NovelToon NovelToon
女将军的命运之幕 ( Tirai Takdir Sang Jenderal Wanita )

女将军的命运之幕 ( Tirai Takdir Sang Jenderal Wanita )

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Keluarga / Raja Tentara/Dewa Perang / Ahli Bela Diri Kuno / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:576
Nilai: 5
Nama Author: Syifa Fha

Di bawah rembulan yang dingin, seorang jenderal berdiri tegak, pedangnya berkilauan memantulkan cahaya. Bukan hanya musuh di medan perang yang harus ia hadapi, tetapi juga takdir yang telah digariskan untuknya. Terjebak antara kehormatan dan cinta, antara tugas dan keinginan, ia harus memilih jalan yang akan menentukan nasibnya—dan mungkin juga seluruh kerajaannya. Siapakah sebenarnya sosok jenderal ini, dan pengorbanan apa yang bersedia ia lakukan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syifa Fha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

2

"Xin Lan, jangan bicara omong kosong!" bentak Feng Yan. Nada suaranya meninggi, menandakan kemarahannya yang mulai memuncak. "Kau adalah bagian dari Mo Hui, takdirmu adalah melayani organisasi ini. Jangan pernah berpikir untuk mengingkarinya!"

"Aku tidak pernah meminta takdir ini!" balas Xin Lan dengan suara bergetar. Air matanya semakin deras mengalir di pipinya. "Aku tidak ingin menjadi pembunuh, aku ingin hidup seperti orang lain!"

Tanpa menunggu jawaban Feng Yan, Xin Lan menerjang maju dengan kecepatan tinggi. Pedangnya terhunus, memancarkan cahaya dingin di bawah rembulan. Ia mengarahkan serangannya langsung ke jantung Feng Yan, dengan harapan bisa mengakhiri semua ini.

Namun, Feng Yan tidak tinggal diam. Dengan gerakan cepat, ia menangkis serangan Xin Lan dengan pedangnya sendiri. Percikan api muncul saat kedua pedang itu beradu, menciptakan suara nyaring yang memekakkan telinga.

"Kau benar-benar sudah berubah, Xin Lan," desis Feng Yan dengan nada kecewa. "Kau sudah tidak lagi menghormatiku sebagai gurumu?."

"Kau tidak pernah menjadi guruku!" balas Xin Lan dengan geram. "Kau hanya memanfaatkanku untuk kepentinganmu sendiri!"

Pertarungan sengit pun tak terhindarkan. Xin Lan dan Feng Yan saling menyerang dengan brutal, tanpa ampun. Setiap gerakan mereka dipenuhi dengan kebencian dan amarah. Pedang mereka menari-nari di udara, menciptakan pusaran angin yang mematikan.

Feng Yan, yang diliputi amarah, langsung menggunakan jurus warisan keluarga Feng. Energi dahsyat terpancar dari tubuhnya, menciptakan tekanan yang luar biasa di sekitar Xin Lan.

 ia mengarahkan serangannya langsung ke dada Xin Lan, dengan niat untuk menghancurkan jantungnya.

Xin Lan berusaha menangkis serangan Feng Yan, namun energi yang terpancar dari jurus itu terlalu kuat. Tubuhnya terdorong mundur hingga akhirnya ia pun terjatuh ke dalam Lembah Kematian yang gelap dan mengerikan.

 "Aku Bebas."Xin Lan dengan putus asa saat ia terjun bebas ke bawah. Angin bertiup kencang, menerpa wajahnya dengan kasar. Ia bisa merasakan kematian sudah dekat.

Feng Yan hanya bisa terpaku di tempatnya, menyaksikan tubuh anggota terbaiknya itu terjun bebas ke bawah. Ia tidak menyangka bahwa Xin Lan akan berakhir seperti ini.

Zhao Yuxiu, yang menyaksikan kejadian itu dari kejauhan, terlihat tersenyum lebar. Ia merasa senang karena akhirnya pesaingnya untuk memperebutkan perhatian pemimpin sudah hilang.

"Zhao Yuxiu!" bentak Feng Yan dengan suara menggelegar.

Zhao Yuxiu langsung bertekuk lutut di hadapan Feng Yan. Dengan penuh tanda tanya.

"Bawa timmu dan sampaikan perintahku untuk mencari tubuh Feng Xin Lan!" perintah Feng Yan dengan nada dingin. "Jika mati, lihat mayatnya dan kubur di tempat! Jika hidup, bawa dia kembali."

"Ta...tapi, tuan?!" Zhao Yuxiu mencoba membantah. "Dia itu pengkhianat! Kenapa kita masih perlu memperdulikan dia?!"

"Seandainya kau berkhianat, tapi berbakat Sepertinya,aku akan melakukan hal yang sama, seperti aku memperlakukan Xin lan" balas Feng Yan dengan tajam. "Feng Xin Lan itu anggota Mo Hui paling jenius dan berbakat yang mungkin hanya akan ada di setiap ratusan tahun sekali. Daripada kau mengoceh hal yang sangat tidak penting, sebaiknya lakukan perintahku!" Feng yan memegang topeng yang biasa digunakan Xin Lan .

Tanpa menunggu jawaban Zhao Yuxiu, Feng Yan langsung menghilang dari hadapannya. Ia pergi meninggalkan Zhao Yuxiu yang masih berlutut dengan wajah penuh kebencian.

"Bagus sekali kau, Feng Xin Lan!" batin Zhao Yuxiu dengan geram. "Bahkan kau yang sudah mati begini masih saja mengganggu rencanaku mendapatkan perhatian khusus dari Tuan Feng! Lihat saja! Begitu aku menemukanmu, tidak peduli kau hidup atau mati, aku akan menghancurkanmu! Tunggulah pembalasanku!"

.

.

.

Di dalam kegelapan yang pekat, Xin Lan terus terjun bebas ke bawah. Pikirannya berkecamuk dengan berbagai macam pertanyaan dan penyesalan.

"Sakit..... Gelap... Dingin.... hanya ada suara-suara aneh yang mengelilingi gendang telingaku..."

Suara-suara itu semakin lama semakin menghilang, hingga akhirnya Xin Lan kehilangan kesadarannya. Ia terjatuh ke dalam kegelapan yang abadi, tanpa tahu apa yang akan terjadi padanya selanjutnya.

 .

.

.

Xin lan terbangun dengan napas tersengal.

Tubuhnya kaku bagai terikat rantai tak kasat mata. Syukurlah, jemarinya masih bisa digerakkan. Dengan susah payah, Xin Lan mencoba duduk, matanya menyapu ruangan asing itu. Sederhana, namun bersih dan rapi. Perabotan kayu usang dan tembikar menghiasi ruangan, sementara dari jendela terpampang panorama pegunungan berselimut salju.

"Di mana aku?" gumamnya.

Pakaian yang dikenakannya bukan lagi pakaian yang biasa ia kenakan. Kain kasar dan sederhana, namun terasa nyaman di kulitnya.

"Topengku?!" Ia meraba wajahnya, panik. Topeng itu adalah identitasnya, pelindungnya, dan simbol masa lalunya.

Kebisingan dari luar menarik perhatiannya. Dengan susah payah, Xin Lan mencoba berdiri. Kakinya terlalu lemah, tubuhnya limbung. Ia menutup mata, bersiap mencium lantai. Namun, sentuhan kasar menahannya.

"Nona? Anda baik-baik saja?"

Xin Lan membuka mata perlahan. Seorang pemuda tampan menahannya dengan tangan kekar. Mata mereka bertemu, dan keduanya terkejut.

"Ah... maafkan aku," ucap pemuda itu gugup. "Biar kubantu Nona berbaring."

Xin Lan mengangguk tanpa sadar. "Te... terima kasih."

"Anda harus istirahat. Jangan memaksakan diri." Pemuda itu membaringkannya kembali.

"Anu..." Belum sempat Xin Lan menyelesaikan kalimatnya, suara teriakan dan tangisan dari luar membuat pemuda itu bergegas pergi.

Dengan keras kepala, Xin Lan menyeret tubuhnya keluar. Tongkat kayu menjadi tumpuannya. Pemandangan di luar membuatnya terkejut sekaligus marah. Bandit! Mereka menjarah desa, menyeret gadis-gadis muda dengan paksa.

"Ibu!" Pemuda yang menolongnya tadi berteriak panik.

"Nona! Kenapa Anda keluar?!" Seorang wanita paruh baya menghampirinya.

"Nona, cepat kembali! Bandit dari Desa Huan datang! Mereka menculik gadis-gadis!" Pemuda itu berusaha memapahnya masuk.

"Kenapa kalian tidak melawan?!" Xin Lan bertanya geram.

"Kita tidak sanggup! Ketua mereka anggota Mo Hui!"

Mo Hui... nama itu membuat Xin Lan terdiam.

"Hei! Kalian berdua menyembunyikan gadis itu, ya?! Bawa dia ke sini!" Seorang pria botak bertubuh besar dengan golok di tangan menghampiri mereka.

Wanita paruh baya dan pemuda itu menghadang. "Jangan sentuh dia! Pergi kalian!"

Pria botak itu mendorong wanita itu hingga kepalanya membentur tiang. Wanita itu pingsan seketika.

"Ibu!!!" Pemuda itu berteriak histeris. Tiga pemuda lain berlari menghampiri, melemparkan alat pertanian mereka ke tanah.

Xin Lan menghentikan mereka. "Jika kalian menginginkanku, biarkan mereka pergi."

Ketua bandit itu menyeringai cabul. "Nona manis... aku suka keberanianmu. Bagaimana kalau aku mencicipimu dulu sebelum menyerahkanmu pada Ketua? Dia pasti mengerti." Tangannya menyentuh dagu Xin Lan.

Dengan jijik, Xin Lan meludahi wajah pria itu. Meski tangannya terikat, ia masih bisa melawan.

"Ketua... bagaimana ini?" Seorang bandit gemetar ketakutan.

"Hmm... menarik," pria botak itu menjilat ludah Xin Lan di wajahnya. "Tuan pasti senang."

Xin Lan muak. Dengan gerakan cepat, ia merebut golok salah satu bandit dengan kakinya, lalu menendangnya bagai bola takraw. Golok itu melesat nyaris mengenai leher ketua bandit.

" Bawa aku pergi tapi jangan ganggu mereka!" ancam Xin Lan.

Tatapan Pembunuh Xin Lan membuat nyali para bandit ciut. Mereka menyeret Xin Lan, meninggalkan desa dengan membawa harta jarahan dan tiga gadis muda.

Markas bandit itu bagai neraka dunia. Puluhan gadis tanpa busana, terikat dan disiksa. Beberapa digantung dengan tubuh penuh luka cambuk, yang lain dipaksa menjadi pelayan. Xin Lan tertegun. Ia pernah menjadi bagian dari dunia ini, namun baru kali ini ia merasakan ngilu di dadanya.

"Kalian berdua, tenang saja. Aku tidak akan memperlakukan kalian seperti mereka," ucap pria botak itu, menunjuk Xin Lan. "Tapi... gadis ini akan mendapat perlakuan khusus. Pengawal! Lucuti pakaiannya!"

Xin Lan bergerak secepat kilat. Ia mendorong kedua gadis itu ke tempat aman, lalu dengan tatapan membunuh, ia melepaskan ikatannya. Sebelum para pengawal menyentuhnya, Xin Lan menerjang salah satu dari mereka, merebut pedangnya.

Kedua gadis itu menjerit ketakutan saat Xin Lan membantai para pengawal dengan brutal. Ia bergerak seperti iblis yang haus darah, menebas dan menusuk tanpa ampun.

Saat semua pengawal terkapar, Xin Lan berdiri di tengah genangan darah. Ia menarik napas dalam-dalam, lalu menoleh tajam pada pria botak itu.

"Membunuh, menindas rakyat lemah, merendahkan wanita... nyalimu besar juga," Xin Lan berjalan perlahan menghampirinya.

Pria botak itu mundur ketakutan. "Ja... jangan macam-macam! Kalau kau membunuhku, Ketua Lu tidak akan memaafkanmu!"

"Oh ya? Biarkan dia datang," jawab Xin Lan dingin. "Aku ingin melihat seberapa hebat ketua yang kau banggakan itu. Ah... siapa namamu?"

Pria botak itu bingung. "Li... Li Dan."

"Baiklah, Senior Li. Sekarang waktunya kau beristirahat."

"Tu... tunggu! Beri aku kesempatan! Aku mohon!" Li Dan memohon dengan nada ketakutan.

"Kesempatan?" Xin Lan tersenyum sinis. "Kau tidak pernah memberi kesempatan pada mereka, kenapa aku harus memberimu kesempatan? Kau pantas mati!"

Pedang Xin Lan menembus jantung Li Dan.

Para gadis yang ketakutan bersujud di hadapannya. "Ja... jangan bunuh kami!"

Tanpa sepatah kata pun, Xin Lan membebaskan mereka. Ia memberikan kain tebal untuk menutupi tubuh mereka yang terluka.

"Tenanglah, aku tidak akan membunuh kalian. Aku sama seperti kalian. Kita akan pulang bersama. Siapa yang sanggup mendorong gerobak?"

Xin Lan terdiam melihat mereka hanya berdiri.

"Kenapa?" tanyanya bingung.

"No... Nona... terima kasih sudah menyelamatkan kami..."

"Sudahlah! Nanti saja berterima kasih! Sekarang kita harus pergi!" Xin Lan membantu dua gadis yang lemas naik ke gerobak.

...

"Ibu Yun, gadis itu pasti berasal dari dunia persilatan. Aku belum pernah melihat orang sekuat dia," ucap seorang warga desa.

"Benar, aku juga berpikir begitu," sahut yang lain.

"Apa pun itu, kuharap dia dan yang lainnya baik-baik saja. Astaga... ini semua salahku. Aku terlalu pengecut untuk melawan bandit itu, dan malah melibatkan orang luar dalam masalah ini," keluh kepala desa.

"Kuharap dia baik-baik saja. Kakinya patah, ..." Ucapan pemuda itu terpotong.

"Apa?! Kakinya patah?!"

Seorang anak laki-laki berlari menghampiri mereka. "Ketua! Ketua! Nona Ksatria dan kakak-kakak kembali!"

Anak itu menunjuk ke arah jalan masuk desa. Para gadis yang saling memapah berjalan dengan susah payah. Warga desa berlari menyambut mereka, tangis haru pecah.

Xin Lan tersenyum melihat pemandangan itu.

Anggap saja ini caraku membayar dosa-dosaku, batinnya.

"Nona?!" Panggilan Bibi Yun membuat Xin Lan menoleh. Senyumnya merekah. Namun, tiba-tiba...

Deg!

Ngiiing~

Darah segar menyembur dari mulut Xin Lan. Ia mencoba menahannya dengan tangan. Pemuda dan warga desa terkejut. Xin Lan melihat Yun Ban Xia berlari ke arahnya dengan wajah panik.

Dunia menjadi gelap.

Tubuhku... melayang...

Apakah ini akhir dari kisahku?

Xin Lan terbangun dengan Keringat dingin membasahi tubuhnya. Ia menoleh ke arah jendela. Langit sore yang indah.

"Nona?! Anda sudah sadar! Ayo, minum sup ini." Bibi Yun menyuapinya dengan lembut.

Xin Lan merasa aneh. Saat Bibi Yun menyuapinya, air matanya mengalir deras. Ia sendiri bingung dengan perasaannya.

"Nona? Apa ada yang sakit? Supnya terlalu panas?!" Bibi Yun panik.Xin Lan menahannya dan menggelengkan kepalanya.

"Ah..., Kalau boleh tau ,Siapa namamu nak?"

"Fe.....ah," Xin terdiam sejenak seperti memikirkan sesuatu,Xin Lan menggenggam kalung gioknya dan mendapatkan ide." margaku Liu namaku Xin Lan ."Ucap Xin Lan.

"Nama yang cocok untuk gadis secantik dan sekuat dirimu, Nona xin" ucap Bibi Yun.

"Nona, Bagaimana keadaanmu? ,Ah ini ibuku, Wu Zhao. Panggil saja Bibi Yun. ayahku Penjaga perbatasan Qingshui," jelas Pemuda bernama Yun Ban xia.

"Begitu..." Xin Lan sedikit terkejut saat Pemuda itu mengatakan Perbatasan Qingshui.

"Qingshui!?"Ucap Xin Lan sedikit terkejut.

"ya...,Kami Ucapkan Selamat datang di Desa Luo Yang, Nona Xin. ini Kakak Pertama dan kakak keduaku Yun Ban Xia! Dan Yun Ling shan, Merekalah yang menemukanmu dan membawamu ke sini," sambung Yun Zhao.

Xin Lan menoleh pada Bibi Yun, lalu dengan susah payah berdiri dan membungkuk dalam. "Xin Lan berterima kasih pada Bibi dan kalian semua."

"Aduh... gadis ini, Kau memang tidak tahu rasa sakit kah? jangan dipaksakan! Kau masih belum sembuh total. Tinggallah di sini sampai lukamu sembuh."Sambil membangunkan Xin Lan.

"Xin Lan akan patuh," jawab Xin Lan.

...

Di markas bandit yang hancur, pria dengan penutup mata meraung. "Siapa yang berani melakukan ini?! Mana para tawanan?!"

Ia berlutut di sisi tubuh Li Dan yang terbujur lemas. "Adik Kedua! Siapa yang melakukan ini padamu?! Katakan, akan kubalas!"

"Itu... dia... wanita dari Desa Luo Yang! Kakak, tolong balas dendam! Dia seperti harimau kelaparan! Dia merebut semua yang sudah kita rampas! Hartaku..."

Pria dengan penutup mata itu terdiam, amarahnya membara. "Desa Luo Yang... akan kubuat kalian membayar mahal."

...

"Masih belum ketemu?!" Feng Yan mengamuk, menendang Zhao Yuxiu hingga terpental jauh.

"Ketua, kami hanya menemukan pedangnya. Di bawah jurang ada sungai deras... mungkin jasadnya sudah hanyut," lapor Zhao Yuxiu dengan gemetar.

"Alasan! Kau lihat 'kan perbedaan antara kau dan Xin Lan?! Tugas mudah saja tidak becus! Jangan harap bisa menggantikannya!"

Zhao Yuxiu merintih, menahan amarahnya. Feng Xin Lan! Bahkan setelah mati kau masih menghantuiku!

Tiga bulan berlalu. Xin Lan telah menjadi bagian dari Desa Luo Yang. Ia membantu pekerjaan rumah tangga, Hubungannya dengan warga desa semakin erat, walaupun terkadang bayangan masa lalunya masih menghantuinya.

1
Syaifudin Fudin
Sederhana namun dalam
RinSantorski
Jalan cerita hebat.
·Laius Wytte🔮·
Thor, aku sudah tidak sabar untuk baca kelanjutannya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!