dari duduknya “Apa yang terjadi?” tanyanya menatap tajam ke arah pemuda yang tengah di liputi oleh amarah.

Kiara langsung tertunduk diam, kemudian mendongak pelan. Kamu bodoh... kalimat dan suara lantang Axel menggema di telinganya.

Matanya memerah, air matanya tak tertahan lagi. “Aku... tidak sengaja Axel... Maaf,” lirihnya, sambil mengusap pipi, lalu berlari keluar.

"Kiara..." panggil Desy, lalu mengejarnya.

Widia juga bangkit dari kursinya, tangannya masih memegang sendok dengan erat. "Axel! Apa-apaan kamu ini?!" bentaknya, memarahi putranya.

Axel menunduk dan terdiam sejenak. Tak lama, ia kembali mengangkat wajahnya. “Maaf Om, Axel berlebihan,” ujarnya pelan menatap Adam, kemudian langsung melangkah cepat ke kamarnya.

“Axel!!” teriak Widia. Namun putranya sama sekali tak menghiraukan.

Widia menoleh ke arah Adam yang terlihat menahan amarah tak terima putrinya di bentak. “Maaf sekali mas Adam, Axel tidak biasanya seperti itu. Saya juga tidak tahu, kenapa dia menjadi kasar,” jelas Widia, suaranya bergetar.

“Yaudah Wid, saya pamit dulu,” ujar Adam, melangkah keluar dari rumah itu.

Makan malam bersama Axel, yang seharusnya hangat dan menyenangkan pikir Kiara, malam itu malah menjadi makan malam yang menyakitkan baginya. Kalimat ‘Kamu Bodoh’ yang di lontarkan Axel dengan suara lantangnya. Mampu menghancurkan dinding yang selama ini ia bangun dengan kokoh di hatinya.

...****************...

Bersambung...

Mohon Dukungannya teman-teman sekalian...

Salam hangat dari Author, 🥰🥰

 

 

1
Anna
alahh modus ee si Axel ..
Anna
cerita nya fress, alur nya simple sukaa pollll ..
Yuu: makasih kakak sudah mampir🥰🥰
total 1 replies
Fausta Vova
thor, bisa ga yah up tiap hari???
🤣
ak pasti menunggunya thor
Fausta Vova
jangan ribet-ribet thor
otakku baru bangun nih
Yuu: Terimakasih sudah mampir, 🥰
total 1 replies
Duane
Gila, endingnya bikin terharu.
Yuu: Terimakasih ka. nantikan update selanjutnya ya🥰
total 1 replies
Maris
Plot yang rumit tapi berhasil diungkap dengan cerdas.
Yuu: Terimakasih 🥰🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!